23. (a) RUMAH POHON

33 5 0
                                    

Gea gamau adek cowok Mah.

-Abigail William Kecil

Lima tahun yang lalu

HALTE BIS SMP GARUDA RAYA, 13.00 WIB

           Awan gelap mulai memayungi siang hari yang sebelumnya amat terik. Perlahan-lahan hujan turun membasahi bumi membawa aroma petrikor yang Gea suka.

Karena hujan yang semakin deras, Gea memutuskan untuk meneduhkan dirinya di halte bus di dekat sekolahnya.

Hari ini Gea pulang lebih awal, ia lupa tidak membawa ponselnya untuk menghubungi orang rumah. Jadi pilihannya hanya dua yaitu menunggu bus datang atau menunggu satu jam lagi untuk di jemput sopir keluarganya.

Gea mendudukkan dirinya di kursi halte. Ia menatap bajunya yang sudah mulai mengetat dan kekecilan. Walau baru menginjak tahun pertama SMP, untuk anak seusia dirinya Gea bertumbuh sangat cepat. Tahun ini tingginya bahkan hampir mencapai seratus enam puluh senti meter. Mungkin berkat ayahnya yang masih mempunyai darah campuran asal belanda, setitik genetik itu menurun kepadanya.

Meskipun begitu fisiknya mirip seperti orang asia pada umumnya.

"Hei Abigail!"

Suara itu membuyarkan lamunan Gea yang memandang lantai halte bus sambil mengayun-ayunkan kakinya.

Seorang pria dengan audi berwarna hitamnya berhenti di depan Gea. Melihat pakaiannya yang rapi, pria itu sepertinya baru pergi dari suatu tempat. Pria yang berusia tujuh tahun lebih tua darinya itu juga merupakan tetangganya.

"Kakak tetangga!" Seru Gea senang. Gea sangat menghafal suara itu, pria itu adalah satu-satunya orang yang memanggilnya aby atau abigail. Gea menyukai panggilan itu.

Sejujurnya Gea juga menyukai orangnya.

"Udah pulang? Ayo ikut Kakak sekalian." Tawar pria tersebut.

Gea yang mendengar tawaran tersebut berdiri senang. Ia bergegas memutari mobil dengan berlari-lari kecil menerobos hujan dan masuk duduk di samping Kakak tetangganya itu.

Seperti pria itu yang memberi panggilan khusus kepada Gea, Gea juga memberikan julukan khusus. Yaitu Kakak tetangga.

"Kakak tetangga habis darimana?" Gea bertanya. Mobil yang mereka tumpangi melaju cepat membelah jalan raya. Pria itu diam, mukanya murung.

"Kakak tetangga ada masalah ya?" Tanya Gea lagi dengan nada sedih. Tapi pria itu masih diam.

"Kak?" Tanya Gea lagi, tapi pria itu masih tidak menjawab.

Gea tidak tahu apa yang terjadi dengan Kakak tetangganya itu. Kakak tetangganya itu adalah orang yang baik, tapi sekarang terlihat murung. Sejujurnya saat pria itu menawari tumpangan untuknya, nadanya aneh. Tidak seperti biasanya.

Gea pertama kali bertemu dengan Kakak tetangganya saat Gea berumur delapan tahun. Saat itu Kakak tetangganya berusia lima belas tahun.

Gea ingat sekali kejadiannya. Dulu saat umurnya masih delapan tahun ia sangat nakal. Waktu adiknya Sean lahir, Gea sebenarnya tidak sepenuhnya menerimanya. Alasannya karena Gea menginginkan adik perempuan.

Setelah adiknya lahir walaupun dia berjenis kelamin laki-laki, tapi adiknya itu mempunyai visual yang sangat menggemaskan. Perpaduan cantik dan tampan. Ia sering mendandaninya seperti perempuan seperti memakaikan adiknya itu baju perempuan dan pernak-pernik perempuan.

Selain itu walaupun namanya Sean, Gea memanggil adiknya dengan sebutan Nunu yang ia ambil dari kata Seanu.

Lalu pada satu waktu mungkin karena Gea sudah keterlaluan ibunya ---Teresa--- memarahinya hingga akhirnya ia meminta untuk dibuatkan adik perempuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan Kamu : Berandalan dan Si Kemayu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang