*ini Kavin sebelum jadi Gavin, oke*
*Selamat membaca*
~~~
"Masak apa Bun?" Kavin bertanya ketika memasuki dapur, disana sang ibunda tengah sibuk memasak untuk makan malam mereka kali ini,
"Cuma sup sama sayur, kenapa? Abang mau rikwest (request) masakan lain?" Wanita yang sudah paruh baya itu menatap putra sulungnya sekilas sebelum akhirnya kembali fokus pada masakannya.
"Enggak lah Bun, abang cuma nanya aja, lagian apapun itu masakan bunda selalu enak.." Kavin, pemuda itu kini duduk di meja makan minimalis tak jauh dari tempat masak ibunya, sembari tersenyum melihat ibunya terkekeh pelan dengan perkataannya, itu adalah sebuah kenyataan bukan sekedar pujian.
"Abang!" seruan itu terdengar dari arah luar hingga kedalam, si bungsu sudah kembali setelah meminta izin ke warung beberapa saat yang lalu, sambil membawa beberapa makanan ringan di tangannya, gadis itu langsung duduk berhadapan dengan kakaknya.
Saat itu pula sang kepala keluarga juga keluar dari kamar, ikut bergabung di meja makan, menunggu masakan istri tercinta, sembari berbincang bersama kedua anaknya.
"Bang, aku punya rekomendasi novel online buat abang! Seru loh ceritanya." Si bungsu berseru, menatap kakaknya penuh binar harap, jelas meminta sang kakak untuk ikut membaca cerita novel yang katanya seru itu.
"Hmm, iya, kirim aja link nya," jawab Kavin, terlalu enggan ia untuk sekedar menolak permintaan adiknya lagipula itu hanya sekedar novel bukan? Bukan masalah untuk membacanya.
Di saat bersamaan masakan bunda sudah matang, langsung wanita paruh baya itu meletakan dua menu makan malam hari ini di atas meja makan bersama dengan nasi di masing-masing piring untuk seluruh anggota, lalu setelahnya langsung ikut bergabung bersama anak dan suaminya.
***
"Bagus kan bang?"
Suara gadis enam belas tahun itu kini menatap sang kakak dengan mata berbinar, setelah berhasil membuat kakaknya membaca novel online favoritnya kemarin lusa hingga tamat tadi malam, mumpung kakaknya masih duduk sambil santai menjadikannya kesempatan untuk meminta pendapat kakaknya tentang cerita itu.
"Apanya yang bagus?" Pertanyaan balik dari Kavin, sang kakak membuat Kiran menunduk sendu padahal ia suka cerita novel itu, dengan sangat, sejak pertama kali ia baca hingga sekarang sudah berkali-kali ia membacanya kembali, Kiran tetap menyukainya.
"Ya kan seru bang, cowoknya ngejaga ceweknya banget, definisi laki-laki sempurna loh bang, walau pun sayang si cowok harus lumpuh di ending, itu semua gara-gara si Gavin!"
Celotehan terdengar dari bibir gadis berhijab itu, tak peduli Kavin sudah menghela nafas saat ini, perbedaan usia juga gender mungkin membuat selera mereka berbeda, namun tak peduli begitu, kalaupun ia menjadi perempuan ia tidak akan pernah menyukai novel berjudul ; Perfect My Boyfriend itu! Seumur hidupnya!
Bukan apa-apa, cerita di dalamnya sangat-sangat menye-menye, bagaimana menjelaskannya, memang bagus cerita itu menceritakan tentang anak remaja dengan pasangannya tersebut, namun mungkin cinta sang pencipta karya itu terlalu besar terhadap pemeran utama pria dan wanita, sehingga menjadi sangat tidak adil saat banyak karakter berakhir di benci atau di hina habis-habisan, hanya karena mengusik hubungan sepasang pemeran utama itu.
"Tapi bagi Abang enggak," ucap Kavin, tatapannya kini berahli menatap adiknya yang tengah kesal dengan salah satu karakter novel tersebut, kedua tangannya juga tak lupa untuk bersedekap dada di hadapannya adiknya itu.
"Kenapa?" tanya Kiran, tatapan mata sedih dengan bibir mengerucut itu nampak mengemaskan membuat Kavin kembali menghela nafas pelan.
"Ya karena di cerita itu mereka pacaran, kan Bapak udah bilang, pacaran itu di larang agama, apa jangan-jangan kamu yang pacaran kayak gitu lagi!" jawabnya, nada menjengkelkan tak luput dari kalimat yang terucap dari bibirnya, ia sama seperti banyak kakak lainnya yang sering berucap menjengkelkan untuk adiknya.
"Enggak! Mana ada!" seru Kiran kesal, selama ini ia bisa dengan baik menjaga dirinya dari perbuatan seperti itu.
"Terus, kenapa suka sama cerita gituan? Kan banyak cerita islami, malah milih cerita buluk kayak gitu!" Kavin beranjak setelah mengatakan hal itu, bukannya marah atau kesal hanya saja ia harus membantu ibunya di tokoh kue.
Keluarga mereka sederhana, sang kepala keluarga hanya bekerja sebagai karyawan biasa lalu ibunya membuka toko kue sebagai bantuan keuangan dalam keluarga mereka, walau begitu Kavin masih tidak bisa melanjutkan kuliahnya, tak apa, tak masalah, ia juga sedang berjuang mencari pekerjaan saat ini untuk membantu ibu dan ayahnya.
"Kan cuma suka bang, sekali-kali gak pa pa kali!" seru Kiran, nada kesal pada sang kakak atas tuduhan itu membuatnya ingin menendang laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya itu hingga mendarat di bulan.
Sedangkan Kavin sama sekali tidak peduli, pemuda itu langsung berlalu darisana, mengingat kalau ibunya pasti tengah sibuk saat ini, menyelusuri jalanan dengan santai, hari ini ia enggan untuk naik angkot, lagipula sudah lama sejak terakhir kali ia menikmati jalanan menuju tokoh kue yang berjarak cukup jauh dari rumahnya.
Kavin termasuk pemuda yang suka bosan, apalagi hanya jalan seperti ini, biasanya jika naik angkot ia akan menikmati banyak drama, tak jarang drama percintaan anak muda ketika angkot itu terjebak macet, lucu juga kalau di ingat, apalagi kalau saat itu si cewek tengah kesal sama si cowok.
Namun pikirannya buyar ketika melihat hewan kesukaannya di tengah jalanan, tergeletak tak berdaya, sepertinya hewan berkaki empat berbulu itu tengah terluka, dengan perasaan sendu ia langsung melangkah untuk menyelamatkan hewan berbulu kuning yang biasa di sebut kucing oren itu, tak peduli ada beberapa pekikan untuk memperingatinya untuk tidak berada di tengah jalan, namun dengan langkah cepat ia sudah berjongkok di hadapan kucing itu.
"Sakit banget ya pus," ujarnya, ia tersenyum tipis saat mengangkat kucing yang terluka itu, untungnya kucing itu masih bernafas dengan normal.
Namun langkah yang akan ia bawa kembali ke sisi jalan itu berhenti...
Braaaak !
Pekikan terkejut dari orang-orang disana mengema, saat sebuah mobil minibus menabrak Kavin dan langsung pergi begitu saja, sedangkan sang korban sudah tergeletak dengan naas, nafasnya memburu, benturan keras melukai kepalanya hingga berdarah, namun Kavin masih dapat tersenyum saat melihat kucing yang ia selamatkan masih hidup, hewan berbulu itu sama sekali tidak terluka lagi akibat bersamanya tadi, sampai akhirnya pandangan Kavin mengelap, kesadarannya hilang seketika beriringan dengan suara sirine ambulance datang.
~tbc~
Gimana chapter satunya? Bagus gak?
Dan terima kasih sudah membaca cerita ku! Seneng deh kalau ada yang baca.
Gak maksa, tapi kalau emang menurut kalian bagus, vote dong!
Hehe...😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Kavin to Gavin
RandomKavin Ardana Adiputra, hidup sederhananya harus menghilang begitu saja saat ia mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang pemuda, Gavin Ardian Adhlino, seorang antagonis jahat dalam salah satu novel online yang pernah ia baca. Huh, harus apa ia se...