*selamat membaca*
Semoga suka( ╹▽╹ )~~~
"Ke mall dulu ya bang!" seru Kavin, ketika Garvin mulai melajukan mobil mereka, setelah menghabiskan waktu hampir dua jam penuh melakukan piknik, hanya ada ia, Galen serta dua kakak yang lain di mobil ini, lalu mama dan papa? Tentu di mobil yang lain, pasutri itu ingin menghabiskan waktu berdua saja saat ini.
"Iya." Garvin hanya mengiyakan lalu langsung melajukan mobilnya menuju mall terdekat, tak tau apa yang adiknya itu inginkan karena ingin kesana dulu sebelum pulang.
"Emang mau beli apa?" tanya Anaya, gadis yang duduk di jok belakang bersama Galen itu menatap adik pertamanya, fokus dari menatap ponselnya tadi sudah terahlikan.
"Baju Koko aja sih, soalnya aku gak punya," jawab Kavin, ia menatap sekilas kakak perempuan Gavin yang asli itu, jujur saja perempuan ini cukup bisa mengakrabkan dirinya, bahkan dengan ia yang mungkin sudah hampir di benci oleh gadis itu sendiri atas seluruh perbuatan Gavin yang asli di masa lalu.
Anaya nampak menganggukkan kepalanya paham lalu kembali berfokus pada ponselnya, sebuah senyuman manis terbit ketika gadis itu memperhatikan ponselnya.
"Siapa tuh? Sampai senyum-senyum gitu liat hape nya!"
Suara dari Galen yang sedari tadi hanya diam membuyarkan hening yang akan datang, Anaya di sebelah Galen sendiri mendelik tajam, sedangkan dua orang yang duduk di jok mobil bagian depan langsung menatap ke arah Anaya melalui kaca mobil, yang pasti Garvin langsung kembali menatap jalanan setelahnya.
"Kak pacaran gak boleh loh, haram!" seru Galen, remaja itu dengan gaya sok nya menceramahi sang kakak yang tadinya nampak tersenyum-senyum sendiri kala melihat ponselnya, hanya iseng bicara begitu karena sempat mengintip foto seorang laki-laki di ponsel kakak perempuannya itu.
"Heh, yang bilang kakak punya pacar siapa?" Gadis itu bercelatuk tak terima, menatap tajam adik bungsunya, enak saja menuduhnya macam-macam begitu, Anaya berani bersumpah ia tidak pernah mendekati zina, larangannya jelas tercantum di Al'quran.
"Terus siapa yang buat kak Ana ku tersayang sampai senyum-senyum begitu?" tanya Galen, si bungsu memberikan gestur seolah ingin melihat layar dari benda pipih di tangan sang kakak yang kini sudah gadis itu simpan di tas miliknya.
"Orang yang kakak suka diam-diam kah?" tanya Kavin, ia kembali menatap kakak perempuannya yang ternyata kini terdiam, sepertinya dugaan yang hanya berdasarkan sekali tebak itu benar pada kenyataannya.
"Kayaknya bener," sahut Galen langsung ketika melihat ekspresi wajah kakak perempuannya yang terdiam kaku.
"Siapa?" Garvin tepat menghentikan mobilnya ketika berhasil memarkirkan kendaraan roda empat itu dengan tepat di tempatnya, mereka sudah sampai tujuan yang Gavin minta, lantas setelahnya bertanya pada Anaya terdengar nada sedikit memaksa sang adik untuk menjawab ketika kata itu keluar dari bibirnya.
"Emm, mahasiswa kedokteran," jawab Anaya, gadis itu menundukkan kepalanya, malu bercampur takut benar-benar di rasakan gadis itu saat ini, degup jantungnya hari ini terpacu cukup cepat karena ulah si bungsu dan adik pertamanya yang secara tidak langsung mengadukannya pada si sulung
"Kakak suka dia? Atau kalian saling suka?" Si bungsu bertanya terlebih dahulu, nada yang anak itu berikan terkesan lebih santai dari pada Garvin yang hampir selalu datar kalau kata anak muda mah; kulkas berjalan.
"Kakak suka dia, gak tau kalau dianya," jawab Anaya mengulum bibirnya, lalu setelahnya menghela nafas sejenak sebelum akhirnya kembali berucap. "Udah ah, Gavin pengen beli baju kan ya, ayok!"
Anaya lebih dulu keluar di ikuti Kavin juga Galen, setelahnya barulah Garvin keluar, mengikuti langkah ketiga adiknya yang berjalan di depan, sebagai sulung Garvin sama sekali tidak mempermasalahkan jika kelak Anaya ingin menikah lebih dahulu, hanya saja, Garvin sedikit takut saat adik perempuannya itu mulai menyukai seseorang, yang bahkan mungkin pemuda itu tidak tau kalau Anaya menyukainya, bagaimana kalau pemuda yang tidak di kenalnya itu menyakiti hati kecil adiknya? Membuat perempuan yang ia jaga begitu keras itu menangis begitu saja? Helaan nafas akhirnya terdengar, lalu ia langsung mengikuti langkah ketiga adiknya yang sudah jauh di depan.
Kavin, pemuda itu nampak mulai tertarik dengan toko-toko didalam sini, satu toko ia masuki bersama Anaya juga Galen yang mengikutinya.
"Yang ini bagus kak!" seru Galen, ia menunjuk beberapa baju yang mungkin akan kakaknya suka.
Kavin ragu, bagaimana kalau ia tak memiliki cukup uang di kartunya? Bukankah itu akan memalukan ketika ia tak bisa membayar, bagaimana ini? Lagian kenapa dirinya memilih mall sedangkan masih banyak tempat di mana orang menjual pakaian dengan harga lebih murah daripada di tempat besar ini.
"Bang," panggilnya pelan menghampiri Garvin yang baru saja masuk ke toko, mood pemuda dua puluh lima tahun itu terlihat mulai membaik, Kavin jadi ingat bagaimana ia tidak mau bicara dengan adik perempuannya, Karin karena gadis itu berkata lebih menyukai kakak kelas gadis itu yang katanya sangat tampan juga dermawan daripada dirinya, bukan cemburu, hanya saja sedikit khawatir, karena tau seperti apa otak laki-laki yang sebenarnya.
Sekali lagi Garvin hanya mengangkat alisnya tanda bertanya mengapa Gavin adiknya memanggilnya.
"Uang aku cukup gak ya belanja disini?" tanyanya berbisik, rasa percaya dirinya hilang begitu saja ketika memasuki serta melihat sendiri bagaimana besarnya tempat ini juga besarnya harga yang tercantum pada tarif pakaian yang di pajang.
"Beli aja yang kamu mau, liat sendiri apa yang papa kasih masih ada, rasanya kartu kamu gak di blokir sama papa," jawab Garvin, ia dengan gerakan kaku mengelus rambut adiknya ini.
Kavin yang di perlakukan seperti itu hanya diam lalu mengangguk paham, lantas ia langsung kembali ke tempat baju yang ingin ia pilih untuk di beli, dengan sebuah harapan besar dalam hati juga pikirannya. "Moga cukup deh ya..."
~tbcBagaimana bab ini bagus gak?
Sebenarnya setiap bab itu sebelum ngetik aku udah atur alurnya dulu,tapi bab kali ini random aja gitu ngetik gak pakai mikir alur('-﹏-';)Oke seperti biasa, terima kasih yang udah baca, yang udah komen juga yang udah vote!!
Sayang banyak-banyak buat kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kavin to Gavin
RandomKavin Ardana Adiputra, hidup sederhananya harus menghilang begitu saja saat ia mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang pemuda, Gavin Ardian Adhlino, seorang antagonis jahat dalam salah satu novel online yang pernah ia baca. Huh, harus apa ia se...