20

1K 73 15
                                    

"Rio.."

"Hm?"

April tidak menjawab atau sekadar memanggil lagi, hanya terdiam mengelusi kepala Mario yang direbahkan di perut buncit April.

Ya, perutnya mulai membuncit begitu masuk usia kandungan ke enam bulan. Kini sudah mendekati hari kelahiran, perutnya tentu makin membesar. Terlebih, yang berada di rahimnya, bukan hanya satu janin saja.

Janinya kembar, itu benar. Dinyatakan kembar saat April kontrol di usia kandungannya yang sudah 14 minggu. Jelas kabar tersebut makin-makin buat menganga, senang luar biasa, terlebih untuk Mario yang sudah mendamba-dambakan anak dari April.

Keluarga Mario juga April saat dikabari kalau April mengandung, jelas amat senang. Orangtua Mario langsung datang ke Jakarta, pun orangtua April yang langsung memesan tiket peswat untuk pulang ke Tanah Air demi menemui anak semata wayang mereka yang akhirnya mengandung. Dan, begitu Mario bilang bayinya kembar, bahagia yang tercipta makin-makin luar biasa.

Rasanya saat itu tawa dan tangis jadi satu. Ya senang, ya terharu. Terlebih untuk April, karena keberadaan rahim di dirinya itu merupakan satu kelainan, tapi melihat orang-orang turut senang dengan kehamilannya, tentu April merasa lega, ia senang, tapi lebih besar rasa leganya.

Daffa, Putri, Sukma, Maura dan Anggi pun langsung mengadakan reuni begitu Mario mengabarkan soal ia yang akan segera jadi ayah. Teman-teman juga ikut senang, bahkan tidak sabar ingin cepat-cepat bertemu si kembar.

Yaah, janinnya benar-benar kembar. Mario bilang mungkin bawaan gen dari keluarga April. Pun dulu seingat Mario, ibu mertuanya pernah cerita kalau sebeneranya mungkin April kembar. Tapi kalau melihat dari silsilah keluarga Mario, buyutnya dulu juga ternyata kembar, bisa jadi gen dari Mario juga. Tidak peduli lah dari mana janinnya bisa kembar, yang jelas Mario akan segera jadi ayah dua anak.

"Aku gak sabar."

"Aku juga."

"Nanti caesar ya?"

"Iya."

Mario mendongak. "Bekas lukanya-"

"Bekas lukanya bakal jadi bukti kalo aku yang bawa mereka di badan aku, bukti kalo aku yang ngelahirin mereka."

Benar. Untuk itu Mario sama sekali tidak bisa menyangkal. Mario senang dan selalu merasa terselamatkan dengan jawaban April. Karena sejujurnya, saat tau April harus lahiran secara caesar, Mario jadi tidak tenang, merasa bersalah dan segala macam. Ya gimana? April sudah mengandung sembilan bulan, bawa dua janin sekaligus di rahimnya, tapi masih juga harus 'terluka' dan bekasnya akan terus berada di sana.

Ya memang, untuk lahiran secara normal juga tidak memungkinkan, malah semakin mengancam nyawa April, tapi tetap bagi Mario, caesar ini pun sama sulitnya, sama beratnya, sama menyakitkannya. Hamil tidak mudah, begitu juga saat melahirkannya, belum lagi saat membesarkan anak-anak mereka nanti. Berat jadi April, kalau boleh meminta, Mario ingin sakitnya April dipindah padanya saja, bekas operasi caesarnya juga. April terlalu banyak berjuang dan berkorban, Mario tidak ada apa-apanya.

"Kamu nemenin aku terus loh. Kamu bener-bener jadi suami siaga. Kamu gak pernah ngeluh pas aku bangunin tengah malem karena kaki aku kram, selalu merhatiin makanan aku, ngerawat aku, bahkan mau-maunya mandiin aku karena aku udah kehalang perut begini."

"Yaa tapi tetep gak sebanding sama kamu Pril."

"Lagian ya Yo, kalo sakitnya dipindah ke kamu, nanti yang jadi ayah siaga pas anak-anak nangis tengah malem siapa?"

Mario diam, tidak menjawab hanya menatapi April yang masih belum bosan mengelusi kepalanya.

"Aku bener-bener butuh kamu yang kuat dan tangguh ini, buat jadi super papa yang siap siaga nemenin sama bantuin aku."

Avenoir (BL19+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang