Rasanya April mandi tidak begitu lama, namun saat ia selesai dan kembali ke kemar, ia lihat Mario sudah meringkuk dengan mata terpejam. Bukan sekali-dua kali juga Mario tidur duluan, hanya saja malam ini terasa terlalu capat karena masih jam delapan.
Mungkin masih ada sisa lelah bekas kemarin, toh tadi juga mereka kembali dari hotel setelah makan siang, semalam juga tidurnya hampir tengah malam. Ya, April juga tidak mau protes soal itu, biar saja Mario tidur lebih dulu, kan Mario juga masih di masa pemulihan. Jadi April biarkan, justru ia yang geraknya jadi harus lebih hati-hati, takut Mario terbangun.
Yah, karena sejak lama Mario itu light sleeper, orang yang mudah terbangun meski dari hal-hal kecil. Kalau April tidak menjaga gerak dan suara, Mario sudah pasti terbangun.
"Pril?"
Nah, kan. Baru diomong.
"Udah selesai?"
"Hm, kamu tidur lagi aja."
"Sini." suaranya lemas, suara-suara orang mengantuk. Seraya membuka selimut mempersilakan April masuk dan berbaring di dekatnya. "Besok kita kan masih ada cuti, kamu mau pergi kemana gitu gak?"
"Gak tau deh, kita istirahat aja mungkin?"
"Ya udah." lagipula Mario juga bingung mau kemana kalau mau pergi. "Kamu wangi banget."
"Kan abis mandi. Tidur Yo, tidur lagi. Kamu tadi udah tidur loh."
"Iyaa~" tapi tidak langsung dilaksanakan, malah mengusap-usap kepala April, menyisir rambutnya ke belakang. "Kamu ada yang mau diceritain dulu gak? Belakangan ini kita gak sempet curhat-curhatan sebelum tidur, gara-gara aku keseringan tidur duluan."
Iya ya? April juga baru sadar. Biasanya sudah jadi kebiasaan keduanya, mengobrol dulu sebelum tidur, ya entah itu curhat, atau cerita hal-hal sepele tentang kejadian sehari-hari, pokoknya pasti ada saja yang diceritakan, didiskusikan, setelah selesai baru tidur.
Belakangan rasanya memang tidak sempat, ya karena pusing persiapan, Mario juga harus dirawat inap. Tidak sempat untuk hal-hal begitu karena lebih memikirkan dan mengobrolkan hal lain.
"Ada gak?"
"Kamu ada gak?"
"Hmm kalo cerita yang gimana-gimana kayaknya gak ada deh, tapi tadi pas kita makan siang sama orangtua kamu itu, makanannya enak ya?"
April malah terkekeh, ya memang obrolan sesepele ini juga bisa jadi obrolan malam mereka. "Kamu suka?"
"Suka, kapan-kapan kita kesana lagi yuk? Berdua aja. Kamu suka gak?"
"Suka, menu yang aku tadi juga enak. Tapi kayaknya lebih enak yang kamu ya?"
"Sama aja ah? Nanti deh, aku makan yang tadi kamu pesen, nah kamu makan yang aku."
"Okee~~ besok mau makan apa? Kita belum belanja nih. Sarapan paling pake roti doang? Gak ada stok salad loh."
"Nanti aku beli uduk aja, agak siangan baru kita belanja."
"Ya udah." habis memang seminggu kemarin benar-benar sibuk sesibuk sibuknya. Gak bisa kepegang semua. Boro-boro ingat masak atau belanja bahan makanan, bisa ingat untuk makan saja sudah syukur.
"Kamu?"
"Hm?"
"Ada yang mau diceritain gak?" tanyanya, seraya usapan tangan Mario yang semakin lembut. "Ada kan? Kamu mendem-mendem sesuatu kan?"
"Hmm.." yaa memang, "Bukan aku pendem juga sih Yo, aku juga kan biasanya langsung cerita ke kamu, cuma kemaren itu kan bener-bener hetic Yo."
"Iya sih." gantian Mario yang terkekeh. "Apa? Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir (BL19+) [COMPLETE]
Random❝𝑺𝒐𝒎𝒆𝒕𝒊𝒎𝒆𝒔, 𝒉𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒎𝒆𝒎𝒐𝒓𝒊𝒆𝒔 𝒉𝒖𝒓𝒕 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕.❞ Harusnya yang lalu, biar saja jadi masa lalu. Orang-orang dan kenangan di masa lalu, harusnya tetap di masa lalu. ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat...