Alaric Malvin Karta adalah seorang CEO sukses yang merawat keponakannya, Arkana Prince Karta, yang berusia lima tahun setelah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan tersebut membuat Prince yang ceria menjadi murung dan pend...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Alaric dan Livia akan melangsungkan pernikahan mereka, memilih Bandung sebagai tempat di mana mereka akan mengikat janji suci. Meski memilih Bandung sebagai tempat untuk mengucapkan janji suci, Alaric dan Livia juga berencana menggelar resepsi pernikahan di Jakarta. Pesta yang lebih meriah akan diadakan di ibu kota, memungkinkan mereka untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga besar, teman-teman, dan rekan-rekan mereka dalam suasana yang lebih megah.
Pernikahan Livia dan Alaric berlangsung di halaman belakang rumah Livia, yang luas dan indah. Dengan pemandangan yang menawan dan ruang yang memadai, halaman tersebut diubah menjadi tempat yang sederhana namun elegan. Dekorasi floral yang elegan dan pencahayaan lembut menambah keindahan tempat tersebut, menjadikannya latar yang sempurna untuk momen istimewa ini.
Livia mengundang keluarga inti, sahabat-sahabat terdekatnya yang ada di Bandung, serta beberapa tetangga yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Pilihan ini mencerminkan keinginan Livia untuk merayakan momen istimewa ini dalam suasana yang dekat dan penuh kasih sayang. Setiap orang yang diundang memiliki tempat khusus dalam hati Livia, membuat perayaan ini terasa lebih berarti.
Alaric, di sisi lain, mengundang beberapa rekan bisnisnya yang tinggal di Bandung. Ia memilih untuk membatasi jumlah undangan sebagai persiapan untuk pesta pernikahan yang lebih besar dan meriah yang akan diadakan di Jakarta.
Pada hari yang istimewa ini, Livia tampil memukau dalam balutan kebaya Sunda khas Bandung. Kebaya itu dirancang dengan sangat teliti, menonjolkan detail yang indah dan memperkuat pesonanya yang alami. Setiap jahitan dan hiasan di kebaya tersebut mencerminkan keanggunan tradisi, sekaligus memancarkan kemewahan yang membuat Livia terlihat luar biasa.
Sang perias pengantin (MUA) yang membantu menyiapkan penampilannya tidak bisa menahan kekagumannya. "Anda sangat cantik, Nona Livia. Calon suami Anda pasti akan pangling," puji sang MUA sambil tersenyum, mengagumi hasil akhir dari riasan dan busana yang sempurna.
Livia, yang merasa sedikit gugup namun juga bahagia, hanya bisa tersenyum manis menanggapi pujian tersebut. "Terima kasih," jawabnya dengan lembut, sementara hatinya berdebar membayangkan momen-momen indah yang akan segera tiba.
Sama halnya dengan Livia, Alaric juga merasakan jantungnya berdebar begitu cepat. Sebentar lagi, ia akan resmi menyandang gelar suami, sebuah peran baru yang sangat dinantikannya. Alaric meremas tangannya, merasakan keringat dingin yang membasahi telapak tangannya. Ini jauh lebih menegangkan daripada bertemu klien penting atau menghadapi saingan bisnis. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan Livia berjalan mendekat ke arahnya, mengenakan kebaya yang membuatnya terlihat begitu anggun dan cantik. Alaric tahu, bahwa hari ini adalah awal dari sebuah babak baru yang akan ia jalani bersama wanita yang dicintainya, dan rasa cemas yang ia rasakan hanyalah bukti betapa pentingnya momen ini bagi dirinya.
Di sisi lain, Prince, bersama Ibu Salma, ibu dari Livia, sedang bersiap menjemput Livia di kamar. Ketika pintu kamar terbuka, mata Prince langsung berbinar melihat sosok wanita yang begitu cantik—tidak lain adalah Livia. Dengan wajah penuh kekaguman, bocah itu berlari kecil mendekat, tak mampu menyembunyikan rasa takjubnya.