6

2K 334 17
                                    

Happy reading

***


"Seharusnya kau jangan sok-sokan melihat bulan. Lihat! Sekarang kau malah jadi masuk angin dan demam. Sungguh merepotkan," Jiang Yi tidak tahan untuk mengomelinya. Tubuh pangeran ini sangat lemah dan rapuh, dimana dalam keadaan sehat saja ia masih harus bergantung pada tonik dan ramuan herbal lainnya, sekarang dengan kondisinya yg masuk angin itu pasti akan sangat menyiksanya.

"Maaf, aku harus merepotkanmu. Aku hanya ingin menikmati momen langka ini, karena belum tentu tahun depan aku bisa-"

"Cukup! Kalo kau masih punya tenaga, sebaiknya gunakan untuk berjalan dengan benar. Jangan terus mengoceh tentang kematian saja. Menyebalkan!" Walopun nadanya ketus dan sinis, tapi Jiang Yi adalah orang yg paling mengkhawatirkannya. Jiang Yi berasal dari desa dan tidak memiliki orang tua dan kerabat. Jadi, pria itu sangat menggantungkan nasibnya pada pangeran ini.

Xiao Zhan pun diam. Ia kini berjalan kembali ke kamarnya dengan di bantu Jiang Yi.

Hua Tong yg berjaga di depan pintu melihat kondisi tuannya seperti langsung datang untuk membantu.

Pintu di buka, dan di kamarnya kini sangat gelap tanpa ada satu pu  nyala lilin sebagai penerangan.

"Astaga!!" Jiang Yi terkejut melihat penampakan orang yg duduk di kursi roda kini yg menatapnya dengan tatapan sinis. Ruangan ini memang gelap, tapi cahaya bulan yg terang mampu menembus cela-cela jendela lewat tirai yg tersingkap oleh hembusan angin.

Tatapan pria itu sungguh mengerikan hingga mampu membuatnya merasa kikuk. Ia dan Hua Tong pun bergegas mendudukkan pangeran di atas ranjang.

"Bukan di sini. Bantu aku duduk di sana." Suruhnya yg menunjuk ranjang Louhan yg terletak diseberang.

"Kalian tidur terpisah?" Jiang Yi berbisik pelan di telinganya.

"Menurutmu?"

"Ya, terpisah. Aku pergi. Aku akan memanggil tabib kemari untuk memeriksamu." Ia pun langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Langkah Jiang Yi begitu cepat saat ia berusaha keluar dari kamar itu, dan setelah berhasil ia pun kembali berjalan perlahan dan melirik Hua Tong di sebelahnya.

"Apa wangfei memang selalu terlihat menakutkan seperti itu?"

Pria itu mengangguk untuk membenarkan. Dan itu membuat Jiang Yi tidak habis pikir. Bagaimana pangeran bisa betah tinggal satu kamar dengan orang yg menyeramkan seperti itu.

"Cepat panggil tabib untuk pangeran. Aku akan kembali ke tempatku." Putusnya. Jiang Yi sudah mengambil keputusan yg benar, karena jika ia sekali lagi berani kembali ke tempat itu mungkin kepalanya sudah terputus dari raganya.

.
.
.

"Anda masuk angin dan demam. Saya akan meresepkan obat untuk anda." Tabib pun menyuruh Wenning untuk segera merebus obat. Setelah itu pangeran meminta tabib untuk meninggalkannya.

Kini, di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Pangeran terbaring di ranjang louhannya, dan jenderal Wang duduk di kursi rodanya sambil menatapnya dengan dingin.

"Kenapa kau menatapku begitu? Apa kau tidak sabar untuk membunuh suamimu ini?" Xiao Zhan berkata acuh tak acuh.

"Tidak perlu terburu-buru, tanpa kau melakukan itu pun aku akan segera mati. Jadi, mari kita akur. Biarkan aku menikmati sisa hidupku dengan tenang." Xiao Zhan lantas memalingkan wajahnya. Ia menatap langit-langit ruangan ini dengan tatapan kosong. Wajah sang ibu tiba-tiba terlintas di benaknya, dan itu membuatnya menitikkan air mata tanpa sadar.

Pangeran Dan Istri Jenderalnya.(end In Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang