14. RACHAL

14 2 1
                                    

MAAF KALO ADA TYPO

HAPPY READING!🏐🦋

🏐🏐






"Gak bisa. Gue ada kelas siang ini Yan."

Rachal dibuat kesal karena Hadyan menelpon dan terus memaksanya untuk datang ke bazar kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah mereka hari ini.

"Parah banget sih Chal, bentaran doang 10 menit abis itu lo boleh pergi deh."

Rachal tau modus temannya itu, menjadikannya alat agar orang tertarik membeli di stan mereka.

"Plis ya pliss... kalo gada lo warung kita kurang rame nih."

"Woi Chal ke sini lo sekarang! Juan juga gue paksa nih awas lo bedua kalo ga datang!"

Kerri beteriak di sebrang sana, membuat Rachal refleks menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Kalo lo ga dateng gue kecewa berat ihhh Acalll!"

Itu suara Kiantara. Rachal mendengus mendengar nada bicara cowok itu. Sepertinya mereka memang rada punya kelainan. Telepon itu kemudian diputuskan secara sepihak oleh Hadyan. Membuat lelaki itu mau tak mau maraih kunci motornya. Masih ada waktu 2 jam sebelum kelas dimulai.

Dia baru mendapatkan pesan kalau Guan juga dipaksa datang ke sana, tentu dengan ogah-ogahan Guan mengirim pesan pada Rachan kalau dia sudah sampai sejak tadi. Cowok itu mengirim pap sedang makan ayam katsu buatan Kerri dengan wajah amat terpaksa.

Rachal mengeluarkan motornya. Lelaki itu tak lupa memakai helm untuk melindungi kepalanya. Dia dibuat kaget saat mendapati Rebil yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat motornya.

Gadis itu mencepol rambutnya tinggi dengan beberapa helai disisakan dekat telinga, hingga menampakkan leher putihnya. Rebil menatap Rachal yang dia tebak ingin pergi keluar.

"Mau kemana kak? Kuliah ya? Atau mau latihan?"

"Ke sekolah anak-anak voli, mereka ada bazar hari ini." ucap Rachal yang sekarang sudah duduk di atas motornya.

"Kamu udah sembuh emang?"

"Udah. Kenapa ke sini?"

Rebil menggeleng lalu dia mengangkat ponsel pemberian Dian dengan senyum senang menggoyang-goyangkan benda pipih itu. "Bunda yang kasih. Mana nomor kamu kak biar aku save."

Rachal menarik ponsel itu kemudian mengetikkan nomornya. Lelaki itu mengembalikannya dengan mata yang tidak lepas dari wajah Rebil. "Udah dibolehin sama Papa lo?"

"Iya, Papa udah ga jadi artis lagi. Dia gak sejahat yang aku kira," kata Rebil sambil menyingkir dari depan motor lelaki itu.

"Bagus lah," kata Rachal yang memang melihat kasih sayang di mata Alber saat berbicara kepadanya waktu itu.

Rebil tersadar posisinya berdiri. "Kamu boleh pergi kak, aku tadi cuma mau minta nomor kamu aja kok."

Rebil sebenarnya tertarik dengan acara bazar yang dikatakan Rachal tadi. Dia hanya pernah mendatanginya sekali itu pun saat kecil.

"Kalo pergi bareng gue dikasih gak sama papa lo?"

Rebil menatapnya bingung. "Maksudnya kak?"

"Ikut gue ke sekolah mereka, dibolehin gak?" tanya Rachal ketika tadi menangkap perubahan wajah gadis itu yang kecewa saat mendengarnya pergi untuk hal lain, bukan untuk kuliah ataupun latihan. Rebil sepertinya merasa kesepian di rumah, makanya gadis itu terus mendatangi rumahnya.

Senyuman terbit dari bibir cerah Rebil. Dia segara mengirimkan pesan pada Dian yang saat ini mungkin sedang bekerja, Rebil meminta izin mengatakan bahwa dia meminta izin untuk pergi bersama Rachal ke bazar yang ada di sekolah Aldana.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang