14

2.3K 416 54
                                    

Happy reading

***


Sebelumnya.

"Jenderal, kapan kita akan kembali? Semua pasukan sudah menunggu anda untuk memulai perang." Wenning mulai agak bingung dengan sikap sang jenderal. Momentumnya sangat pas tapi sang Jenderal belum ada tanda-tanda ingin memulainya. Apa Jenderalnya ini mulai lupa jika dirinya adalah seorang jenderal agung dari suatu negara?

"Kita tidak bisa melakukannya sekarang." Ucapan sang Jenderal membuatnya tidak habis pikir.

"Kejatuhanku dan pasukan kita adalah ulah dari pemimpin negara kita sendiri. Aku berperang demi membela rakyatku, bukan demi kerajaan yg di huni oleh para pejabat licik itu. Bagaimana hasil penyelidikan yg ku suruh?"

"Putra mahkota kita memang berkomplot untuk membuat anda jatuh. Saya pikir, dengan 300. 000 pasukan yg berada di bawah kendali anda, itu menjadi ancaman untuknya. Mereka pasti takut anda akan memberontak."

Wang Yibo mendengus dingin. Ia berjuang menantang mau dalam perang demi memakmurkan rakyat jelata, tapi negaranya justru bisa berpikir demikian. Sungguh tercela.

"Karena mereka sudah berpikir seperti itu, kenapa kita tidak menjadikan apa yg mereka pikirkan itu menjadi sebuah kenyataan."

"Jenderal?" Wenning tidak menyangka jika sang jenderal akan berpikir seperti itu.

"Raja kita tidak kompeten. Ia hanya tahu cara mengisi harem. Dan calon penerusnya hanya bisa berpikiran sempit. Menurutmu, apa mereka pantas tetap berada di posisi itu?" Wang Yibo sudah lama merasa tidak puas dengan pemerintahan raja yg sekarang. Dia mungkin memang tinggal di daerah perbatasan tapi itu bukan berarti dia tidak mengetahui tentang informasi yg terjadi di dalam istana.

Ia dan pasukannya telah bekerja bak sapi perah, jauh dari orang tua dan juga jauh dari kerabat, itu semua semata-mata demi menjaga daerah perbatasan dari serangan negara lain. Tapi, beberapa tahun ini, kiriman ransum mengurang, stok makanan di gudang juga makin menipis, dan terkadang, demi menghemat mereka harus berbagi satu roti berdua demi esoknya masih bisa mengisi perut.

Ia sudah beberapa kali mengirim surat ke istana, tapi para pejabat itu selalu berdalih dengan banyak alasan. Entah itu karena gagal panen, entah itu karena kekeringan yg melanda. Selalu saja begitu. Padahal ia tahu negara utara memiliki tanah yg kaya dan pasokan air yg melimpah. Dan yg terakhir ia ketahui ialah dengan naiknya beban pajak yg tentu membuat rakyat kecil menderita. Sedangkan para pejabat dan bangsawan itu justru sibuk menimbun dan menghambur-hamburkan harta yg mereka peroleh dari menekan rakyat jelata.

Jenderal Wang sungguh tidak puas, dan ini adalah salah satu faktor penyebab kekalahan mereka saat itu selain pengkhianatan tersebut. Para tentara kehilangan motivasi mereka untuk berperang, mereka berpikir untuk apa kita terus memperjuangkan negara yg hanya tahu cara memakmurkan para pejabatnya dan memelaratkan rakyatnya dengan dalih atas nama sebuah kebijakan.

Negare mane tuuu?

"Jenderal, tapi kita bisa di anggap sebagai pemberotak. Kita-"

"Kau bisa memikirkannya. Kau mau tetap berada di pihakku ato berada di pihak mereka." Wang Yibo tidak ingin memaksanya untuk mengikuti pemikirannya. Pria itu pergi demi memberi waktu Wenning untuk berpikir.

Kini di manor hanya tersisa mereka, jadi sang jenderal tidak perlu lagi berpura-pura sebagai orang lumpuh.

Karena hanya tersisa mereka, mereka pun mulai berbagi tugas. Untuk masak dan bersih-bersih itu di ambil alih oleh Wenning dan sang tabib, sedangkan pangeran karena kesehatannya tidak memungkinkan ia hanya di bebankan untuk bersantai dan beristirahat, sementara sang jenderal sendiri kini mengambil alih tugas Huashi, ialah kini yg harus melayani sang pangeran.

"Minum obatmu." Wang Yibo datang dengan semangkuk obat di tangannya.

"Percuma aku meminumnya, ini tidak akan pernah bisa memperpanjang usiaku." Protesnya, namun begitu ia masih bangun dari berbaringnya dan meminum obat tersebut hingga habis.

"Kenapa kau begitu putus asa? Obat mungkin tidak dapat membuatmu berumur panjang, tapi pola pikirmu setidaknya bisa membuat obat ini untuk lebih berkhasiat."

"Istri, apa kau tidak ingin aku mati?" Xiao Zhan menggodanya.

"Kalo aku berkata iya, apa itu akan mempengaruhi pemikiranmu?"

"Tentu iya, tapi itu tetap tidak akan membuatku hidup lama. Manusia hanya bisa berencana, tapi tuhanlah yg menentukan. Menurutmu, antara do'a dan takdir, mana yg lebih bisa di andalkan?

"Do'a yg tulus mampu mengubah takdir itu sendiri."

"Aku tidak setuju dengan pendapatmu. Aku-"

"Jangan banyak bicara. Simpan tenagamu untuk nanti." Wang Yibo memotong ucapannya. Pria itu bangkit dengan membawa mangkuk kosong itu pergi.

Wang Yibo terpaksa memotong kalimat pemuda itu agar ia tidak perlu mendengar kata-kata kematian keluar dari mulut pemuda tersebut.

Awalnya ia memang sangat membenci pangeran keenam, karena menganggap pemuda itu telah melukai harga dirinya dengan menjadikannya seorang istri. Tapi, semakin lama ia berada di sisinya, ia tahu jika pemuda ini adalah orang yg baik yg sangat mementingkan orang lain di banding dengan dirinya sendiri. Dan pemuda itu juga selama ini sudah banyak membantunya dalam segala hal. Lagipula, siapa yg berani untuk menentang dekrit dari kaisar. Jadi pangeran keenam pasti menerima dekrit tersebut dengan sangat terpaksa.

Dengan begitu, sang Jenderal pun perlahan mulai mengurangi rasa bencinya pada pangeran. Semakin ia mengenalnya, semakin ia menyukai kepribadian dari pemuda itu.

Sebagai jenderal yg sebelumnya hanya tahu cara berperang, dan mengayunkan pedang. Sosok pangeran Xi membawa sesuatu yg sangat berbeda untuknya. Pemuda itu seringkali menggodanya dengan candaan yg menyebalkan, tapi semakin kesini ia semakin menyukai candaan yg di lontarkan oleh pemuda itu.

Pangeran Xi ibarat sebuah matahari mini yg menerangi kehidupan sang Jenderal yg telah lama terjebak dalam kegelapan.

Suara jenaka pangeran Xi bagaikan sebuah nyanyian lembut yg begitu sopan menyapa indera pendengarannya.

Dan wajah pangeran Xi... sang Jenderal tidak mampu untuk menggambarkannya. Intinya, jenderal ini mulai menyukainya. Entah itu semenjak kapan, yg jelas rasa suka ini mungkin dapat berkembang menjadi sebuah rasa yg lain.








 Entah itu semenjak kapan, yg jelas rasa suka ini mungkin dapat berkembang menjadi sebuah rasa yg lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.
Sorry for typo.

Curhat dikit. Aku tuh suka genre kolosal, tapi kalo suruh bikin bener² ga bisa. Tapi karena udah terlanjur, jadi mau ga mau kudu terus dilanjutin. Jadi kalo ga sesuai ma selera kalian ya maklumi ya..

Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang