10. RACHAL

17 4 4
                                    


Part ini panjangnya ampir 1800 word!

Pelan-pelan aja bacanya yaa


HAPPY READING!🏐

🏐🏐

Rebil muntah sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri sekali. Rachal segera turun dari motornya memegang lengan gadis itu saat kembali memuntahkan isi perutnya. Tangannya menepuk pelan punggung kecil itu.

"Eh kenapa atuh non..." kata satpam yang berjaga melihat Rebil. Gadis itu hanya tersenyum dan menggeleng lemah.

Rachal mengiringi langkah Rebil sampai di depan rumah lalu mengetuk pintu dan langsung disambut oleh Bi Tumi yang juga panik melihat muka pucat Rebil. "Kenapa ini Rebil kok pucet banget?"

"Bi tolong panggil dokter."

Bi Tumi langsung mengangguk mencari ponselnya.

"Dia ada larangan makan apa Bi?"

Rachal merangkul Rebil menuju sofa dan membaringkan tubuhnya yang tampak lemas.

"Alergi susu, tadi emang ada minum susu ya den?"

"Iya bi, saya juga ga tau dia ada alergi," kata Rachal.

Bersamaan itu Dian muncul dengan berlari kecil menghampiri Rebil. Dibelakangnya ada Alber yang menyusul, pria itu akhir-akhir ini sering berada di rumah.

"Rebil kenapa bi?"

"Alergi susu kayanya bu, saya udah telpon bu dokter bentar lagi ke sini." kata Bi Tumi setelah menelpon dokter keluarga mereka.

"Kamu ngerasain apa? Mana yang sakit nak?" Dian bertanya khawatir.

Rebil menggeleng meski mengusap perutnya yang terasa sakit sambil memejamkan mata ketika rasa mual terus terasa. Tak lama dokter datang dan memeriksa gadis itu. Dan benar saja, Rebil yang ceroboh memilih minuman milkshake strawberry menyebabkannya seperti sekarang.

Selagi dokter itu memeriksa keadaan Rebil. Alber mengajak Rachal mengikutinya, mereka duduk di pinggir kolam yang airnya tampak begitu tenang dengan adanya pantulan lampu yang tampak di permukaan.

"Tinggal di rumah sebelah itu?"

"Iya om," balasnya seadanya. Meski dia bingung dengan sikap Alber.

"Udah lama kenal sama anak saya?" tanya Alber membuat Rachal menoleh. Paham sedang menanyakan tentang Rebil.

"Baru dua bulan ini."

"Kok bisa? Kamu loh orang pertama yang saya tau bisa deket sama Rebil."

"Enggak sedeket yang om pikirin, kita ga ada hubungan apa-apa."

"Iya maksud saya...." Alber menghela napas berat. "Dia ga pernah mau deket sama cowok karena traumanya."

"Baguslah kalau sudah ada perkembangan. Beruntung kamu." Lanjutnya dengan nada tenang.

Dian datang menghampiri mereka setelah mengantar Rebil tidur di kamar dan meminum obatnya.

"Kamu Rachal temennya Aldana ya?" Dian melempar senyum menatap lelaki tinggi yang kini sudah berdiri. "Makasih ya udah anterin Rebil pulang."

Rachal mengangguk. "Maaf tante gara-gara saya Rebil sakit."

"Kata dokter ga terlalu parah kok, tapi memang harus minum obat."

"Tapi kamu udah kuliah ya? Beda setahun berarti sama Aldana?"

"Iya tante."

Merasa tidak ada kepentingan lagi lelaki itu pamit pulang. Menyalami kedua orang itu sebagai tanda sopan santun yang diajarkan padanya.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang