Tabrak lari

448 31 2
                                    

Bunga dan Ratmi baru saja keluar dari ruang kelas, saat Bayu mengejar mereka.

"Bunga, Ratmi, tunggu!"

Panggilan itu membuat Bunga dan Ratmi segera menghentikan langkah, dan langsung berbalik badan. Kedua sahabat itu melihat Bayu sedang berlarian menuju ke arah mereka berdiri.

"Bayu?" ucap Ratmi.

"Kenapa kalian cepat sekali jalannya? Aku sampai ditinggal," protes Bayu sembari mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

"Maaf Bayu, kami kira kau tidak akan pulang. Karena harus ikut rapat mahasiswa dengan ketua BEM," jawab  Bunga.

"Rapatnya diundur besok. Jadi aku pulang saja. Kenapa juga di sini kalau tidak melakukan apa-apa," jelas Bayu.

"Ya sudah kalau begitu ayo kita pulang," ajak Ratmi.

"Kalian pulang barengan?" tanya Bayu kemudian. "Apa tidak sebaiknya Bunga bareng aku saja? Kebetulan aku akan pergi ke rumah Tante yang searah dengan apartemen Bunga," sambung Bayu.

"Aku sih terserah Bunga saja," jawab Ratmi. "Yang penting Bunga bisa pulang dengan selamat sampai ke apartemennya. Mengingat kandungan Bunga yang sudah semakin membesar," sambung Ratmi.

"Ya sudah aku pulang bareng Bayu saja. Daripada Ratmi nanti bolak-balik," putus Bunga.

"Keputusan yang tepat. Ya sudah ayo kita jalan," seru Bayu dengan begitu bersemangat.

Akhirnya ketiga sahabat itu sudah sampai di parkiran. Bayu sedang membantu Bunga untuk membuka pintu mobilnya. Sedangkan Ratmi pamit pulang duluan.

"Bunga, Bayu aku duluan ya," pamit Ratmi.

"Oke hati-hati di jalan."

Tiba-tiba saja Bunga mendapatkan telepon dari Angger.

"Tunggu sebentar suamiku menelepon," ucap Bunga yang hanya diangguki oleh Bayu.

Bayu memberikan waktu kepada Bunga untuk menjawab telepon dari suaminya.

"Iya halo Mas," jawab Bunga setelah perempuan itu berhasil mendekatkan ponselnya ke depan telinga.

"Bunga, kapan kau pulang?" tanya Angger dari balik telepon.

"Ini sudah mau pulang Mas. Sekarang aku sudah di parkiran. Rencananya aku akan nebeng bareng teman," jelas Bunga.

"Tidak usah. Tunggu saja di sana. Aku akan segera datang menjemputmu," putus Angger.

Angger segera memutuskan panggilan, tanpa perlu mendengar jawaban dari Bunga.

"Halo halo Mas Angger. Mas!"

Percuma, Angger telah memutuskan sambungan telepon mereka. Sehingga membuat Bunga hanya bisa pasrah dengan keputusan suaminya. Bunga merasa tidak enak hati kepada Bayu.

"Bayu maaf, aku tidak jadi bareng dengan mobilmu. Karena sebentar lagi suamiku akan datang menjemput," ucap Bunga menjelaskan keadaannya.

"Tidak apa-apa Bunga, aku mengerti. Lebih baik kau turuti saja kemauan suamimu daripada dia marah," kata Bayu dengan penuh pengertian.

"Terima kasih banyak Bayu."

"Iya sama-sama. Tapi aku tidak akan pergi sebelum suamimu datang. Jadi aku akan menemanimu di sini."

"Tidak usah Bayu. Aku tidak mau merepotkanmu. Lebih baik kau jalan duluan saja. Mana tahu Mas Angger masih lama. Aku bisa menunggunya di kantin," tolak Bunga.

"Tapi aku tidak merasa direpotkan Bunga. Sudahlah, jangan menolak lagi. Aku akan tetap menunggumu di sini sampai suamimu datang," putus Bayu tanpa bisa diganggu gugat lagi.

Bunga di Dapur Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang