4. RACHAL

27 6 1
                                    


Selagi nungguin masuk kuliah up terus ehehe

🏐🏐🏐

20 menit sudah berlalu dan jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sepuluh jari Guan masih sibuk mengetik di atas laptop lalu menatap Kerri dan Hadyan yang baru saja tiba dan langsung rebahan di atas sofa.

"Nyemak banget lo berdua sumpah!"

"Biarin lah siapa suruh lo rajin amat," kata Kerri menatap kaca mata tebal Guan.

"Rachal enggak nyemak?"

"Enggak, dia gak kek elo."

"Kaya gue gimana maksudnya? Ganteng kan? Iri lo An?" kata Kerri menarik sedikit kerah depan kaosnya sombong. Menampilkan senyum sok cool-nya.

Guan yang duduk di bawah karpet hanya mendengarkan saja tanpa membalasnya. Cowok itu lalu menyikut lutut Rachal yang duduk di atas sofa dekat dengannya.

"Chal woi!"

"Apa?" Rachal menumpu keningnya dengan sebelah tangan sementara tangan satunya sibuk di layar handphone.

"Cewek lo gimana tadi?"

Rachal berdecak memukul belakang kepala Guan membuat cowok itu mengaduh. Padahal sudah dibilang tadi kalau Rebil anak tetangganya.

"Wihh cewek Rachal yang mana An? Dapet di gor ya?" tanya Hadyan melempar remot tv ke atas paha Kerri yang sudah terlelap.

"Bukan cewek gue, gausah fitnah An."

Rachal menusuk perut cowok itu dengan jari kaki sebelah kirinya. Ada hal yang membuat pikirannya resah sekarang. Entah apa yang ingin dia cari di ponsel, sama sekali tidak menemukan informasi apa pun.

"Selo Chal, gue tau kok lo tinggal milih doang," kata Hadyan hapal sekali kalau penggemar terbanyak dimiliki Rachal.

Rachal berdiri pergi ke dapur. Mengambil plastik hitam berisi sampah yang akan dibuang. Berjalan lurus dengan wajah tenang.

"Yang lain ga jadi ngumpul katanya Chal," Hadyan memperlihatkan chat grup mereka.

Rachal hanya mengangguk sekilas lalu berlalu keluar rumah. Kaki jenjang lelaki itu belum bergerak untuk kembali masuk, walau sampah itu sudah berada pada tempatnya. Rachal mendengar percakapan dari sebelah rumahnya yang merupakan tempat satpam rumah tetangganya.

"Aduh pak Erun gimana sih? Rebil itu cewek pak masa tega dibiarin jalan malem-malem gini sendirian? Kalo ada yang jahatin bapak mau tanggung jawab?!" emosi Bi Tumi menggebu-gebu sekaligus kesal dengan satpam mereka.

Dia yang mendapat kabar majikannya masuk rumah sakit segera datang dengan khawatir penuh, terutama pada Rebil.

"Saya dilarang keras sama bapak buat ga kasih non pergi kemana-mana mbak Tum, saya kira dia tadi udah masuk ke dalem."

"Anak itu sakit pak, bapak sendiri tau kan kondisinya gimana?"

Rachal masuk ke dalam rumah. Menutup pintu dengan keras sambil menyisir rambutnya ke belakang.

"Goblok banget jadi orang."

Teman-temannya sontak menoleh. Termasuk Kerri yang berteriak memanggil Rachal, sehabis menguap dan mengucek mata dengan muka lelah. Kaget mendengar bantingan pintu barusan.

"Siapa yang goblok?" tanya Guan heran.

"Woi Chal katanya mau main ps!" Kerri teriak lagi membuat Hadyan dan Guan kompak menatapnya. Kerri ini memang suka sekali membuat orang gondok.

"Gak, mau tidur."

Lelaki itu benar-benar lelah hari ini. Juga mencoba melupakan hal yang mengganggu pikirannya sejak tadi. Rachal merebahkan tubuh tegapnya di atas sofa, lalu memejamkan mata dengan sebelah tangan yang dijadikan sebagai bantal.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang