Pagi itu, Livia bangun dengan semangat baru. Hari ini ia berencana membawakan makan siang untuk Alaric di kantornya. Setelah mandi dan bersiap-siap, Livia segera menuju ke dapur untuk mulai memasak. Ia ingin memastikan makanan yang disajikannya nanti spesial dan sesuai dengan selera Alaric.
"Aku harap Alaric menyukainya," pikir Livia sambil memotong bahan-bahan yang sudah ia siapkan sejak malam sebelumnya. Ia memilih membuat menu yang sederhana namun istimewa: ayam teriyaki, sayur tumis, dan nasi yang dibentuk menjadi onigiri.
Livia memasak dengan penuh perhatian, mengingat kembali obrolan mereka yang menyenangkan saat makan malam terakhir kali. Saat semuanya sudah matang, Livia menatanya dengan cantik dalam kotak makan yang rapi. Ia juga menambahkan sedikit buah segar sebagai pencuci mulut.
Saat memasuki lobby, Livia melihat ke sekeliling. Suasana gedung perkantoran yang sibuk dengan para pekerja lalu-lalang, membuatnya merasa sedikit gugup, meskipun ia sudah pernah ke sini. Namun ia masih sedikit canggung. Livia memutuskan untuk mengirim pesan WhatsApp kepada Alaric, "Aku ada di lobby. Aku bawakan makan siang, bisa kita makan bersama?"
Livia melihat tanda centang dua pada pesannya, menandakan pesan itu telah diterima oleh Alaric. Namun, setelah beberapa menit berlalu, pesan itu masih belum dibalas. "Mungkin dia sedang sibuk," pikir Livia, berusaha menghilangkan keraguan.
Livia mengedarkan pandangannya sekali lagi ke sekeliling lobby, berharap bisa menemukan tanda-tanda kedatangan Alaric. Namun, yang terlihat hanya wajah-wajah asing yang berlalu-lalang. Sambil menggenggam erat tas berisi makan siang yang telah ia siapkan, Livia akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada resepsionis yang sedang bertugas.
Livia berjalan dengan langkah ragu menuju meja resepsionis. "Permisi, apakah Tuan Alaric sedang ada di kantor? Saya sudah mengirimkan pesan, tapi belum dibalas," tanya Livia dengan nada sopan.
Resepsionis yang mengenal Livia dengan baik karena pernah melihatnya datang bersama Alaric, tersenyum ramah. "Oh, tentu saja, nona. Tuan Alaric ada di ruangan. Mungkin dia sedang dalam pertemuan atau panggilan, jadi belum sempat membalas pesan," jawab resepsionis itu.
"Terima kasih banyak," kata Livia lega. Resepsionis tersebut kemudian mempersilakan Livia untuk langsung naik ke ruangan Alaric.
"Silakan naik, Nona. Tuan Alaric pasti akan senang melihat Anda," kata resepsionis dengan senyum hangat.
Livia mengangguk dan berterima kasih lagi sebelum melangkah menuju lift. Ketika pintu lift terbuka, dia masuk dan menekan tombol menuju lantai kantor Alaric.
Di dalam lift yang berlapis kaca, Livia melihat bayangannya sendiri. Dia tersenyum pada dirinya sendiri, membuat wajah cantiknya semakin bersinar.
Di sisi lain, Veronica tersenyum dengan puas, duduk dengan anggun di sofa ruang kerja Alaric. Dia terlihat santai dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin pergi, meskipun Alaric sudah beberapa kali memintanya untuk meninggalkan ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)
Roman d'amourAlaric Malvin Karta adalah seorang CEO sukses yang merawat keponakannya, Arkana Prince Karta, yang berusia lima tahun setelah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan tersebut membuat Prince yang ceria menjadi murung dan pend...