5. RACHAL

29 6 0
                                    

Siapa pun kamu yang minta up dan udah baca ceritaku, thank u dan makasih yaa udah buat aku semangat hihi🌷

🏐🏐🏐

Rebil mengusap kepalanya, menatap punggung tegap Rachal yang terbalut kaos putih polos. Bahkan setelah lelaki itu menjauh, jejak tangannya seperti terasa tertinggal.

"Kasar banget kok bisa banyak yang suka."

Rachal menoleh. "Lo termasuk kan?"

"Enggak lah! Aku kan baru kenal kamu."

Agak sedikit membungkuk kedua tangan lelaki itu memantulkan bola dengan tempo cepat. Sampai beberapa helai rambut bahkan menutupi separuh jidatnya.

"Kebetulan banget lapangan volinya," senyum di sebelah sudut bibir Rachal ditangkap oleh mata Rebil, serius dia yakin tidak salah lihat.

"Aku yang minta Mama buatin," Rebil menunduk memilin jemarinya. "Tapi emang jarang dipake."

"Orang anaknya ga bisa main."

"Bisa kak, aku tuh udah sering nonton di tv. Cuma ga ada temen aja."

Rebil terdiam setelah membongkar kebohongan yang dia ucapkan dikalimat sebelumnya. Sedari awal sudah jelas kan, dia sudah tau nama Rachal bahkan tanpa lelaki itu menyebutkan namanya.

"Liat gue main pernah?"

"Pernah." Jujurnya sambil duduk di bawah pohon pinggir lapangan. Rebil tau Rachal sudah lumayan terkenal di usianya yang masih 19 tahun. Ia kagum melihat lelaki ini, sekaligus masih tidak menyangka bisa bertemu, rasanya begitu mustahil.

Rachal merogoh kantung celana dan mengecek ponselnya, melihat pesan yang dikirim Guan, lalu jari panjangnya bergerak mengetik sesuatu. Lelaki itu terdiam sejenak, kemudian mengangkat pandangannya.

"Maaf karena malam itu gue ga bisa bantuin lo."

🏐🏐🏐

"Bawel banget mulut lo heran gue kenapa si Rachal bisa tahan," Guan membawa Neysha ke rumah sebelah. Sejak 15 menit yang lalu telinganya sangat panas mendengar ocehan gadis dengan balutan dress selututnya.

"Aku mau abang yang jemput."

"Kan udah dibilang tadi kalo dia ada latihan, Neysha Atendy," Guan menekan kalimat terakhirnya. "Masih baik hati gue mau jemput."

Guan terpaksa menjemput Neysha dari les balet. Kata Rachal menjemput adiknya harus lebih cepat dari pada Neysha yang menunggu. Tapi menyebalkannya, hampir 1 jam Guan menunggu termenung seperti orang bodoh.

Rachal yang katanya ada latihan voli malah sudah pulang duluan. Membuat Guan ingin sekali menendang adik jadi-jadian lelaki itu yang kini menatapnya dengan penuh kekesalan.

"Nyari siapa mas?" Pintu dibuka oleh Yuma. Memiringkan sedikit kepalanya sambil menggigit es krim semangka, lalu melirik anak kecil yang sepertinya pernah dia lihat.

"Temen gue ada di sini gak? Gue udah tanya sama satpam tadi katanya liat Rachal."

Yuma sejenak teringat pernah melihat Neysha di minimarket bersama Rachal. "Oh iya kak Rachal ada di dalem, masuk aja kak."

Neysha mendongak walau matanya sempat manatap es krim yang dipegang Yuma. "Mana abang Chal?"

Yuma membawa mereka ke halaman belakang rumah. Hembusan angin sore menyapa mereka, halamannya begitu luas dengan bunga-bunga cantik tumbuh di sana menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Di ujung sana ada sebuah lapangan membuat Guan salah fokus.

Rebil menatap Yuma seakan berbicara sesuatu. Yuma mengerti cewek itu mengangkat telapak tangannya seperti mengatakan 'tidak'.

Menghembuskan napas pelan karena Alber belum kembali dari luar kota. Beberapa pegawalnya juga ikut jadi hanya ada Bi Tumi, Yuma dan satpam di depan rumah. Entah apa yang ditakuti Rebil dia sendiri tidak tau.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang