14

631 65 6
                                    

Akhir pekan, saat keduanya sedang sama-sama luang, Mario mengajak April ke rumah orangtuanya di Tangerang. Sekadar berkunjung karena sudah lama tidak pulang yang padahal jarak Jakarta-Tangerang juga bukan seperti jarak Banyuwangi-Merak. Sekalian juga untuk membicarakan soal keinginan Mario.

Ya baru keinginan saja, nikahnya kapan juga belum ada di bayangan Mario apalagi April. Baru mau membicarakan soal ingin menikahi April ini saja. Karena memang, April bilang ia belum bisa membayangkan soal pernikahan, menjadi sepasang suami walau sekarang-sekarang juga kehiduapan mereka mirip seperti sepasabg suami. Cuma kan, menikah ini bukan hal yang main-main.

Waktu itu akhirnya Mario menghubungi orangtua April lagi, bicara panjang lebar soal keputusan mereka untuk mempertahankan rahim April. Mario juga meyakinkan orangtua April kalau ia tidak akan meninggalkan anak sematawayang orangtuanya ini. Ibunya April mungkin bisa merasa lebih lega, namun masih sulit untuk ayahnya April, ia masih lumayan keras dan belum bisa sepenuhnya mempercayai Mario. Mengingat, April yang juga keras soal niat pengangkatan rahimnya demi bisa tetap bersama Mario.

Ternyata keras kepalanya turunan dari sang ayah, lembutnya dari sang ibu. Kalau begini Mario tidak heran, memang April ini gabungan kedua orangtuanya. Tidak seperti Mario, entah karakternya ini turunan siapa. Kalau tampang sih lebih mirip ibunya, meski badannya lebih mirip sang ayah, yang bebadan tinggi besar dan berbahu lebar.

"Makan yang banyak Pril, biar kayak Rio tuh."

"Lah? Kenapa jadi aku?"

Ibunya hanya terkekeh, April juga sama. Hanya Mario saja yang melengas-lengos.

Sebenarnya tidak ada dalam rencana, cuma sang kepala keluarga sudah menitahkan untuk menginap semalam baru besok kembali ke Jakarta. Mario oke saja, karena April juga ikut keputusan Mario, jadi ia juga oke saja. Bukan pertama kali, sudah kesekian kali meski tidak sering.

"Kemaren Ibu diceritain sama Mbak Ratna, katanya kalian bikin surprise gitu ya pas Mbak Ratna ulang tahun?"

"Iya Bu." senyum April mengembang, "Sebenernya itu ide yang lain, aku ikut seru-seruannya aja, ngeramein."

"Iya, dia cerita ke Ibu katanya dikasih kejutan, rame."

"Rame banget Bu."

"Yang kamu pake baju biru itu?" Mario ikut nimbrung.

"Iya yang itu."

"Ooh." dan mengangguk, baru paham tentang obrolan April dan ibunya.

Kalau diingat-ingat, memang April bisa kerja di kantor seperti sekarang ya berkat orang dalam. Tidak seperti Mario yang pindah ke Jakarta karena mutasi, April ikut pindah ke Jakarka karena Mario pindah. Ia berhenti dari pekerjaan sebelumnya yang sebagai guru les dan mendadak pengangguran begitu di Jakarta.

Dulu April sempat apply lamaran ke beberapa kantor, dan ternyata susah juga mencari kerja di kota yang dulunya Ibu Kota. Akhirnya malah dapat bantuan dari ibunya Mario, yang menitipkan April pada kakaknya untuk diberi pekerjaam di kantornya.

Ya jadi lah sampai sekarang April masih menjadi pegawai di kantor dengan Ratna selaku kakak dari ibunya Mario ini sebagai atasannya. Mau bilang hoki, tapi caranya agak curang. Biar saja deh. Lagipula di dunia kerja, banyak yang begitu. Maunya tidak menormalisasi, cuma yaa.. yaa... di negeri yang lucu ini, memang sulit sekali dapat kerja tanpa orang dalam. Tapi masih ada kok yang tidak begitu.

Makan malam di rumah Mario ini sederhana saja, tidak yang mewah karena mereka hanya berempat, kalau si anak sulung beserta keluarganya juga ikut pulang, pasti jadi mewah. Karena yang datang hanya Mario dan April jadi menu makan malamnya biasa saja, yang penting ada dan bisa dimakan.

Avenoir (BL19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang