6. RACHAL

22 6 1
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak yaa biar semangat ngetik👐

🏐🏐🏐



Rebil menatap pintu putih itu dengan wajah ragu. Berkali-kali dia mencoba ingin mengetuk namun kembali berjalan menjauh ketika berubah pikiran. Terhitung sudah hampir 10 menit dia berdiri di depan rumah ini.

Jangan tanya kenapa bisa di sini, tadi gadis itu berhasil keluar saat satpam sedang tidak ada.

Pintu terbuka, Rachal keluar dengan pakaian rapi menggendong tas di sebelah bahu. Siang ini dia ada kelas, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk hadir apalagi mengingat dirinya sudah sering tidak masuk kelas walaupun dengan alasan yang masih dimaklumi.

Mata tajam Rachal memandang aneh gadis rambut sepunggung yang berdiri di dekat pohon, belum sadar dengan kehadirannya. "Ngapain di situ?"

Rebil kaget, berbalik badan menatap lelaki itu dari atas sampai bawah. Bibir dalamnya dia gigit sangking sukanya dengan penampilan Rachal. Lelaki itu menggulung lengan kemeja putihnya sampai siku dan celana jeans sebagai bawahan. Sebenarnya sesederhana itu, tapi berbeda kalau yang memakai lelaki itu.

Walaupun sedang tidak memakai jersey volinya namun lelaki itu selalu menimbulkan kesan manly menggunakan pakaian apa pun. Terlebih lagi rambut hitam agak kecoklatan Rachal selalu disisir rapi.

"Enggak ngapa-ngapain kak, aku tadi ga sengaja aja jalan ke sini."

Rebil memasang tawa tidak jelas sambil meremas jemarinya di belakang tubuh. Namun sudut bibirnya perlahan turun melihat Rachal masih di sana menatapnya, ditatap seperti itu membuatnya menelan ludah gugup.

"Gue tanya serius, lo ngapain liatin pohon itu?" Rebil terdiam, bingung mau menjawab apa.
"Lo ga ada kerjaan lain?"

"Kerjaan yang gimana maksudnya kak?"

"Gue bukan kakak lo."

Rachal sekarang merasa memiliki satu orang adik lagi kalau dirinya dipanggil begitu.

Keningnya mengernyit, perasaan dari kemarin Rebil manggil gitu dan Rachal tidak menegurnya. Lagi pula kan memang benar dia yang lebih tua. 

"Terus aku harus manggil kamu apa?"

"Gue ga ga pernah liat lo sekolah, udah lulus kan?" tanya Rachal memandangi gadis itu meski sedikit tidak yakin dengan tubuh seperti anak smp itu sudah tamat sekolah.

"Kelas 2 sma,  homeschooling kak. Ini kamu gak jadi perginya?" Rebil mencoba mengalihkan topik.

Rachal berdecak melihat jam melalui ponselnya. Dia tidak biasa menggunakan jam tangan  karena ribet kalau mau latihan. Dia kadang suka lupa menyimpan benda kecil itu dimana.

"Gara-gara lo!"

Jarinya bergerak menyentil jidat Rebil, membuat mata gadis itu refleks terpemejam selama satu detik, lalu terbuka lagi menatap punggung Rachal yang sudah berjalan menghampiri motornya. Hidungnya mencium aroma citrus dan mint saat lelaki itu melewatinya.

Berpikir lagi sebelum lelaki itu benar-benar pergi. "Aku mau minta tolong, boleh gak?"

"Gak."

Rebil menipiskan bibirnya mendengar jawaban singkat itu. Matanya menunduk dengan bahu lesu. "Yaudah, hati-hati kak."

"Dari tadi gue udah tanyain lo mau ngapain ke sini, kenapa ga langsung ngomong?"

Sepertinya berbicara dengan Rebil tidak bisa dengan dua atau tiga kata, karena gadis itu  membuatnya kesal karena dari tadi terus bicara tapi entah apa maksudnya dan arahnya.

RACHALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang