Hari ini, Livia memutuskan untuk tidak masuk kerja. Kebetulan, tidak ada jadwal konsultasi, sehingga ia bisa memanfaatkan hari ini untuk istirahat sepenuhnya. Ia merasa perlu meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, jauh dari rutinitas dan tekanan pekerjaan. Kejadian kemarin masih membekas di ingatannya—suatu pemandangan yang sangat menyakitkan. Ia melihat pacarnya sendiri sedang berhubungan badan dengan wanita lain, sebuah pengkhianatan yang membuat hatinya begitu hancur.
"Aku enggak nyangka kamu sejahat itu, Vin. Ternyata selama ini aku salah menilai kamu," gumamnya pada diri sendiri dengan nada penuh kecewa.
Livia merasa dikhianati dan bingung. Selama ini, ia menganggap Gavin sebagai seseorang yang istimewa, berbeda dari orang-orang yang pernah ia temui. Ia percaya bahwa hubungan mereka adalah sesuatu yang tulus dan langgeng. Namun, apa yang terjadi kemarin meruntuhkan semua keyakinan itu, membuatnya merasa dikhianati oleh seseorang yang sangat dipercayainya.
Ponsel Livia bergetar di sampingnya, menandakan adanya pesan masuk. Di layar, tampak nama Gavin muncul dengan jelas. Livia hanya memandangnya dengan malas. Kondisi emosionalnya yang tidak stabil membuatnya enggan untuk merespons atau terlibat dalam percakapan apa pun saat ini.
Tak lama kemudian, ponselnya bergetar lagi—kali ini, sebuah panggilan masuk dari Gavin. Livia menghela napas panjang, merasa frustrasi dengan gangguan yang terus-menerus. "Mau apa lagi sih, nih orang?" desahnya, dengan rasa lelah dan tekanan emosional yang semakin berat. Panggilan dari Gavin terus berdatangan, mungkin sudah sekitar sepuluh kali. Livia memilih untuk mengabaikannya dan kembali menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ia merasa perlu melanjutkan tidurnya untuk mendapatkan sedikit ketenangan dan melupakan sejenak beban emosional yang mengganggu pikirannya.
***
"Mana bunda yang kamu bilang sangat cantik itu? Aku tidak melihatnya," ucap bocah perempuan itu dengan nada penasaran.
"Bunda ku akan datang hari Minggu nanti," jawab Prince. "Dia sedang sibuk dengan pekerjaan dan tidak bisa datang hari ini."
Bocah perempuan itu mengerutkan dahi, terlihat bingung. "Apa bundamu tidak pulang ke rumahmu?"
Bocah perempuan itu tampak semakin bingung dan terus bertanya, "Harusnya bundamu tinggal bersamamu, bukan? Kenapa dia tinggal di rumah yang berbeda?"
Prince berpikir sejenak, merasa sedikit frustrasi dengan banyaknya pertanyaan dari bocah perempuan bernama Tasya. Tasya adalah tetangga baru yang pindah di sebelah rumah Prince, dan bocah itulah yang sebelumnya Prince ceritakan kepada Livia.
Tasya, kamu terlalu banyak bertanya," ujarnya dengan nada sarkastis, berusaha mengalihkan perhatian dari topik yang membuatnya tidak nyaman. "Bukankah kamu datang ke sini untuk bermain denganku?"
Tasya mengangguk, tampak sedikit malu karena menyadari bahwa pertanyaannya terlalu banyak dan membuat Prince menjadi tidak nyaman. Meskipun awalnya ia tidak begitu dekat dengan Prince, namun belakangan ini mereka semakin akrab dan sering bermain bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)
RomanceAlaric Malvin Karta adalah seorang CEO sukses yang merawat keponakannya, Arkana Prince Karta, yang berusia lima tahun setelah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan tersebut membuat Prince yang ceria menjadi murung dan pend...