1

6.1K 479 51
                                    

Happy reading.
Jangan lupa kasih ⭐ untuk authornya ya,

***



Negara Xi tengah memasuki musim dingin, di malam yg gelap dan bersalju banyak kediaman mulai menutup rapat-rapat pintu dan jendela rumah mereka demi menghindari masuknya hembusan angin dingin yg mampu membuat mereka menggigil.

Bagi beberapa keluarga kaya, datangnya musim dingin tidak akan terlalu membuat mereka kerepotan. Karena dari jauh-jauh hari mereka sudah menimbun banyak arang di gudang untuk persiapan musim dingin yg akan datang. Namun bagi keluarga miskin, mereka tentu merasa sangat kesulitan, dan kewalahan. Keterbatasan harta yg mereka miliki tentu sulit untuk membeli, apalagi menimbun arang-arang tersebut.

Malam sunyi sepi nan dingin terasa begitu panjang dan melelahkan. Beberapa sudah mematikan pencahayaan dan hanya menyisakan sedikit lilin sebagai sumber cahaya utama. Namun tidak dengan kediaman pangeran keenam. Hiasan dinding dominan berwarna merah telah menghiasi kediaman tersebut sejak siang hari, dan beberapa tamu kini tampak larut dalam suasana bahagia dalam perayaan pesta tersebut.

Sebuah iring-iringan tandu pengantin mulai memasuki kediaman pangeran keenam. Biasanya, pengantin pria akan datang untuk mengulurkan tangannya dan membantu pengantin wanita untuk turun dari tandu. Namun, karena seseorang yg menjadi kini pengantin wanita adalah orang yg lumpuh, jadi tandu tidak berhenti di gerbang utama, melainkan terus di bawa masuk hingga sampai di pintu kamar utama.

Tandu pengantin sudah berhenti, seorang momo yg khusus memandu jalannya pernikahan mengintruksikan pada dua orang pengawal untuk mengeluarkan pengantin dari dalam tandu.

Jika biasanya pengantin wanita akan turun sendiri dengan sukarela, tapi kali ini agak berbeda. Dua pengawal berbadan besar menggendong pengantin tersebut dan menurunkannya dari tandu, mendudukkannya ke kursi roda kayu dan mendorongnya masuk ke dalam kamar pengantin.

Seseorang yg kini menjadi pengantin hanya bisa menggertak giginya dengan kuat dengan semua perlakuan yg ia terima saat ini. Pengantin tersebut tampak lemah dan tidak berdaya, sehingga hanya bisa menahan sesak dan amarahnya dalam diam.

"Pangeran, istri anda sudah datang. Kami akan mengirimnya ke ranjang pengantin." Suara momo memberi tahu.

"Uhhuk.. uhhuk.. biarkan dia disana. Aku akan mengurus sisanya."

"Pangeran, kesehatan anda adalah yg utama. Hamba tidak bisa membuat anda terbebani untuk melakukan itu. Izinkan hamba mengurusnya untuk anda."

"Baiklah," pangeran pun tidak ingin berdebat. Pangeran ini adalah cangkang kosong sedari kecil. Lahir dari selir kesayangan kaisar membuatnya begitu di sayangi dan di lindungi, namun karena penyakit dingin yg di alaminya, dan meninggalnya sang ibu, pemuda itu kini seolah di asingkan oleh kaisar dan yg lainnya. Pangeran ini tidak ingin mengeluh, karena ia sadar menjadi anggota keluarga kerajaan berbeda dengan yg terjadi dengan keluarga rakyat biasa. Intrik dan perebutan takhta selalu mewarnai di dalamnya, dan ketika selir kesayangan itu mati, maka tidak ada sosok yg akan mampu melindungi pangeran lagi, sehingga ia pun terbuang dan terlupakan oleh kaisar.

Namun meski begitu, kaisar masih memberinya kehidupan yg cukup baik. Sebuah kediaman yg cukup mewah dan luas yg terletak tidak jauh dari istana di khususkan untuk menjadi tempat tinggalnya. Sepertinya, ibu kandungnya itu masih membekasa di hati kaisar sehingga kaisar tidak serta merta mengabaikannya seutuhnya.

Pengantin di dudukkan diranjang yg tampak dipenuhi dengan ornamen pernikahan. Momo dan pengawal yg membantu kini sudah keluar dan hanya menyisakan mereka berdua.

Pangeran keenam yg semula duduk di balik tirai kini berdiri dan mendekati ranjang pengantin. Pemuda itu melihat penampakan sosok pengantin yg tampak tidak selaras antara penampilan dan apa yg dikenakannya.

Pangeran keenam mendesah lesu. Sepertinya ada sesuatu yg mengganjal di dalam hatinya.

Ia mendekat dan membuka tudung kepala pengantin. Wajah garang dan beringas kini menatap tajam ke arahnya. Terlihat sekali sorot kebencian dan keinginan membunuh yg cukup besar dari tatapannya.

Wajah orang di depannya ini cukup tampan, meski banyak memar dan luka yg belum kering yg menghiasi wajahnya.

Di hadapkan dengan sosok yg seakan ingin membunuhnya, pemuda itu masih tampak tenang dan hangat.

"Kau bisa beristirahat dengan nyaman di sini. Uhuk.. uhhuk.. aku akan tidur di ranjang louhan disampingmu. Utusan putra mahkota masih berjaga di depan pintu. Jika aku keluar untuk memilih tidur di ruang belajar maka itu akan membuat mereka curiga." Pangeran menjelaskan dengan singkat. Kemudian mengambil selimut tambahan yg ada di samping pria itu dan berjalan ke ranjang louhan yg terletak tidak jauh dari ranjang utama.

Seketika, kewaspadaan pria itu pun mengendur. Seolah tidak percaya ia memandang sosok pemuda yg di balut jubah bulu rubah itu berjalan ke sana. Pemuda itu tidak melakukan apa-apa padanya. Ini sangat berbeda dengan apa yg di bayangkannya sebelumnya tentang sosok pangeran keenam.

Meski di liputi tanda tanya yg besar, pria itu tidak ingin ambil pusing untuk saat ini. Tubuhnya jatuh dengan keras ke ranjang. Untungnya permukaan ranjang tersebut di lapisi kasur empuk dan super lembut sehingga tidak membuatnya begitu merasa kesakitan.

Pria itu berbaring dengan lemah. Meski ia di dandani dengan rapi, tapi ini sebenarnya adalah upaya untuk mempermalukannya. Sebagai jenderal yg kini menjadi tawanan dari negeri musuh, ia sudah di siksa dengan kejam dan keji di penjara bawah tanah. Tapi selama masa penyiksaan itu ia tetap mampu menjaga mulutnya untut tetap tertutup, bahkan ketika mereka mematahkan dan menghancurkan meridiannya ia tetap tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Pria ini sungguh mampu dan sangat keras kepala, dan karena itu putra mahkota memikirkan cara lain untuk menyiksanya. Dan mengirimkannya memasuki harem adalah cara yg paling masuk akal untuk merusak martabatnya sebagai seorang pria.

Kepala pria itu terasa pusing dan nyeri, merasa pangeran keenam tidak akan menjadi sebuah ancaman yg berarti ia pun memilih untuk segera mengistirahatkan dirinya. Ia akan menyusun skema pelarian setelah ini. Dan untuk sekarang, ia akan tidur dan beristirahat terlebih dulu. Ia pun menutup mata dan tertidur.

Sementara itu, pangeran keenam yg memang memiliki fisik lemah tampak tidak nyaman berbaring di ranjang louhan miliknya, padahal ia sudah memodifikasi ranjang ini dengan sebaik mungkin tapi cuaca dingin membuatnya menggigil dan membuat batuknya semakin sering dan menyiksa.

Xiao Zhan, kau harus bertahan. Hidupnya hanya satu tahun lagi, dengan kau berbuat baik padanya, maka kau mungkin bisa menambah umurmu satu tahun lagi.

Pemuda itu berusaha tabah dengan penderitaan yg sedang di alaminya.

Menangis pun percuma. Aku hanya ingin hidup tenang, dan mati dengan tenang juga.



Tbc.
Sorry for typo.

Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang