7. RACHAL

19 5 1
                                    


Part ini 1500 lebih siap-siap ya bacanya🌷

HAPPY READING!💛💛💛


🏐🏐🏐


Sejak pukul 5 pagi Rebil sudah bangun, dia menatap pantulan wajahnya di cermin. Gadis itu baru saja selesai mandi. Wangi khas bunga magnolia dari parfum memenuhi kamarnya.

Rambut panjangnya dia kumpulkan menjadi satu kemudian dia ikat menggunakan ikat rambut berwarna kuning pastel.

Rebil menggunakan dress berwarna biru muda dengan motif kupu-kupu kecil berwarna putih yang berada di beberapa bagian.

Jika dilihat hampir semua isi lemarinya dipenuhi dengan dress selutut. Ada beberapa kaos dan celana tapi bisa dihitung pakai tangan, dan itu pun sudah kekecilan. Rebil tidak suka berbelanja, baju-baju ini dibelikan oleh Karin.

Dia turun melihat Bi Tumi yang sedang membuat sarapan. Ada beberapa asisten Papanya yang sudah kembali dari luar kota, tapi Alber entah kenapa belum kelihatan wujudnya.

"Papa udah pulang Bi?"

Rebil mendekat, berdiri di sebelah Bi Tumi mengintip masakan wanita itu dengan kening agak mengerut heran.

"Belum, katanya sih nanti siang."

"Terus kenapa masaknya banyak banget? Kaya mau ngundang tetangga aja."

Bi Tumi menoleh melihat pergelangan tangan gadis itu yang sudah mulai membaik. "Kata Bapak ada tamu yang dateng. Kan ga enak kalau ga ada makanan."

Rebil mengangguk beralih melihat asisten Alber yang baru turun dari lantai atas dengan sangat tergesa-gesa bahkan hampir tersandung karpet di ujung tangga.

"Kok kayanya sibuk banget sih Bi mereka?" tanya Rebil sambil memotong kue keju yang baru selesai keluar dari open.

Bi Tumi menahan tangannya, kemudian menjauhkan pisau itu dibalik badannya.

"Jangan pegang pisau lagi ya! Bibi ga mau kaya kemarin lagi, gak baik. Bahaya!"

Rebil terdiam. "Engga lagi kok Bi, sini aku bantuin."

"Gak usah, sana main voli aja."

Rebil menatap pantulan wajahnya di atas meja makan. Bagaimana mau main kalau tidak ada temannya? Main sama angin kan ga mungkin.

"Nih sarapan dulu."

Bi Tum sudah menyajikan sarapan pagi. Bersamaan Yuma keluar dari kamarnya menggunakan seragam sekolah dan ikut sarapan juga. Sudah biasa memang seperti ini, Rebil sudah sangat dekat dengan mereka.

Yuma menaik turunkan alisnya menatap Rebil membuat gadis itu mengernyit tidak paham.

"Kak Rachal tinggal sendirian kan kak?" tanya Yuma mengunyah nasinya.

"Iya, kenapa?"

"Tetangga baru itu harus disambut baik ga sih bu?" Yuma bertanya pada Ibunya yang dibalas anggukan oleh Bi Tumi.

"Siapa emang tetangga barunya? Kok ga pernah keliatan."

"Ganteng loh bu kak Rebil tau tuh," anak itu cekikikan mendapat tatapan garang Rebil.

"Nanti bibi anter makanan deh sekalian kenalan sama ibunya juga."

"Dia tinggal sendiri Bi. Sini aku aja yang ngasih." Rebil tidak jadi melanjutkan sarapannya. Gadis itu bangkit mengambil makanan yang sama dan membawanya ke rumah sebelah. Membuat Bi Tumi membiarkannya saja.

"Sejak kapan kak Rebil bisa deket sama orang lain Yum?"

Bi Tumi bertanya dengan heran. Pasalnya Rebil suka takut jika bertemu orang baru, butuh proses yang lama untuk mendapatkan kepercayaannya. Yuma hanya mengangkat bahunya tidak tahu.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang