Happy reading
***
Setelah kejadian tersebut hubungan keduanya pun semakin renggang. Aura dingin mencekam selalu menguar dari tubuh sang Jenderal, dan itu membuat siapapun tidak tahan untuk berdekatan dengannya.
Sementara kondisi pangeran Xi pun justru tidak semakin membaik setelahnya. Peralihan dari musim panas ke musim gugur ini membuat suhu menurun semakin drastis, dan itu membuat pangeran Xi tidak bisa lagi pergi bermain-main seperti sebelumnya, melainkan hanya bisa merasa puas terjebak di atas ranjangnya.
Batuknya pun kini semakin intens dan menyakitkan, bahkan tak jarang darah pun ikut keluar saat ia mulai terus-terusan batuk. Huashi dan Hua Tong begitu cemas memikirkan kondisi tuannya, sementara sosok lain yg ada di seberangnya tampak terdiam dan mengawasi.
Dokter mulai menambahkan beberapa resep pada ramuan obat yg di berikannya, dan itu membuat cairan di mangkuk obat itu semakin kental dan menyengat. Itu sungguh sangat menyiksa bagi Xiao Zhan yg harus selalu meminumnya dua kali dalam sehari, padahal pemuda itu tahu jika semua itu tidak akan pernah bisa membuat kondisinya akan semakin membaik.
Tabib baru saja selesai memberikannya sesi akunpuntur demi membuatnya bisa tidur dengan nyaman. Dan di kini di seberang, mata pangeran menangkap Wenning yg tengah berbicara dengan sang jenderal, pria itu tampak memberikan selembar surat padanya, dan Wang Yibo segera menyembunyikannya di balik jubahnya.
Hahh.. rupaya waktunya sudah semakin dekat.
Ini sudah musim gugur, dan sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Perang akan segera pecah, dan kerajaan Xi akan segera runtuh. Pantas saja kondisinya semakin buruk akhir-akhir ini. Ternyata ia sebentar lagi akan mati.
Bibirnya membentuk garis senyum saat ia memikirkan hal tersebut.
Baguslah, berarti aku tidak perlu berlama-lama berurusan dengan Jenderal menyebalkan ini.
Hanya seorang Xiao Zhan yg masih bisa merasa bahagia saat dirinya semakin dekat menemui ajalnya.
Ku harap aku masih bisa bertemu dengan ibu setelah kematianku nanti.
"Pangeran, waktunya minum obat." Panggilan Huashi berhasil menariknya pada ke kenyataan. Pangeran Xi menoleh ke sisinya, ia tersenyum menatap gadis tersebut. Tiba-tiba ia mengingat tentang sesuatu.
"Duduklah." Xiao Zhan memintanya untuk duduk di kursi yg ada disampingnya.
"Pangeran?"
"Duduklah, aku ingin bicara sesuatu denganmu." Pangeran Xi tampak serius. Bagi seorang pelayan duduk di di kursi di hadapan tuannya adalah sesuatu yg sangat tidak sopan, namun pemuda itu memaksanya dan ia pun tidak ada pilihan lain selain untuk mematuhinya.
Tabib dan yg lainnya sudah lama pergi, dan kini hanya tersisa tiga orang dalam ruangan itu. Pangeran Xi dan pelayannya terlihat berada dalam posisi yg dekat dan itu tentu mengundang rasa penasaran dari pihak lain, namun pria itu tentu tidak bisa tiba-tiba mendekat dan menanyai keduanya. Wang Yibo pun hanya bisa puas terpaku di tempatnya sambil mulai menajamkan indera pendengarannya demi mendengar pembicaraan keduanya.
"Uhuk.. uhhuk.. kalo pangera ini tidak salah ingat, saat ini kau sudah berusia 16 tahun."
Huashi mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)
Fanfictionkisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebabkan kekalahan. tak cukup sampai di situ, pria itu juga di hancurkan meridiannya hingga membuatnya lu...