Hari ini hari minggu tetapi rasanya selalu seperti hari biasa. Rebil mencepol rapi rambut panjangnya menyisakan beberapa helai di sisi wajah. Gadis itu memakai sendal jepitnya dan memilih berjalan kaki membeli ciki untuk menonton pertandingan voli.
Rebil tidak berani pergi sendiri jadi Bi Tumi menyuruh anaknya yang masih SMP kelas 1 menemani Rebil. Tahun ini Rebil genap berusia 16 tahun dan masih betah menlanjutkan homeschooling sampai kelas 2 SMA.
"Hati-hati Yuma jaga kak Rebil," teriak Bi Tumi sambil menggoreng ikan.
Rebil tertawa, seakan dirinya yang lebih anak-anak dibanding Yumi yang masih smp. Yumi menggandeng lengan Rebil sambil bersenandung, tingginya tidak jauh berbeda dari Rebil. Entah karena genetik atau mungkin karena Rebil yang tidak bertambah tinggi.
Rebil dan Yumi baru saja mengambil beberapa jajanan. Dan kebiasaan Yumi kalau kemana-mana selalu ingin buang air.
"Kak bentar ya aku kebelet nih ehehe," kata Yumi tertawa kecil kemudian melangkah mencari toilet. "Bentar kok ga lama!"
Rebil mengambil satu susu kotak kedelai kemudian meletakkannya di dalam keranjang belanja. Wajah kaget gadis itu tampak begitu jelas saat bocah yang beberapa hari lalu ia temui kini sudah berdiri di sebelah rak minuman.
"Kamu? Sama siapa ke sini?" tanya Rebil melihat anak itu sendirian saja.
Neysha melipat kedua tangannya di depan dada menatap Rebil dengan tatapan yang begitu menyebalkan sekali. Neysha lalu meniup poninya hingga beberapa helai ikut berhembus lucu.
"Kamu gak usah sok baik sama aku, aku ga lupa ya kamu udah bikin aku jatoh."
"Maaf ya kemarin aku ga tau kalo kamu sekecil ini," kata Rebil menahan tawa.
"Kamu juga kecil! Pendek kaya ini wlee," kata Neysha mengangkat satu botol yakult dingin di sebelah pipi tembamnya.
Rebil melotot apa iya dia sependek itu? Dan kenyataan langsung menikamnya ketika kini dia bertemu lagi dengan Rachal. Tubuhnya ini hanya setara dengan ketiak lelaki itu.
"Ga sopan ngomongin orang Ney," tegur Rachal dengan suara rendah, meraih tangan bocah itu untuk berjalan menuju meja kasir.
Rachal sempat menatapnya namun hanya sebentar saja, lelaki itu melewatinya meninggalkan aroma wangi yang segar. Dan yang membuat Rebil salfok adalah tas punggung cowok itu.
"Kak Rachal?"
Rachal berbalik dengan mata tajamnya mengamati Rebil dengan kening mengerut. Tidak menyangka gadis ini bisa tau namanya dengan mudah.
Rebil menipiskan bibirnya yang tanpa persetujuan otaknya memanggil nama lelaki itu.
"Tau gue dari mana?"
"I-itu dari tv."
Mata Rebil bergerak kesana kemari dan untungnya Yuma datang dengan memeluk beberapa ciki meski dengan wajah plonga-plongo terus menatap Rachal.
"Kenapa manggil gue?"
"Enggak, ga sengaja kok kak," Rebil begitu terlihat bodoh dengan jawaban spontannya.
Rachal masih menatapnya membuat Rebil salah tingkah dan tidak tau mau berbuat apa selain menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Bang Chal ayo nanti telat mainnya, bang!"
Rebil baru teringat kalau hari ini ada pertandingan voli dan Rachal main. Itu tujuan utamanya membeli ciki. Neysha menarik Rachal pergi dari sana. Menyisakan dua perempuan yang saling tatap itu.
"Kak itu serius dia yang main voli itu?"
"Iya, Kak Rachal."
"Kok aslinya makin cakep?"
Rebil hanya tertawa lalu dengan cepat menarik cewek itu dan menyuruhnya membayarkan belanjaan. Yuma mendengus menatap Rebil yang mendorongnya ke arah kasir. Selalu tidak mau melakukan interaksi yang berlebihan, katanya dia gugup ditatap orang lain.
Rebil tidak ingin melewatkan pertandingan itu meskipun hanya menyaksikan lewat televisi. Sudut bibirnya terangkat melihat Rachal, bahkan saat main voli saja mukanya ganteng.
"Lo ga mau nonton langsung kak? Uang Mama Papa lo kan banyak," Yuma memasukkan makanan ke dalam mulutnya setelah mereka berdua duduk bersila menonton pertandingan.
Hari ini kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Baik Alber yang sibuk dengan syuting atau dengan Karin diusia kandungan yang sudah menginjak 7 bulan dan seharusnya istirahat tapi kini malah masih sibuk mengurus pekerjaan.
Rebil menoleh sebentar menatap anak itu. Sudah lama ia ingin pergi tapi takut Alber dan Karin akan memarahinya jika keluar rumah. Entah apa yang mereka takuti, seperti begitu memalukan sekali jika publik mengetahui kalau Rebil merupakan putri mereka.
"Rame, berisik banget di sana."
"Tapi kan seru bisa liatin keringat orangnya secara langsung, mana tau rejeki bisa poto bareng ya gak? Ya gak...?" kata Yuma menaik-naikkan alisnya.
Apapun itu Rebil tetaplah Rebil yang enggan keluar dari zona nyamannya selama ini. "Papa pasti gak kasih izin."
"Lah emang kenapa sih kak? Temen gue aja masih smp nonton ke sana bareng pacarnya ortunya iya-iya aja."
"Masih bocil udah pacar-pacaran!"
"Dari pada udah 17 tahun tapi ga kenal cowok!"
"Kenal lah, itu kak Rachal."
Rebil menunjuk Rachal dengan dagunya membuat Yuma mendengus. "Yang tadi adeknya?"
"Ga tau, kayanya bukan."
"Tau dari mana bukan?"
Rebil agak sedikit mikir untuk mengarang cerita, karena nyatanya dia tidak tau alasannya. "Adeknya nyebelin, pengen aku gundulin rasanya."
Yuma tertawa ngakak membuat Rebil yang sedang memungut ciki yang jatuh di bawah sofa menatapnya bingung.
"Kenapa?"
"Ahaha kak Kerri ga sengaja nyium pipi kak Rachel ahaha," tunjuk Yuma ke arah benda persegi panjang itu.
Dalam tayangan ulang disana menampilkan Kerri teman setim Rachal yang sangking senangnya memenangkan set ke 3, hingga tanpa sengaja saat melakukan selebrasi kemenangan ia berlari memutari lapangan hingga berakhir mencium pipi Rachal di sana yang terlihat mengeluarkan tawa kecil sambil menabok bahu cowok itu keras.
"Ganteng banget pacar orang, jadi pengennn," celutuk Yuma merebahkan kepalanya karena pertandingannya sudah selesai dengan skor 3-0.
Rebil terdiam membenarkan itu. Tidak mungkin modelan seperti Rachal tidak memiliki pacar kan.
🏐🏐🏐
gas terusss ngenggg
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHAL
Teen FictionBak putri yang sudah terkurung selama ratusan tahun Rebilla Elasy tumbuh menjadi gadis anggun dan penurut dengan segala kecemasan yang membuatnya mengekang kebebasannya untuk mengenal dunia karena trauma masa lalu. Rebil berpikir dengan tidak mengen...