10

2.3K 365 23
                                    

Happy reading

***



Akhir musim panas dan awal musim gugur. Hujan turun tidak begitu intens, namun karena negara Xi terletak di dataran tinggi itu menyebabkan suhu menurun dengan sangat drastis di tempat tersebut.

Jubah yg kini di kenakan oleh pangeran Xi bertambah tebal, akan tetapi, pemuda itu masih saja merasakan menggigil meski ia sudah mengenakan dua lapis jubah.

Saat di musim panas kondisi pemuda itu bisa terlihat agak normal, namun sekarang, jejak kesakitan terlihat jelas pada wajahnya yg kini berwarna pucat.

Kondisi pangeran Xi sangat berbanding terbalik dengan keadaan orang lain di dalam ruangan itu. Meski pria itu masih setia duduk di atas kursi roda kayunya, tapi sosoknya jauh lebih hidup dan nampak begitu segar. Huashi datang membawakan secangkir teh herbal untuk pangeran, gadis itu mengetuk pelan sebelum akhirnya masuk setelah mendapatkan izin dari orang yg di dalam.

Pangeran Xi duduk meminum tehnya dengan di bantu oleh Huashi.

"Pangeran, apa anda ingin saya membawakan kudapan hangat untuk anda?" Pelayan itu menawarkan dengan tulus.

Pangeran Xi menggeleng. Lantas ia meminta Huashi untuk menanyakannya pada wangfei, mungkin orang itu menginginkannya.

Meski enggan, tapi karena tuannya sudah menyuruhnya demikian, ia pun menurutinya. Wangfei menganggukkan kepalanya tanda setuju. Huashi pun pergi ke dapur untuk membuatnya.

Setelah beberapa langkah meninggalkan ruangan ruangan tersebut, Huashi tidak bisa untuk tidak menggerutu. "Wangfei keterlaluan! Sikapnya begitu dingin pada pangeran, tapi kenapa pangeran masih saja bersikap baik padanya?" Huashi jelas tidak menyukai bagaimana sikap wangfei terhadap tuannya.

"Apa bagusnya dia? Kenapa pangeran bisa sangat terjerat dengannya? Pangeran sungguh tidak beruntung!" Huashi ikut perihatin pada nasib tuannya.

Huashi baru saja selesai membawakan kudapan ke dalam kamar sang pangeran saat tiba-tiba kereta kuda dengan ornamen berwarna emas di setiap sisinya mulai memasuki kediaman pangeran. Kereta tersebut terlihat sangat mencolok dan mewah, dan tidak sembarang orang bisa memilikinya.

Tiba-tiba putra mahkota datang berkunjung ke kediaman pangeran keenam. Kepala pelayan yg mengetahuinya segera memerintahkan pelayan untuk memberitahukannya pada pangeran, sementara itu ia segera datang untuk menyambutnya.

Mengetahui itu, pangeran Xi yg sedang berbaring lemah di atas ranjang louhannya pun dengan sekuat tenaga bangkit untuk datang menyambutnya.

Pangeran Xi melirik pada sosok sang jenderal, sebagai wangfei dari manor Xi seharusnya ia pergi bersamanya untuk menyambut tamu agung tersebut, tapi, pangeran Xi ragu untuk mengajaknya, khawatir akan sebuah penolakan yg ujung-ujungnya justru akan membuatnya merasa sakit hati, pangeran Xi pun pergi seorang diri untuk menyambut putra mahkota.

Sebenarnya ini sangat tidak sopan, tapi ku harap putra mahkota tidak sengaja menjadikan hal ini untuk mencari-cari kesalahanku. Lagipula, kenapa ia tiba-tiba harus datang kemari? Aku tidak pernah merasa pernah membaca adegan ini dalam buku.

Xiao Zhan sibuk berpikir dalam perjalanannya ke ruang tamu.

"Yang rendah ini memberi salam pada yg mulia putra mahkota." Pangeran Xi dengan susah payah membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam pada sosok di depannya.

Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang