Siapa Johan

268 19 1
                                    

Dua orang preman langsung lari terbirit-birit, saat melihat kedatangan Angger. Tentu saja preman itu tidak mau tertangkap oleh pria yang beberapa hari lalu sudah mereka gebuki.

"Hai, jangan lari!" seru Angger dengan terus mengejar dua preman tersebut.

Preman yang dikejar Angger berlari menuju ke sebuah gang. Kemudian masuk ke dalam gudang tua yang telah digunakan oleh para preman itu sebagai markas mereka.

Angger terus mengejar. Hingga berhasil masuk ke dalam gudang tua tersebut. Dan ternyata para preman itu sudah menunggunya.

"Selamat datang jagoan!" sambut salah satu preman dengan seringai menakutkan di wajahnya.

"Besar juga nyalimu. Berani datang kemari sendirian!"

Angger seakan terperangkap. Dia seperti masuk ke dalam kandang macan. Namun begitu, Angger masih tetap bersikap tenang. Angger melihat di sekelilingnya berdiri tujuh orang preman dengan wajah sangar. Mereka semua sedang menatap ke arahnya dengan begitu sengit.

"Jangan pikir aku akan takut kepada kalian!" balas Angger tak kalah lantang.

"Jadi, kau ingin kami hajar dan jadikan perkedel seperti kemarin? Baiklah, kalau itu maumu. Kami akan dengan senang hati melakukannya!" ucap preman tersebut.

"Kalian banci! Beraninya keroyokan! Dasar sampah masyarakat!" balas Angger tanpa sedikitpun rasa takut.

"Kurang ajar! Berani sekali kau bicara. Sudah mau mati, masih saja bersikap sombong!"

Para preman itu semakin meradang mendengar perkataan Angger.

"Sudah Bang. Kita hajar saja manusia satu itu seperti kemarin. Bila perlu kita matikan saja dia biar tidak banyak bacot!" seru yang lainnya tak kalah emosi.

"Maju kalian semua. Ayo lawan aku!" tantang Angger yang sudah berada di ambang batas kesabarannya. Sebab para preman itu sudah pernah membuatnya babak belur hingga masuk rumah sakit.

"Brengsek! Hajar dia!"

"Serang!"

Empat orang preman langsung maju secara bersamaan. Membuat Angger harus bersikap waspada. Pria itu tampak menangkis dan menahan serangan yang ditujukan kepadanya, dari empat penjuru mata angin. Namun begitu Angger bisa dengan mudah menghindari serangan itu. Sebelum kemudian Angger memberikan serangan balasan.

Angger langsung menunduk saat ada yang ingin melayangkan pukulan ke wajahnya. Di saat itulah Angger menendang tulang kering salah satu preman hingga tubuhnya terdorong ke belakang. Sebelum jatuh dan terhempas ke atas lantai.

Tidak sampai di situ saja, Angger segera memberikan tendangan hingga mengenai tulang rusuk preman tersebut. Sebelum preman itu berhasil bangkit. Dan menyerangnya lagi.

Aaaaah!

Terdengar erang kesakitan dari preman yang berhasil dilumpuhkan oleh Angger. Sebelum preman itu kehilangan kesadarannya.

Melihat salah satu temannya berhasil dikalahkan oleh Angger. Membuat preman yang tersisa merasa tidak terima. Ke enam preman yang tersisa semakin membabi buta menyerang Angger.

"Bangsat kau! Kau apakan teman kami?!"

Perkelahian itu semakin sengit. Satu lawan enam bukanlah lawan yang seimbang. Angger sempat merasa kewalahan. Namun begitu Angger bisa mengatasi semuanya dengan keahliannya yang ia miliki.

Brak.

Kretek-kretek.

Angger dengan sengaja mematahkan tangan salah satu preman yang ingin menusuknya dengan menggunakan pisau.

Bunga di Dapur Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang