Happy reading
***
Pangeran keenam terbangun sangat pagi karena batuk yg terus mengganggunya hingga menyebabkannya sulit untuk tidur nyenyak.
Akibat itu, seseorang yg terbaring di ranjang pengantin pun terjaga karenanya. Merasakan ada pergerakan dari tempat tidur, pangeran pun menoleh, dan berkata,"Apa aku membangunkanmu? Maaf, di musim dingin batukku akan bertambah parah, dan itu pasti akan terus mengganggumu." Ia menjelaskan meski dengan susah payah. Tidak ada tanggapan dan pangeran keenam pun tidak membutuhkan pria itu untuk menanggapinya. Ia lantas bangun, kemudian terdengar suara ketukan dari luar.
Dua orang meminta izin masuk untuk membantu pangeran dan wangfei mandi. Pangeran melirik seserang yg di ranjang dari sudut matanya.
Mereka memanggilnya dengan sebutan wangfei, pasti itu sangat melukai harga dirinya.
Ini masih pagi tapi ia sudah di buat menghela nafas. Sepertinya hari ini akan sangat berat untuk ia lalui.
"Panggilkan Hua Tong untuk membantu wangfei, meski dia istriku, tapi dia tetap seorang laki-laki itu tidak akan membuatnya nyaman."
"Baik, pangeran."
Tidak berapa lama Hua Tong pun datang. Pria itu berusia awal dua puluhan, dan ia adalah budak yg masuk ke kediaman ini sejak usia 15 tahun. Sebagai seorang budak, Hua Tong cukup terampil dan telaten dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pangeran keenam pun kini berendam di ruangan sebelah dengan Huashi, sedangkan Wangfei, di bantu Hua Tong untuk membersihkan diri.
"Aku tahu ini akan sangat melukai harga dirimu, tapi kita tetap harus menjalani hubungan ini meski kau tidak menyukainya. Ini juga demi keselamatanmu."
Pria itu meliriknya tajam, entah apa maksudnya tapi temperamen laki-laki yg lebih muda ini terlihat lebih bijak dari orang seusianya ini berbeda dengan rumor yg di ketahuinya.
Di ruangan ini hanya tersisa mereka berdua sehingga pangeran bisa bebas bicara tanpa khawatir ada yg menguping. Meski setiap dinding di kediaman setiap bangsawan memiliki telinga, tapi pangeran keenam tidak khawatir pembicaraan mereka ada terdengar. Ada Hua Tong yg berjaga di luar, dan dia adalah orang kepercayaannya.
"Percaya ato tidak, tapi kau bisa sedikit memberiku kepercayaan. Aku tidak berniat jahat padamu. Aku tahu kau adalah orang yg baik. Seorang jenderal yg mengabdi pada negeri dan rakyatnya. Namun karena pengkhianatan bawahanmu kau justru mengalami ini. Ini sangat tidak adil untukmu." Pangeran berkata jujur.
Manik kelam pria itu menyorotinya dengan tajam, memindai ekspresi dan tatapannya. Mencoba mencari kebohongan di sana, tapi ia tidak menemukannya.
"Aku tidak berbohong padamu. Dengan kondisiku yg seperti ini, bagaimana aku berani untuk berbuat sesuatu yg tercela. Kau tau kan, kalo aku tidak mungkin bisa bertahan lama. Aku hanya ingin menjadi manusia yg baik, dan berharap setelah kematianku raja Yama akan berbelas kasih dan mengizinkanku untuk bereinkarnasi lagi." Pangeran keenam mengatakannya tanpa beban. Tapi itu tidak berhasil untuk menarik simpati pria itu.
Dia sepertinya tidak peduli.
Pangeran keenam berpikir begitu. Ia pun terdiam. Ini masih pagi dan keduanya sudah harus menaiki kereta untuk pergi menuju istana, memberi salam pada ayah kaisar.
Cuaca yg sangat dingin membuat pangeran keenam menggigil meski di dalam kereta telah di sediakan tungku arang sebagai penghangat. Pangeran keenam juga mengenakan jubah yg terbuat dari bulu rubah yg begitu tebal dan lembut, dan itu membuat tubuhnya yg kurus tenggelam di dalamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/373955542-288-k113308.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)
Fanfictionkisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebabkan kekalahan. tak cukup sampai di situ, pria itu juga di hancurkan meridiannya hingga membuatnya lu...