BAB 10 SPESIAL WEEKEND PART 2

152 60 6
                                    

Alaric dan Livia sedang bersantai di halaman taman rumah sambil mengamati kedua bocah yang tak kenal lelah, Prince dan Tasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alaric dan Livia sedang bersantai di halaman taman rumah sambil mengamati kedua bocah yang tak kenal lelah, Prince dan Tasya. Matahari cerah, angin sepoi-sepoi, dan tawa anak-anak melengkapi suasana tenang di sekitar mereka. Livia duduk santai di karpet yang digelar di bawah pohon rindang, sementara Alaric bersandar di sebelahnya.

Mereka berdua terhibur melihat gelagat anak-anak yang tidak pernah kehabisan energi.

"Kedua bocah itu sangat lucu," ujar Livia sambil memandang penuh kasih sayang.

Alaric tersenyum, menoleh ke arah Livia. "Ya, mereka memang sangat menggemaskan. Awalnya, mereka sempat bermusuhan. Prince pasti pernah menceritakan tentang Tasya kepadamu, kan?"

Livia merasa sedikit kikuk mendengar Alaric menggunakan kata "kamu." Ia masih belum sepenuhnya terbiasa dengan panggilan tersebut. Sambil mengangguk malu-malu, Livia berharap Alaric tidak menyadari rasa gugupnya. "Hmm, sepertinya anak yang diceritakan Prince itu Tasya. Katanya, ada seorang gadis kecil yang mengejeknya karena tidak punya orang tua yang lengkap," jelas Livia pelan.

Alaric tertawa kecil. "Iya, betul. Tasya itu memang agak nakal, tapi sebenarnya dia hanya mencari perhatian. Setelah mereka mengenal satu sama lain lebih baik, mereka justru menjadi teman baik. Tasya bahkan sering mengajak Prince bermain di rumahnya sekarang."

Livia tersenyum mendengar cerita itu. "Syukurlah mereka bisa akur sekarang. Anak-anak memang begitu, ya. Kadang mereka bisa bertengkar hebat, tapi juga bisa menjadi teman dekat dalam sekejap."

Alaric mengangguk setuju. "Betul. Semoga mereka terus rukun. Aku juga berharap bisa membantu Prince menemukan kebahagiaannya kembali. Dia sudah melalui banyak hal untuk anak seusianya."

Livia menatap Alaric dengan penuh pengertian. "Kamu sudah melakukan banyak hal untuknya, Alaric. Prince beruntung memiliki paman seperti kamu."

Alaric tersenyum hangat. "Terima kasih, Livia. Aku juga berterima kasih karena kamu sudah banyak membantu. Prince sangat menyukaimu."

Livia merasa pipinya memerah. "Aku juga senang bisa membantu. Prince anak yang istimewa."

***

Livia, Nyonya Sania, dan Tasya sedang berada di dapur, sibuk mempersiapkan makan siang. Tasya, yang sangat ingin membantu, terus memperhatikan Livia dengan rasa penasaran yang semakin meningkat. Akhirnya, ia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Aunty, kenapa Aunty tidak tinggal bersama Uncle Alaric dan Prince di sini?"

Livia tersenyum sedikit bingung, merasakan kehangatan dari pertanyaan polos Tasya. Ia tahu bahwa perannya dalam keluarga Karta hanya sebagai dokter yang membantu Prince mengatasi traumanya, bukan sebagai anggota keluarga. Namun, ia berusaha memberikan jawaban yang bisa dimengerti Tasya.

"Tasya, Aunty sebenarnya hanya seorang dokter yang membantu Prince agar merasa lebih baik," kata Livia dengan lembut. "Aunty bukan bagian dari keluarga mereka, jadi aku tidak tinggal di sini."

MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang