8. RACHAL

18 5 1
                                    



🏐🏐🏐

"Kok malah bengong, ga suka sama makanannya?"

Rebil kembali meraih sendok dan garpu dari atas piring, kembali mengunyah makanan yang dimasak oleh Dian.

Rebil mendongak kemudian menggeleng. "Suka kok."

"Suka kok bun," ucapnya lagi. Membuat Dian terkekeh mendengarnya.

"Jangan males makan sayur."

Dian menegur Albaron yang sengaja menyingkirkan bagian sayur ke bagian pinggir piring.

"Bunda kebanyakan ngasihnya."

Albaron lalu memindahkan sayur berwarna hijau dan oranye itu ke piring abangnya membuat Aldana melirik adiknya tajam. Namun lucunya cowok itu tetap terima-terima saja dan tidak marah.

Hari-hari Rebil tentu tidak berjalan seperti biasanya, yang membuat perbedaan adalah perhatian dari sosok ibu yang kini dapat terasa. Keluarga yang dia miliki sekarang terasa sangat ramai, tidak seperti biasanya.

Bi Tumi kembali ke dapur dengan wajah senang, ikut bahagia melihat majikan lamanya kembali lagi. Juga agak merasa tenang Rebil kini mempunyai sosok ibu lagi yang bisa menjaga dan berharap Dian bisa mengerti perasaan gadis itu.

Karena selama ini Bi Tumi tidak pernah melihat Rebil mengungkap keluh kesah seperti anak pada umumnya kepada orang tua mereka. Bukan maksud mengatakan Karin tidak baik, tetapi mungkin kurang perhatian karena sibuk dengan pekerjaan.

"Habis homeschooling biasanya kamu ada kegiatan apa?"

"Enggak ada," jawab Rebil seadanya.

"Al kamu hari ini ada latihan kan? Ajak Rebil ya biar dia cari suasana baru, ga bagus di rumah terus."

Aldana hanya mengangguk saja. Anak itu pergi setelah menyalami tangan Alber dan Dian dengan membawa tas sekolah di sebelah bahunya.

Kening Rebil mengernyit. "Ehh... gak usah bun, nanti Al keganggu. Biasanya juga di rumah aja," tolak gadis itu meskipun tidak tau maksud latihan seperti apa yang dilakukan Aldana.

"Bukannya kamu suka main voli? Kebetulan disana banyak yang bisa ngajarin, nanti Bunda bilangin deh sama anak-anak itu."

Mata Rebil mengerjab pelan mencerna perkataan Dian. Dia baru ingat kalau wanita itu dulu merupakan seorang mantan pemain voli timnas juga mantan wasit voli. Tapi sekarang Dian lebih memilih untuk fokus dengan usaha yang dia bangun di tempat gym, dan itu Dian yang cerita sendiri, tidak heran kalau Aldana mengikuti jejak bundanya.

"Tapi aku ga bisa bun, malu banget diliatin orang."

"Kenapa harus malu?"

Rebil menggeleng melirik Alber. Papanya pasti tidak setuju. Dan Dian menyadari itu.

"Boleh kan Rebil keluar Pa?"

Dian menekan kalimatnya membuat Alber langsung mengangguk.





🏐🏐🏐








"Itu kak Rachal ya?"

Aldana menoleh ke arah Rachal yang dirangkul oleh Hadyan disebelahnya juga ada Kerri yang entah sedang mentertawakan apa. Mereka berjalan masuk ke dalam gedung latihan voli indoor.

"Kok lo tau?"

"Dia tinggal di sebelah rumah kita," jawab Rebil. Dia tidak memakai embel-embel 'kak' meskipun tau Aldana lebih tua 3 bulan darinya.

"Oh baru tau. Soalnya dia ga pernah cerita ke kita tinggal di mana."

"Kalian satu klub?"

Aldana balas mengangguk menutup pintu mobil lalu menguncinya. Dian yang suruh pakai mobil. Padahal Aldana malas sekali karena bisa ditebak nanti pulangnya akan terjebak macat.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang