seperti terbuang

1.7K 245 49
                                    












>>>>

"Aku tak ingin bayinya renjun, jeno"

Setelah mendengar itu, jeno kini menatap istrinya dengan pandangan tak terbaca...

"Maksudmu?" Jeno apa tak salah dengar mengenai apa yang baru saja karina katakan?.

"Aku ingin bayi dari panti atau rumah sakit saja, tidak usah dari renjun" karina bahkan mengulang perkataan tak masuk akal itu.

"Jangan mengada-ada karina, jika kau berniat bercanda maka itu sama sekali tidak lucu" Jeno tak akan meladeni bercandaan istrinya lagi, karina memang selalu aneh.

"Aku tidak bercanda, aku serius jeno, aku tak menginginkan bayi renjun lagi" tatapan itu bahkan terkesan begitu datar sekarang, karina tidak mau melanjutkan kesepakatan itu?.

"Apa kau sudah mulai tak waras sekarang, jangan pernah membuat masalah ini seperti lelucon karina, kau tahu sendiri ini adalah kesepakatan yang bahkan kau yang memintanya"

Jeno marah sekarang, apa karina tak sadar apa yang baru saja ia katakan, karina ingin membatalkan perjanjian itu, apa maksudnya, bagaimana dengan renjun dan juga anaknya.

"Aku tidak perduli, aku tak mau bayi renjun lagi--"

"Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan sekarang?, karina ini bahkan belum sampai pada tahap kita akan memiliki anak dan kau ingin membatalkan itu begitu saja, jika kau lupa renjun sedang berjuang untuk hidup anak kita--"

"Renjun!renjun!renjun! mengapa kau selalu menyebutkan renjun dalam setiap pembicaraan kita jeno!, apa kau sudah benar-benar mencintai pelacur itu!"

Jeno diam menatap datar pada karina yang sudah terlihat begitu marah sekarang--

Plak......

Beberapa saat itu seperti waktu yang terhenti. Kepala itu bahkan masih tertoleh kekiri karena jeno baru saja menamparnya dengan keras.

"Kau baru saja mengatakan hal yang tidak begitu pantas kepada seseorang yang bahkan rela mengorbankan masa depannya demi menuruti keinginan mu yang sejak awal memang tak masuk akal karina" tatapan tajam dengan desisian tajam disetiap kalimat itu membuat karina terdiam dengan air mata yang bahkan sudah jatuh sekarang.

Kamar mereka yang kedap suara tak membuat orang tua jeno maupun orang tua karina bisa mendengar pertengkaran mereka sekarang.

"Sejak awal aku sudah mengatakan untuk tidak berbuat macam-macam, kau yang bahkan memohon kepada renjun agar dia mau memberimu anak, lalu sekarang setelah dia bahkan begitu kesulitan bahkan untuk mengatur hidupnya kau ingin membatalkan itu begitu saja?, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan sekarang?...." Jeno tak pernah sekecewa ini kepada istrinya sebelumnya, mengapa karina begitu tega berkata seperti itu.

"Mengapa kau begitu bersikeras membelanya?, kau bahkan memukulku hanya karena membela sahabatku jeno!, apa kau sudah benar-benar buta karena mencintainya?, memangnya kenapa kalau aku ingin membatalkan kesepakatan itu. Itu bukanlah anakku, aku bisa saja menolaknya"

Jeno hanya mampu menutup matanya berusaha berfikir jernih sekarang, jangan sampai ia menampar istrinya lagi. "Apa kau ingat? dia bahkan harus rela membohongi kedua orang tuanya setiap orang tuanya ingin berkunjung dan itu demi apa?, demi anakmu, renjun bahkan rela tak memakan makanan berat selama beberapa bulan di awal kehamilannya hanya karena ia tak bisa menelan apapun. Dan kau tentu tahu itu karena apa..itu karena hormon kehamilannya. Renjun kesulitan selama ini dan itu demi dirimu!. Dia bahkan rela mati hanya demi membuatmu bahagia!"

 Surrogate Mother // Noren//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang