03 - Go home with Papa

4.4K 283 5
                                    

*selamat membaca*
~~~

Hari ini hari ketiga setelah Kavin menjadi Gavin, hari pertama pula bagi ia keluar dari rumah sakit, mengingat kalau luka yang di alami Gavin terbilang sedikit, oleh karena itu ia di perbolehkan pulang lebih awal, soal hubungannya dengan anggota keluarga terbilang lebih baik daripada yang ada di dalam novel, ugh hubungan keluarga itu benar-benar buruk di dalam cerita aslinya.

"Udah siap?" Pria paruh baya yang hampir berkepala lima tersebut kini duduk di tempat sopir, hanya ada dia dan putra ketiganya saat ini, mengingat kalau si sulung sibuk bekerja dan putri satu-satunya kini memiliki kelas pagi di jadwal kuliahnya, serta si bungsu yang jelas masih kelas satu sekolah menengah atas tentu tak bisa ikut menjemput, termasuk istrinya yang memilih di rumah menyambut anaknya dengan memasak untuk anaknya yang baru keluar rumah sakit.

"Iya, em Pa." Kavin ragu namun tetap memanggil pria itu dengan sebutan Papa, walau nada canggung masih jelas terdengar.

"Langsung pulang, atau Gavin pengen mampir dulu?" tanya Ghaffar —sang ayah— pada putranya, karena jarang baginya untuk bisa duduk berdua mengobrol dengan santai dengan anak nakal yang kerjaannya membuat orang tua jantungan karena perlawanan dan perilaku kurang sopannya.

"Langsung pulang aja Pa," jawab Kavin, canggung juga asing namun familiar dengan suasananya membuat ia benar-benar tak tau cara mendeskripsikan perasaannya atas apa yang terjadi padanya kini, hal yang terjadi benar-benar seperti mimpi, tetapi juga nyata ketika melihat orang-orang sekitarnya saat ini, benar-benar adalah manusia, bukan alien atau mahluk asing lainnya.

"Pa, aku dulu kayak gimana?" tanya Kavin untuk membuyarkan hening dalam mobil, padahal ini pertama kalinya ia naik mobil lalu mengapa seolah ia sudah terbiasa?

Sedangkan Ghaffar nampak bingung mau menjawab, pria 49 tahun itu menghela nafas sejenak sebelum akhirnya membuka mulut untuk menjawab pertanyaan dari sang putra. "Nakal, gak tau aturan, kadang Papa ingin marah tapi, kalau Papa marah, kamu bakal ngelawan, susah banget di atur."

Kavin diam, tak tau harus menjawab apa, pria di sebelahnya yang menjabat sebagai ayah dari karakter jahat itu pasti amat lelah atas apa yang sering putra ketiganya lakukan, balap liar hingga minum alkohol, ah sangat-sangat tidak terpuji, apalagi dengan fakta kalau Gavin di novel berniat memperkosa seorang gadis 18 tahun, sangat keterlaluan.

"Pa, gimana dengan aku yang saat ini, apa ada bedanya?" tanya Kavin lagi usai beberapa menit terdiam dalam keheningan, lebih baik bertanya daripada membuat suasana lebih canggung lagi.

"Cukup jauh, sama seperti waktu kamu masih smp," jawab Ghaffar sekilas menatap anaknya yang seolah kembali ke empat tahun yang lalu sebelum akhirnya menjadi seperti beberapa hari yang lalu, kasar seolah tidak berpendidikan.

Kavin hanya tersenyum tipis, sembari memperbaiki letak kacamatanya, tipis dengan model kece itu, fashionable sekali bukan seorang Gavin, selain itu tak pernah pemuda itu lupa memakai suncreen, berbeda jauh dengan dirinya yang asli ya? Jelas sekali bukan? Tetapi ingat ini Kavin jauh lebih baik daripada Gavin yang sama sekali tidak pernah melaksanakan ibadah.

Lalu setelahnya hanya ada keheningan, jalanan cukup ramai, namun untungnya tak menyebab kan macet di pagi yang cerah ini, walau hanya duduk bersebelahan di mobil selama perjalanan pulang Ghaffar amat bersyukur karena anaknya mau berbincang dengannya dengan santai, menghabiskan waktu bersama sebagai sepasang ayah dan anak.

"Pa, pernah nyesel nggak karena udah rawat Gavin sampai besar?" pertanyaan dari Kavin kembali terdengar, kali ini berhasil membuat sang kepala keluarga itu menatap ke arahnya cukup lama, lalu kembali menatap jalanan.

"Gak, Papa gak pernah nyesel nak, gimana pun Gavin, papa tetap sayang, kamu, kakak kamu juga adek kamu, papa sayang kalian, sama rata, gak peduli seburuk apa Gavin, kamu tetap putra Papa."

Jawaban kali ini benar-benar membuat suasana hening bertahan lama hingga akhirnya, mobil sudah memasuki kawasan rumah, nampak begitu mewah dan elegan, suasana yang juga cukup terbilang asri dengan banyaknya tanaman juga bunga yang berada di pinggiran halaman luas itu, namun Kavin tetap diam di tempatnya, menatap rumah dua lantai yang luasnya berkali-kali lipat lebih luas dari rumah sederhananya.

Citt !

Mobil berhenti, terparkir dengan rapi, namun dua laki-laki berbeda usia di dalamnya enggan untuk keluar, masih duduk diam di tempat mereka, tak ada yang berniat keluar duluan, atau bersuara.

"Terima kasih Pa," ucap Kavin, entah mengapa atas jawaban dari Ghaffar beberapa saat yang lalu membuatnya berterima kasih seolah ia sudah menjadi Gavin yang sebenarnya, menghela nafas sejenak lalu tersenyum tipis. "Ayo Pa, Mama pasti udah nunggu di dalam!"

Sang kepala keluarga tersenyum membalas senyuman anaknya, lalu langsung keluar dari mobil di ikuti sang putra yang entah bagaimana sudah kembali seperti sebelum mengenal pergaulan bebas itu.

Melangkah langsung masuk ke dalam rumah mewah itu, di sambut beberapa pelayan yang menunduk menghadap tuan mereka, Kavin yang tidak terbiasa mencoba untuk tenang dan tidak meminta para pelayan itu untuk tidak membungkuk padanya meski pada dasarnya tubuh Gavin juga hanya diam jelas sudah terbiasa.

"Udah sampai, sini kak, mama masak kue buat kamu." Anin, sang ibunda kini menghampiri putranya, sembari membawa satu piring berisi kue kering.

"Makasih Ma." Kavin mengambil satu kue itu, ia jadi rindu pada bundanya, jadi sedih kalau di ingat, kenangan bersama ibu aslinya benar-benar banyak, Kavin ingin memeluk bunda, sungguh jika dia kembali menjadi Kavin, dirinya berjanji untuk menjadi anak yang lebih baik, lebih membantu, bahkan bekerja dengan baik lagi dan akan memperlakukan adiknya lebih baik lagi, sungguh, Kavin berjanji.

"Ayo dimakan nak."

Kavin tersadar dari lamunan ketika suara Anin terdengar, ia tersenyum lebar lalu langsung memakan kue kering itu, rasa enak menyentuh lidahnya, dia suka, persis seperti rasa salah satu kue buatan bundanya.

~tbc~

Terima kasih yang udah vote, yang udah komen juga yang udah baca, semoga ceritanya bagus ya untuk di baca.

Aku pemula jadi wajar kan kalau masih kurang bagus? Hehe...😅

Sekali lagi makasih... Sayang banyak-banyak buat yang udah baca... 😙

🤭😅

Kavin to Gavin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang