5

2.2K 379 45
                                    

Happy reading

***



Pagi di musim semi. Tabib baru saja selesai memberikan akupuntur pada jenderal tersebut, di mana setelahnya Wenning segera memberikan mangkuk berisi ramuan obat yg sejak tadi terus ia pegang.

Dalam sekali tegukan, mangkuk berisi obat itu habis dengan cepat. Wenning menatap puas pada perkembangan kesembuhan sang jenderal.

"Kira-kira, kapan dia akan bisa berjalan?" Pangeran Xi yg duduk di seberang mulai bertanya, di mana pertanyaan itu membuat tabib tersebut tertegun sebentar sebelum akhirnya menjawab dengan terbata-bata.

"Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku."

Ucapan pangeran Xi membuat sang tabib dan Wenning dengan cepat bersujud padanya.

"Mohon pangeran mengampuni saya. Namun saya benar-benar tidak menyembunyikan apapun dari pangeran." Tabib tersebut gugup.

Xiao Zhan menghela nafas dalam-dalam sebelumnya akhirnya menyuruh mereka berdua untuk keluar. Kini yg tersisa di dalam ruangan hanya pangeran Xi dan sang jenderal.

Pangeran Xi lantas bangun dari duduknya dan menghampiri pria itu.

"Apa kau tidak ingin menunjukkannya pada suamimu ini?" Pertanyaan pangeran Xi membuat pria itu menatapnya dengan tajam. Jenderal Wang tidak menyukai panggilan suami yg melekat pada pemuda itu.

"Aku sudah membayar mereka dengan sangat mahal, dan obat yg setiap hari kau minum terbuat dari ramuan dengan kualitas tinggi yg tentu harganya juga tidak murah. Kalo itu semua tidak membuahkan hasil, maka sebaiknya aku menghentikannya. Aku tidak ingin uangku terbuang dengan percuma." Tatapan sang jenderal menyorotinya makin tajam.

Orang ini sungguh sangat perhitungan.

Wang Yibo tetap tidak berbicara untuk menanggapinya, tapi pria itu mengepalkan tangannya dengan sangat erat, dan sekejap kemudian ia pun berusaha bangun dari duduknya.

Melihat pria itu sudah mampu berdiri dengan mandiri Xiao Zhan pun merasa puas. Ia tersenyum kemudian berkata, "sepertinya uangku tidak terbuang dengan sia-sia. Istirahatlah, jangan sampai kesembuhanmu ini di lihat orang lain. Jika itu sampai terjadi, maka kau akan kembali dalam bahaya." Pangeran Xi pun pergi setelah selesai mengatakan maksudnya.

Itu semua sungguh membuat Wang Yibo bingung. Pemuda itu adalah seorang pangeran dari negara ini, meski ia telah menjadi orang buangan, yg dengan prediket yg disandangnya tentu tidak memungkinkannya untuk merebut tahta, tapi ia masihlah anggota kerajaan.

Tunggu, apa pangeran ini sengaja membantunya untuk membuat suatu kesepakatan dengannya?

Apa pangeran keenam benar-benar ingin membuatnya untuk membantunya merebut tahta putra mahkota?

Wang Yibo sibuk bertanya-tanya dalam benaknya.

Sementara itu di ruangan lain, pangeran Xi tampak sedang menikmati secangkir teh yg baru saja di tuangkan oleh Jiang Yi.

"Keahlianmu membuat teh cukup bagus. Setelah kematianku nanti, aku akan memberimu kedai teh di pusat kota. Dengan ini kau akan bisa membangun bisnismu sendiri."

"Kau masih hidup. Untuk apa repot-repot memikirkan warisan untuk selirmu ini. Sebaiknya kau memikirkan kondisimu. Kata orang, semua penyakit pasti ada obatnya. Tapi itu tergantung dengan si penderitanya, jika kau sendiri sudah pasrah dan tidak ada semangat untuk sembuh, maka kau hanya akan puas dengan waktu yg tersisa."

Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang