3. RACHAL

23 7 1
                                    


Setelah pertandingan usai gor terlihat masih ramai oleh para suporter. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Rachal meneguk air mineral dengan mata yang menatap keberadaan Neysha yang duduk di atas tribun bersama Guan.

Guan merupakan sahabat kampusnya. Cowok itu membawa Neysha untuk menghampiri Rachal karena sejak tadi bocah itu tidak berhenti mengomelinya.

"Cape gue denger bacotan dia Chal!" decak Guan sebal kemudian bergabung untuk menyapa teman-teman lain yang dikenalnya.

Rachal mengacak pelan rambut Neysha yang hanya menatapnya penuh riang. Binar mata seperti itu hanya bisa ditunjukkan kepada Rachal seorang saja.

"Yeay abang menang!"

Neysha si anak manja begitu mudah melekat dengan sosok Rachal yang menjadi incaran banyak perempuan karena auranya yang begitu kuat. Wajah lelaki itu selalu menampilkan raut ketenangan yang tidak mudah dilawan dan sorot mata dingin membuat orang menerka serangan darinya, baik itu saat sedang bermain voli ataupun tidak.

Rachal sudah menganggap Neysha seperti adik kandungnya meskipun dirinya baru pindah ke sini 3 bulan yang lalu. Setelah kematian adik perempuannya dua tahun lalu, luka itu perlahan sedikit terobati dengan kehadiran Neysha.

"Hai Neysha! Gue ganteng gak?" kata Kerri sambil mencolek dagu gadis kecil itu.

Neysha merengut. "Jelek! Kaya sapi wlekk!"

"Lo kaya babi wlek!"

"Ihh mamah papa aku good looking tau! Aku mirip kaya mereka lah."

"Anak pungut ga diajak," Kerri mengacak rambut Neysha membuat anak itu menendang betisnya, Kerri masih terus ingin membuat mulut tidak sopan Neysha bungkam. Walau ia tau susah sekali mengingat anak itu manjanya minta ampun.

"Abangg!"

"Ri, mulut lo."

Kan bener, pawangnya marah. Hadyan tertawa, membuat Kerri hanya mengangguk pasrah saja menghadapinya.

"Mau?" Hadyan menawarkan sebuah permen yang hanya dilirik sekilas saja oleh Neysha. Memang benar meyebalkan sekali anak ini.

Neysha kembali menarik-narik Rachal agar segera keluar dari gor ini. "Abang ayo pulang! Aku capek."

"Bentar Ney."

Rachal masih mendengarkan sang pelatih sedang memberi sedikit arahan. Setelah mangambil foto bersama sebagai kenang-kenangan. Kemudian tak lama mereka bubar dan diperbolehkan pulang setelah melakukan tos dan berpamitan.

Kali ini bukan pertandingan membawa nama Indonesia, tetapi pertandingan antara klub-klub voli terkenal yang ada di indonesia.

Rachal sudah biasa bolak-balik keluar kota untuk tanding voli. Dan lelaki itu sengaja memilih kampus di kota ini agar memudahkannya dalam mengembangkan diri lagi. Rachal sudah hobi bermain voli sejak smp kelas 2. Awal-awal karena iseng diajak kini berakhir ketagihan.

Setelah sampai di rumahnya Neysha sudah tertidur lelap. Yang langsung diambil alih oleh Angga dengan menggendong putri bungsunya itu.

"Masuk dulu yuk, tante udah masak loh," ajak Sofia tersenyum hangat menatap Rachal dari atas sampai bawah tau kalau anak ini lelah sehabis tanding.

Rachal membenarkan tas yang ia sampirkan ke satu bahu ketika hendak terjatuh. "Lain kali aja tan, Rachal masih ada tugas kampus yang belum selesai."

"Aduh iya deh lain kali main ke sini ya, anggap aja kami orang tua kamu. Mamah kamu titip kamu di sini sama kami nak," kata Sofia sembari tersenyum.

"Kalau ada apa-apa bilang om Chal," ucap Angga yang kembali menghapiri setelah membawa Neysha masuk ke dalam kamar tidur. Rachal hanya mengangguk saja.

"Maaf ya belakangan ini Neysha selalu ngerepotin kamu."

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang