*selamat membaca, semoga suka!*
Kalau ada typo komen ya, beritahu aku, takutnya saat revisi belum teliti( ╹▽╹ )
~~~
Kavin tersenyum lebar menatap sang adik dari kaca spion, remaja yang saat kini tengah duduk dengan wajah cemberut itu entah mengapa adiknya nampak semakin mengemaskan saja jika seperti itu.
"Kayak cewek aja, ngambek gitu!" seru Kavin ia terus melajukan motornya, sedangkan Galen hanya diam seolah tak mendengar apapun, padahal dengan kecepatan yang terbilang sangat lambat ini ia bisa mendengarnya dengan jelas.
"Yaa cepetan dikit kek!" kesal Galen, ia semakin cemberut saat seorang bocah bersepeda memperhatikan mereka dari sebelahnya.
Tadinya ia ingin keliling sebentar sebelum pulang, tapi kakaknya ini malah melajukan kendaraan roda dua itu dengan kecepatan yang amat lambat, sama lambatnya dengan seorang pejalan kaki yang juga ikut memperhatikan mereka.
"Tadi kan bang Garvin chat dia bilang bawa motornya pelan-pelan aja," ujar Kavin, ia menahan kekehan ya kala melihat Galen yang semakin kesal padanya, wajah itu nampak benar-benar cemberut.
"Ihhh!" Galen mencabik kesal, yang langsung membuat tawa kakaknya pecah, tawa yang membuat Galen semakin kesal saja.
"Gemes banget sih," celetuk Kavin, ia tertawa pelan, lalu mulai melajukan motornya dengan kecepatan yang meningkat, membuat si bungsu mengembangkan sebuah senyuman tipis.
Senyuman itu semakin mengembang kala laju motor semakin tinggi, angin menerpa wajahnya, senangnya.
Kavin yang melihat itu dari kaca spion ikut tersenyum, ia suka melihat Galen tersenyum lebar begini, sinar mata yang memancarkan kebahagiaan itu membuatnya merasa berhasil menjadi seorang kakak yang baik, ah ia sedikit merindukan Karin, adik perempuannya.
"Kak Gavin, kenal abangnya Bian darimana?" tanya sang adik, tadi usai berbincang sesaat dengan Sagara juga Sabian barulah mereka pergi darisana.
"Gak tau, dia bilang teman balapan, kakak gak ingat," jawab Kavin sekenanya saja, lagipula ia benar-benar tak tau darimana, kapan atau bagaimana Gavin yang asli mengenal sampai berteman dengan pemuda yang berperan sebagai kakak pemeran utama pria itu, baginya itu tidaklah penting-penting amat.
Galen hanya menganggukkan kepalanya paham, dalam hati berharap kakaknya ini tak pernah kembali seperti sebelum Kak Gavinnya hilang ingatan, ia suka kakaknya seperti ini, suka cara bicaranya, perlakuan Gavin padanya sekarang ia suka, menghela nafas sejenak sebelum kembali tersenyum.
"Pokoknya kakak kalau di ajak balapan atau apapun itu gak boleh ikut ya, tetap sama Galen aja, nanti kita nguras harta bang Garvin bareng-bareng." Galen berkata dengan cukup keras, setelah itu ia menundukkan kepalanya sampai helmnya dengan Gavin terbentur, ada rasa takut saat mengatakan hal itu, bagaimana kalau kakaknya marah karena dia sembarangan melarang hal ini
"Iya, kakak janji," ucap Kavin ia tersenyum saat merasakan benturan kecil dari helm yang adiknya kenakan, menatap dari kaca spion bagaimana adiknya nampak menggemaskan saat ini.
Cit
Motor itu berhenti tepat di halaman luas rumah mereka, Galen turun terlebih dahulu, ia langsung pergi masuk ke dalam, sedangkan Kavin sendiri harus menyimpan motornya di garasi rumah terlebih dahulu, yang tepat ketika itu mobil milik Anaya juga ikut terparkir tepat di sebelahnya.
"Abis kemana?" Gadis itu keluar dari mobil nampaknya baru pulang dari kampus.
"Jemput Galen," jawab Kavin ia meraih kunci motornya sebelum akhirnya berlalu mendahului Anaya yang hanya menganggukkan kepalanya, gadis itu juga mengikuti langkah Kavin setelahnya.
"Kelas kakak gimana hari ini?" tanya Kavin saat Anaya sudah berada di sebelahnya.
"Kayak biasanya aja sih, ouh, ya kuliah kamu gimana?" jawab Anaya, yang di akhir dengan pertanyaan di akhir kalimatnya, menatap adiknya untuk melihat reaksi Gavin bagaimana saat pertanyaan itu terlontar darinya.
"Tahun depan, mungkin, lagian aku juga gak tau mau ngambil jurusan apa," jawab Kavin, menatap sekilas kakak perempuannya ini, tak lupa tersenyum lebar, ia lalu menghela nafas sejenak. "Aku gak ingat apa-apa, aku juga gak tau hal apa yang aku suka, jadi ya gini aja dulu, hehe."
Suara tawa pelan membuat Anaya terdiam, adik laki-laki yang dulunya selalu menatapnya dengan tatapan tajam seolah Gavin menatap musuhnya, kini nampak teduh dengan senyuman bahkan tertawa kecil, seorang bocah ingusan yang dulu sering menangis karena kesal terus di ganggu olehnya kini tumbuh menjadi pemuda tampan dengan senyuman menawan.
"Ternyata adek kakak yang dulunya suka nangis karena di gangguin kakak bisa tumbuh jadi orang menawan kayak gini ya," ujar Anaya, sebuah senyuman manis ia berikan pada Gavin, tatapan teduh itu menatap bagaimana reaksi Gavin yang tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan, tak lama, kalimat dari adiknya terdengar.
"Iya, aku bersyukur deh, walau sempat buat kak Anaya kecewa." Senyuman menawan yang tadinya menghiasi wajahnya kini menghilang seketika, membuat tangan Anaya perlahan terangkat untuk mengusak rambut adiknya.
"Gak pa pa, yang penting sekarang adeknya kak Ana tersayang gak kayak gitu lagi!" Gadis itu mengusak rambut Gavin seolah adiknya itu seekor anak kucing yang butuh kasih sayang.
Kavin hanya bisa tertawa kecil, dulu dia selalu berusaha untuk menjadi sulung dan tak pernah berfikir untuk bisa memiliki seorang kakak, namun setelah mendapatkannya, ternyata Kavin menyukainya, ia suka saat menjadi seorang adik seperti ini.
Galen yang entah datang darimana, tiba-tiba menarik kakak ketiganya menjauh dari Anaya. "Kak Gavin gak usah dekat kak Ana, dia pelit!"
Kavin pasrah saja saat lengannya di tarik untuk menjauhi Anaya yang saat ini menatap si bungsu dengan raut wajah masam, gadis itu nampak kesal dengan Galen yang dengan sembarang merusak momen dengan adik pertamanya, pokoknya adik kesayangannya hanya Gavin, Galen menyebalkan itu tidak termasuk.
"Dih, kalau Gavin yang minta pasti kakak kasih apa yang dia mau, kalau kamu kakak gak sudi," ujar Anaya dengan wajah sok sombongnya menatap si bungsu yang kini berekspresi sedih penuh drama.
"Kak Gavin jangan dekat-dekat kak Ana, lihat dia itu antagonis jahat!" Galen menatap kakak ketiganya seolah dia menjadi orang paling tersakiti di dunia ini, lalu langsung menatap kakak perempuannya penuh permusuhan.
"Gavin sama mama aja ya." Kavin sendiri langsung berlalu pergi ke arah sang mama yang sedari tadi memperhatikan dari ruang keluarga, yang mana langsung mendapatkan tawa penuh ejekan dari sang kepala keluarga.
~tbc~
Gimana? Bagus gak?
Seperti biasa, makasih banyak buat yang baca, yang komen juga yang vote, pokoknya kalian itu buat semangat aku buat nulis tetap ada, jadi makasih banget.
Sayang banget deh sama kalian!!( ꈍᴗꈍ)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kavin to Gavin
RandomKavin Ardana Adiputra, hidup sederhananya harus menghilang begitu saja saat ia mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang pemuda, Gavin Ardian Adhlino, seorang antagonis jahat dalam salah satu novel online yang pernah ia baca. Huh, harus apa ia se...