Selamat membaca, semoga kalian suka!!😘
~~~
"Apa?" Galen nampak terkejut ketika mendengar faktanya, ia bahkan tak dapat menyembunyikan rautnya yang begitu tidak percaya dengan apa yang kakaknya itu katakan, bertanya-tanya dalam benaknya, seandainya itu benar posisinya di keluarga ini tidak akan dapat bertahan, karena nyatanya Sabian adalah anak kandung, mencoba tenang, ia lantas menatap kakak ketiganya itu lalu bertanya. "Apa mama nerima Sabian?"
"Gak tau, kakak bahkan gak tau apa mama udah tau atau belum tentang ini," jawab Kavin, ia terlanjur tenang untuk menghadapi hal ini, lagipula, ia sebenarnya bukanlah Gavin, lantas untuk apa ia bertindak seperti Garvin yang memang salah satu karakter dalam novelnya, dia hanya Kavin yang mencoba menjadi Gavin dengan takdir yang berbeda.
Galen menghela nafas sejenak, ia menundukkan kepalanya, pikirannya mulai kalut lagi, mata itu mengedar menatap entah kemana seolah mencari satu benda yang dapat ia lihat ketika memikirkan hal itu, namun rasa yang membuatnya mulai panik itu perlahan menghilang kala ia merasakan elusan lembut di belakang kepalanya, hangat rasanya, Galen menyukai ini.
"Kak, Galen bakal di buang ya?" tanyanya, ia mulai tenang, namun bayangan ketika Garvin menatapnya serta berbicara begitu tadi siang membuatnya ketakutan, bagaimanapun disini yang menerimanya hanya Gavin, kakaknya.
"Enggak, kamu bukan barang yang seenaknya bisa di buang saat udah gak di butuhkan, Galen itu berharga," ujar Kavin, ia tersenyum tipis sembari terus-menerus mengelus belakang kepala adiknya, hari mulai semakin malam, hujan pun sedikit mulai mereda, beberapa laki-laki yang tadi mengaji didalam pun sudah pulang semua, hanya tersisa mereka berdua, Kavin masih bingung ingin membawa Galen kemana, pulang ke rumah? Untuk saat ini adiknya itu mana mungkin mau.
Berhenti mengelus rambut adiknya, Kavin kini merogoh ponsel di saku celananya, menelpon salah satu kontak disana, Faresta, anak itu mungkin dapat menolongnya, meski terbilang tidak mungkin, tetapi anak itu kini tinggal di apartemen, katanya sih milik paman dan bibinya, Kavin tak terlalu ambil pusing, ia hanya ingin adiknya mendapatkan tempat beristirahat saat ini, beruntungnya Kavin ketika telpon itu di angkat.
"Halo?"
Terdengar suara dari sebrang, dari nadanya, sepertinya anak ini baru saja bangun tidur, ah, Kavin mengganggu tidur seseorang! Itu sangat menyebalkan untuk Faresta, namun kala melihat siapa yang menelpon, pemuda itu langsung mengangkatnya, tanpa berfikir apapun.
"Em, Res, Galen boleh nginep di tempat kamu gak? Lagi ada masalah di rumah, boleh kan?" tanya Kavin, ia menunggu jawaban dengan harap-harap cemas, jantungnya entah mengapa juga berdetak lebih cepat, padahal ia bukan lagi melamar seorang anak perempuan, dirinya hanya meminta izin agar mereka bisa menginap di rumah Faresta, itu saja.
"Boleh, emang ada masalah apaan?"
Suara Faresta kembali terdengar membuat perasaan lega meluap seketika, mengabaikan pertanyaan Faresta barusan, Kavin malah langsung bangkit seraya berkata. "Aku kesana sekarang, nanti aja ceritanya, by the way aku juga nginap di tempat kamu."
Tut tut
Sambungan telpon sepenuhnya terputus kala Kavin mematikan telponnya, lalu tersenyum lebar ke arah adiknya, kebahagiaan itu terlihat jelas dalam matanya, senang saja rasanya ketika tau adiknya bisa tidur dengan nyaman.
***
"Kak ngapain sih harus di rumah dia?" tanya Galen, wajahnya nampak cemberut, dari awal bertemu hingga hari ini ia masih memiliki hubungan yang buruk dengan Faresta walaupun pada dasarnya mereka tidak sepenuhnya bermusuhan, tetapi bagi Galen, sungguh wajah Faresta itu amat sangat menyebalkan.
"Emang Galen mau pulang, lebih baik ke rumah atau nginep dulu disini beberapa hari?" tanya Kavin, ia menaikan alisnya, ketika Galen terdiam di hadapannya, anak itu sangat terlihat berfikir kalau tinggal bersama Faresta untuk sementara daripada pulang ke rumah, lantas sebuah anggukan di dapatkannya, lalu suara lirih Galen terdengar mengalun begitu saja di lorong gedung apartemen yang sunyi ini.
"Nginep sama Resta aja..."
Senyuman itu mengembang di bibir Kavin, ia langsung mengusak rambut adiknya, lalu melangkah berdampingan untuk sampai di tempat Faresta berada, pintu unit apartemennya sudah terbuka, menampilkan sosok Faresta yang berdiri dengan kaos oblong serta celana pendeknya, selalu sederhana itulah Faresta.
"Lama amat," celetuknya lalu langsung masuk di ikuti oleh dua kakak-beradik itu, Galen hanya diam tak ingin menimpali, sedangkan Kavin hanya terkekeh kecil sembari meminta maaf.
"Sorry." Kavin mengikuti langkah Faresta, apartemennya cukup mewah, sedikit lebih besar daripada rumah si Kavin dulu, dengan beberapa fasilitas yang jelas tidak ada di rumah Kavin dulu, ruangan yang mendominasi di warna cream tersebut terlihat sangat nyaman untuk di tinggali.
"Jadi ada masalah apaan kalian?" tanya Faresta, rasa penasarannya meluap, saking penasarannya ia melupakan kantuk juga rela menunggu di dekat pintu hanya untuk mendengar cerita apa dari Gavin dan adiknya itu, karena selama mengenal mereka berdua dan tinggal di rumah keluarga mereka, baru kali ini ia mendengar kalau Galen anak bungsu kesayangan mendapatkan masalah hingga pergi dari rumah.
"Em, aku boleh numpang mandi, sama pinjam baju gak?" tanya Galen, ia tak ingin menjawab pertanyaan itu, ia hanya ingin pergi, membiarkan kakaknya untuk menceritakan segalanya, tepat ketika itu langsung ia mendapatkan anggukan tanda mengizinkan dari Faresta.
"Kamar aku aja, kamu cari sendiri bajunya di lemari," ucap Faresta tersenyum tipis, membiarkan Galen sepenuhnya pergi dari hadapan ia dan Gavin, lalu ia berahli menatap ke arah pemuda di hadapannya yang menjabat sebagai kakak laki-laki Galen itu, menatap penuh tanda tanya di kepalanya.
"Galen, tau dia bukan anak kandung mama sama papa, bang Garvin, dia gak nerima Galen, jadi Galen sama kamu dulu beberapa hari ini... Dan papa ketahuan punya anak sama wanita lain..."
Faresta nampak menganggukkan kepalanya paham, sempat kaget ketika mendengar cerita barusan, namun pada akhirnya ia hanya mampu menganggukkan kepala, lalu bersikap seolah sudah tau segalanya. "Kayak di sinetron aja hidup Galen."
"Bedanya kalau di sinetron biasanya anak orang biasa ternyata tertukar sama anak orang kaya pas lahir, kalau Galen gak ketukar," balas Kavin, ia tersenyum tipis, yang hanya di sambut kekehan kecil oleh Faresta.
~tbc~
Sebenarnya aku jarang nemuin sinetron bayi orang kaya ketukar sama bayi orang kismin, tapi pernah nonton sekali, tapi gak tau judul, hehe😅🙏
Oke, akhirnya selesai juga bab 25...
Makasih udah baca, udah vote juga udah komen, sayang banyak-banyak buat kalian😘😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kavin to Gavin
AcakKavin Ardana Adiputra, hidup sederhananya harus menghilang begitu saja saat ia mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang pemuda, Gavin Ardian Adhlino, seorang antagonis jahat dalam salah satu novel online yang pernah ia baca. Huh, harus apa ia se...