Setelah pertemuan orangtua waktu itu, April juga Mario tidak memunggu lama untuk prosesi lamaran. Tidak mengundang orang-orang, hanya keluarga inti saja. Memang keinginan April dan Mario yang tidak mau ramai-ramai.
Keduanya resmi bertunangan, meski masih belum tau dan belum terpikirkan kapan sekitaranya mereka akan menikah. Orangtua sempat mendesak beberapa kali untuk langsung menikah saja, tapi kembali lagi pada kesiapan April dan Mario, soal menikah ini benar-benar tidak bisa mereka anggap mudah.
Keputusan untuk diadakan resepsi atau tidak saja masih belum jelas. April dan Mario mau yang biasa saja, hanya akad dan selesai, tapi lagi-lagi orangtua ingin ada perayaannya. Terlebih, untuk April yang anak semata wayang. Memang bisa didiskusikan sama-sama baiknya harus gimana, hanya saja April dan Mario ini benar-benar tidak memikirkan sampai sana untuk sekarang.
Keduanya nalah sibuk mendekatkan diri satu sama lain, untuk saling mengenal lagi sebelum adanya ikatan pernikahan nanti. April dan Mario di waktu senggang malah lebih sering bermain game menjawabi pertanyaan-pertanyaan dari sudut pandang masing-masing. Tentang kehidupan sekarang, rencana masa depan, dan seputar apa yang terjadi di masa lalu. Tidak melulu pertanyaan yang serius, kadang pertanyaan seperti makanan kesukaan saat masih kecil pun mampu buat keduanya merasa lebih paham satu sama lain.
Biasanya, mereka mengumpulkan beberapa pertanyaan dulu, sekitar 7 - 10 pertanyaan. Tiap-tiap pertanyaan akan mereka jawab di sebuah lembar, tanpa diskusi, tidak perlu juga sebuah alasan, hanya jawab sesuai pertanyaan. Di akhir setelah semua jawaban selesai, baru kedunya mendiskusikan jawaban mereka masing-masing.
Siang ini pun sama, selagi hari Sabtu dan keduanya sedang senggang. Sekiranya ada 10 pertanyaan sudah mereka persiapkan, sambil duduk di lantai beralas karpet di ruamg tv, ditemani camilan dan es kopi, keduanya bermain game yang sama lagi.
"Tapi emang seru sih, kayak apa yang sebelumnya gak kepikiran tuh jadi kepikiran."
"Iya kan? Aku juga ngerasa begitu. Kayak yang.. pas kapan ya yang ada pertanyaan temen pertaman semasa TK."
"Minggu lalu? Apa pas Rabu kemaren ya?"
"Iya pokoknya itu lah, sumpah itu aku mikir loh."
April cekikikan, "Sama pertanyaan yang, menurut kamu cinta itu pilihan atau perasaan? Kayak.. wah aku mana kepikiran?"
"Bener." Mario juga ikut cekikan. "Itu aku jawab pilihan sih, ya kan aku milih mau cintanya sama siapa? Iya kan?"
"Iyaa~" game-game seperti ini selalu seru untuk April bahkan Mario. "Yuk. Pulpen kamu udah?"
"Udah kok. Aku yang baca ya?"
"Okee~"
"Who has been the kindest to you in your life."
April diam sejenak, menatapi wajah Mario yang padahal di kepalanya sedang mengingat-ingat. Berbeda dengan Mario yang sudah menjawab lebih dulu, menulis di kertas yang sudah ia sediakan.
"Udah?"
"Hm."
"Dua, if you had to get tattoo, what design would you choose?"
Sontak April terkekeh, tidak ragu untuk menjawab dari peryanyaan kedua ini. "Udah."
"Oke. Right now, what do you want most?"
"Eh? Bisa apa aja kan?"
"Bebas."
"Okee~" mengembang lagi senyuman April.
Pun Mario, ia agak geli dengan jawabannya tapi tidak mau diganti karena kejujuran di game ini amat baik dibanding mengarang bebas seperti tugas Bahasa Indonesia jaman SD dulu. "Ke berapa sekarang? Empat ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir (BL19+) [COMPLETE]
Random❝𝑺𝒐𝒎𝒆𝒕𝒊𝒎𝒆𝒔, 𝒉𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒎𝒆𝒎𝒐𝒓𝒊𝒆𝒔 𝒉𝒖𝒓𝒕 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕.❞ Harusnya yang lalu, biar saja jadi masa lalu. Orang-orang dan kenangan di masa lalu, harusnya tetap di masa lalu. ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat...