~34 : Cafe Choco

106 24 3
                                    

"bosan~ bosan~~"

Gempa memandang adik pertamanya itu dengan tatapan datar. Pasalnya Blaze tadi tiba-tiba datang ke kantornya, lalu mengomel-ngomel tak jelas di depannya.

"Mau apa sih lo, Blaze?" Tanya Gempa sambil menutup berkasnya.

Blaze tersenyum senang. Akhirnya Gempa berhenti dari menyelesaikan pekerjaannya.

"Nggapapa. Gue cuma bosen aja." Sahutnya sembari duduk di sofa.

Gempa menghela nafasnya lelah. "Lo nggak ada kerjaan, ya? Sampai mampir ke sini?"

Blaze hanya ketawa garing lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk itu.

"Justru karna itu gue dateng ke sini. Bosen natap kertas kerja mulu."

"Astaga. Terus Lo mampir ke sini ngapain? Kan sama aja, ngebosenin juga." Ucap Gempa sambil menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan tingkah si adik.

Blaze kembali duduk. Wajah abangnya ia tatap dengan lekat seakan mau mengatakan [meminta] sesuatu.

"Hah. Apa yang lo mau sebenarnya, Aze? Cepet ngomong. Gue masih punya banyak berkas yang harus gue periksa." Ucap Gempa datar. Ia membenarkan posisi duduknya, memfokuskan seluruh perhatiannya pada adiknya itu.

"Hehehe. Kayak tau aja gue mau minta sesuatu." Sahut Blaze sambil cengengesan.

"Ya gue tau, lah. Dari melihat wajah lo aja udah bisa ketebak." Jawab Gempa. "Dah. Cepet bilang."

Blaze berdehem seketika sebelum bersuara kembali. "Nanti saat ujung minggu, mau nggak kita ke pantai?" Tanyanya sedikit ragu.

Gempa menyeruput kopinya sebentar. Ia berfikir seketika.

"Untuk apa ke sana?" Tanya Gempa kembali.

"Em... Piknik. Kita panggil aja satu keluarga buat ikut gabung." Jawab Blaze sambil masih setia memandang abangnya.

Gempa kembali terdiam mendengarkan itu. "Hmm..."

"Bagaimana? Nanti kita semua bisa healing bareng-bareng..." Blaze mencoba membujuk Gempa sembari membuat wajah shok imutnya.

Gempa yang melihat itu hanya memutar bola matanya dengan malas. Ingin saja dia menempelkan kuali kesayangannya itu ke wajah adiknya karena kesal.

"Hentikan ekspresi shok imut lo itu. Gue kesal lihatnya."

Blaze mendengus kesal lalu kembali menormalkan ekspresi wajahnya. "Ckh iya iya. Jadi jawaban lo apa?"

"Baiklah. Bilang sama mereka bahwa ujung minggu ini kita semua bakal piknik bersama di pantai." Jawab Gempa sambil tersenyum.

Mendengar itu, pria bermanik orange itu langsung tersenyum senang. Ia sempat melompat-lompat kecil.

"Yay!"

Gempa hanya tersenyum melihat wajah bahagia adiknya itu.

"Ya sudah. Kasi tau mereka, gih."

"Baik kapten!"

_______________

"Oboy, ih!"

[Name] menatap suaminya itu dengan wajah yang sudah memerah hebat.

"Apa? Aku nggak ada melakukan apa pun. Dia yang tiba-tiba masuk saat aku menciummu tadi." Sahut BoBoiBoy santai.

"Nggak nggak. Ini gara-gara kamu! Pokoknya kamu!" [Name] memukul-mukul dada BoBoiBoy dengan rasa kesal yang teramat.

Kenapa wanita ini terlihat begitu kesal dan malu? Ayo kita putar waktu sebentar.

.
.
.
.
.

"Sayang? Apa kau masih ngambek? Hmm?" Bisik BoBoiBoy pelan ke telinga [name]. Ia mengecup sebentar daun telinga istrinya yang tertutup jilbap itu.

"...jangan, kita lagi di kantor." Jawab [name] terbata-bata dengan seluruh wajahnya yang sudah memerah hebat.

BoBoiBoy terkekeh pelan. Pelukan di pinggang istrinya itu semakin di pereratkan.

"Sh... Lepasin, Oboy." Ucap [name] sambil memalingkan wajahnya memandang ke arah lain.

"Sayang... Look at me." BoBoiBoy sengaja merendahkan suaranya saat berbicara. Tangannya bergerak menyusup masuk ke dalam jilbap [f /c] milik istrinya itu.

"O, Oboy. Jangan." Lirih [name] saat tangan yang sedikit kasar itu memegang lembut lehernya.

BoBoiBoy menyeringai tipis. "Look at me, my beloved baby." Bisiknya kembali menggoda lagi. Tangannya ditarik keluar dari jilbap istrinya.

[Name] mau tak mau menoleh kembali ke arah suaminya. "Ma, mau apa?"

Cup~

Wanita itu terpana seketika saat bibir merahnya tiba-tiba dicium BoBoiBoy. Ia membelalakan matanya.

"Ob hmm."

Ceklek!

"Bro. Ups!"

Mendengar suara seseorang dengan pintu yang tiba-tiba terbuka, BoBoiBoy dan [name] langsung menjauh antara satu sama lain. Mereka menatap horor orang yang sudah mengganggu momen mesra mereka itu.

"GOPALLLLLL!!!"

.
.
.
.
.

"HAHAahaha. Maaf~. Siapa yang suruh kamu ngambek? Kena, kan, jadinya?" BoBoiBoy tersenyum jahil.

"Ihh!"

BoBoiBoy hanya bisa tersenyum dan mengelus kasar kepala istrinya.

Tingg! Ting!

Mata hazel milik pria itu langsung saja melirik layar ponselnya. Satu notice naik dipermukaan layar ponselnya itu.

Ayam jahil

Oi Dino oren!
12:30

Ke cafe Choco, yuk.
12:30

Ngapain?
12:31

Datang aja. Gue ajak yang lain juga kok.
12:31

Ayo, lah. Gue traktir makan.
12:31

Tapi gue udah makan bareng [name]
12:32

Dateng aja, lah! Monyet oren!
12:32

Ya sudah. Otw
12:32

BoBoiBoy mematikan ponselnya. Ia melirik ke arah [name] yang sudah tertidur dipundaknya.

"Malah tidur. Dasar..."

________________________

Tes! Tes!

Halooo my sunshine!

Bagaimana? Lily salting berat, nih.

Kalian gimana? Hmm

Baiklah

Sea you nanti, sayang.

owner of my heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang