~~~
Kavin kembali menghela nafas pelan, ia berbaring di atas brankar rumah sakit, ruang inap VIP ini bahkan lebih luas daripada kamarnya, andai saja keluarganya ada disini, sayangnya beberapa jam yang lalu ia harus menghadapi fakta kalau kini orang-orang akan mengenalnya sebagai Gavin Ardian Adhlino, karakter antagonis jahat yang berakhir di benci anggota keluarganya, beberapa jam yang lalu juga ia di nyatakan hilang ingatan oleh seorang dokter.
Seorang Gavin di novel adalah pemuda yang amat menyukai karakter utama wanita kata lainnya terobsesi pada sang karakter utama; Arissa Clarie, muncul beberapa bab di akhir, pemuda itu berniat memiliki Arissa yang sudah berkali-kali menolak dirinya, hingga akhirnya memilih untuk memperkosa gadis itu, sayangnya sebelum melakukan niatnya ia sudah di ringkus polisi, Gavin benar-benar berakhir di penjara, hukum sangat memberatkan dirinya, faktanya Gavin adalah seorang yang sudah beberapa kali terlibat kecelakaan, ah ralat, Gavin sudah beberapa kali menjadi pelaku tabrak lari.
Pergaulan bebas membuat Gavin menjadi seperti itu.
"Cara aku balik jadi Kavin lagi gimana?" gumamnya bertanya, ia bahkan sudah berkali-kali mencubit lengannya untuk memastikan ini mimpi atau bukan, sayangnya, ia merasakan sakit di tempat yang ia cubit, yang artinya, ini adalah kenyataan! Tolong lah, hal seperti ini mana bisa terjadi! Melawan hukum alam sekali bukan?
Ceklek !
Pintu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya dengan gaya anggunnya, jilbab menutupi kepala, walau kerutan di wajah itu sudah mulai terlihat, wanita yang bisa di tebak sudah berkepala empat mungkin lebih itu masih nampak begitu cantik, kini ia sudah duduk di kursi yang di sediakan tepat di sebelah sang putra.
"Ada yang sakit kak?" tanyanya pelan, tersenyum, semakin menambah kesan cantik di wajah itu.
"Gak lagi kok emm–"
"Mama," ucap wanita itu ketika sadar kalau kini putra ketiganya sudah kehilangan seluruh memorinya, pemuda itu bahkan tidak ingat satu detik pun kenangan mereka, doanya memang terkabul saat meminta agar putra ketiganya bisa berubah, namun haruskah melalui jalan hilang ingatan begini?
"Mama." Satu kata terucap jelas dari bibir Kavin, ini pertama kalinya ia menyebut kata itu untuk memanggil seseorang yang asing baginya, meski ia juga terkadang merasa familiar dengan wanita ini, mungkin karena kini dirinya mengunakan tubuh Gavin.
"Iya kak, kenapa? Butuh sesuatu?" wanita itu —Anin— bertanya kembali, masih tersenyum pada sang putra, karena baru kali ini anaknya setelah sekian tahun akhirnya menerima keberadaannya, menjawab tanpa nada kasar seperti biasanya, bahkan nada suara yang di ucapkan Gavin terbilang lembut.
"Enggak, aku gak butuh apa-apa kok," jawab Kavin tersenyum tipis, di novel itu benar-benar jelas, tentang seluruh anggota keluarga Gavin; ibu, ayah, seorang kakak laki-laki dan perempuan juga satu orang adik laki-laki yang berakhir membenci antagonis cilik itu, namun tertulis disana tatapan sendu nampak jelas di mata kedua orangtuanya, kenyataannya ibu dan ayah seorang karakter jahat itu tidak pernah membenci putranya sendiri.
"Yaudah, Kakak bobo lagi ya, ini udah mulai malam." Sang ibu mengelus pucuk kepala putra ketiganya lembut, mengingat kalau jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"Iya, Ma," ucapnya pelan, nada canggung masih tak luput dari ucapan itu, biar bagaimana pun ia tak terbiasa dengan wanita asing memperlakukannya layaknya putra, tetapi, lagi dan lagi ia harus sadar akan kenyataannya.
Ketika mata itu akan tertutup untuk tidur, pintu ruangan kembali terbuka, menampilkan sosok gadis dan pemuda, tampilan orang kaya benar-benar melekat pada dua manusia berbeda jenis kelamin itu keduanya berahli untuk berdiri di sisi lain brankar agar dapat berbicara pada pemuda 19 tahun itu alias adik mereka.
"Abang denger Kamu hilang ingatan, bener?" tanya pemuda itu, kerutan lelah masih dapat di tangkap oleh mata Kavin, sedangkan gadis itu hanya diam berdiri di sebelah si sulung, menatapnya dengan tatapan tak percaya, seolah hal itu tak mungkin terjadi.
"Iya," jawab Kavin pelan, menatap si sulung dengan sedikit takut, ini pertama kalinya ia di intimidasi oleh seorang kakak, Garvin Reviano Agler
Garvin, pemuda itu nampak menghela nafas pelan, tatapannya berahli pada kepala adiknya, kata dokter benturan keras membuat adiknya seperti ini, hilang ingatan, entah harus apa ia bereaksi, namun ada satu titik rasa kebahagiaan di hatinya saat ini.
"Lo ingat kenapa lo jadi kayak gini?" gadis berhijab dengan pakaian rapi itu bertanya dengan gaya bicara ala anak gaul biasanya.
Ternyata tak hanya adiknya Kavin yang terkadang suka berucap begitu, gadis bernama; Anaya Grizelle itu juga suka berucap mengunakan gaya bicara seperti itu.
"Ekhm." Garvin menatap adik pertamanya dengan kesal, dalam keluarga harusnya bicara sopan bukan?
Namun Anaya sepertinya enggan untuk membalas ia hanya diam di tempat, menunggu jawaban dari sang adik, yang juga anak tengah sama seperti dirinya, seorang adik yang benar-benar membuatnya jengkel dengan seluruh kelakuan buruk itu, andai saja bukan untuk memastikan kalimat ayahnya yang berkata kalau Gavin hilang ingatan, mana mungkin dia mau kesini.
"Emm, kata dokter, aku kecelakaan, kan?" tanya Kavin, ia mengerjapkan matanya polos, menjawab dengan nada bertanya di akhir kalimat apalagi wajahnya yang mendukung untuk sedikit tampil mengemaskan.
Kenyataannya Gavin memiliki kulit putih bersih tak seperti dirinya yang agak gelap, mata agak kebiruan juga bulu mata lentik serta alis agak tipis sajalah yang membedakan wajah Gavin dengan Kavin
"Jadi lo beneran gak ingat?" gadis itu kembali bertanya, agaknya masih tak percaya dengan adiknya ini, sebagai satu-satunya wanita di antara empat bersaudara, dia sebagai tuan putri di antara kakak laki-laki dan adiknya, benar-benar harus memastikan hal ini, jika itu benar, senyuman aneh terlihat di wajahnya, ah jika itu benar maka ia bisa menjadikan adik nakalnya sebagai babunya, hahaha!
"Kamu serem kayak gitu," ujar Kavin, jujur saja senyuman juga tatapan itu membuatnya bergidik ngeri.
"Heh! Gue ini cantik ya!"
~tbc~
Gimana-gimana bagus kan?
Hmm, kalau berkenan jika ada Typo komen, beritahu aku ya!
Oke, terima kasih sudah membaca...
Hehe... 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Kavin to Gavin
RandomKavin Ardana Adiputra, hidup sederhananya harus menghilang begitu saja saat ia mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang pemuda, Gavin Ardian Adhlino, seorang antagonis jahat dalam salah satu novel online yang pernah ia baca. Huh, harus apa ia se...