BAB 20 PASAR MALAM

533 63 11
                                    

Livia melangkah masuk ke kantornya di rumah sakit, langsung mengambil catatan pasien yang telah disiapkan oleh perawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Livia melangkah masuk ke kantornya di rumah sakit, langsung mengambil catatan pasien yang telah disiapkan oleh perawat. Hari ini, seperti biasa, dia akan menemui sejumlah pasien untuk sesi konsultasi. Sambil membaca catatan-catatan tersebut, Livia berusaha memahami kondisi dan riwayat medis masing-masing pasien.

Saat sedang fokus, bunyi notifikasi pesan WhatsApp mengalihkan atensinya dari berkas-berkas di mejanya. Livia mengambil ponselnya dan melihat layar, tertera nama Alaric.

"Sedang sibuk?" bunyi pesan dari Alaric.

"Lumayan, ada apa?" balas Livia sambil sedikit tersenyum.

Beberapa detik kemudian, Alaric mengirim sebuah gambar banner bertuliskan "Pasar Malam". Di bawah gambar, ia menambahkan pesan, "Aku ingin mengajakmu ke sana."

Livia membuka gambar yang dikirimkan Alaric. Gambar itu menampilkan lampu-lampu warna-warni yang menyala terang di malam hari, dengan berbagai wahana dan kios makanan yang terlihat menggoda. Ia membayangkan suasana riuh dan meriah yang biasanya memenuhi acara seperti itu.

"Pasar malam?" pikir Livia. Ia teringat kembali kenangan masa kecilnya, saat sering mengunjungi pasar malam bersama keluarganya. Sambil menatap gambar itu, Livia tersenyum lebih lebar. "Kedengarannya menyenangkan. "Kapan kita pergi?" balasnya dengan semangat.

Di seberang sana, Alaric tersenyum lebar, seperti remaja yang baru jatuh cinta. Ia merasa sangat bersemangat membayangkan momen-momen bahagia yang akan dihabiskan bersama Livia. "Bagaimana kalau hari Sabtu, biar sekalian malam mingguan?" balas Alaric dengan cepat.

Livia mempertimbangkan usulan Alaric dan langsung menyetujuinya. "Oke, apa kita membawa Prince juga?" tanyanya.

Alaric membaca pesan Livia, tersenyum kecil sambil membayangkan wajah ceria Prince yang penuh antusiasme. "Sebenarnya, aku tidak ingin mengajak bocah itu," balasnya dengan nada bercanda, "tapi nanti dia rewel terus aku kasihan dengannya."

Livia tertawa kecil, memahami maksud Alaric. "Jadi, kita bawa dia?" tulisnya kembali, membayangkan betapa menyenangkannya malam itu akan menjadi.

Alaric mengangguk meski Livia tak bisa melihatnya. "Ya, kita bawa Prince. Dia pasti akan sangat senang melihat semua permainan dan makanan di sana," balasnya, membayangkan betapa bahagianya Prince saat diajak ke pasar malam.

Beberapa detik kemudian, notifikasi pesan muncul lagi di ponsel Livia. "Kalau begitu, sudah dulu ya. Aku takut mengganggu. Aku hanya ingin memberitahumu soal pasar malam. Selamat bekerja, bunda cantik. ❤️" tulis Alaric, diikuti dengan emotikon hati berwarna merah.

Jantung Livia berdebar. "Apa-apaan Alaric ini," pikirnya, merasakan detak jantungnya semakin cepat. "Membuat jantungku tidak aman saja."

Livia menatap ponselnya sejenak sebelum membalas. "Terima kasih, Alaric. Semangat juga buat harimu 😊" Setelah mengirim pesan, Livia menutup ponselnya dan mencoba fokus kembali pada pekerjaannya, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan bayangan Alaric dan Prince di pasar malam.

MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang