part 10

103 11 3
                                    

Unknow's POV

"How long?" Tanya ku dengan gemetar.

"15 bulan." Tangisan ku pecah saat dokter mengatakannya. 15 bulan? apa yang harus kulakukan?
"Kau yakin tidak ingin pengobatan?"

"Entahlah. Akan kupikirkan nanti." Ucapku pelan.

****
Clairine's POV

Ini hari pertama aku menjalankan misi ku untuk mendekatkan Calum dan Ashley. Aku ingin membayar rasa bersalahku. Aku tidak ingin dihantui rasa berslaah.

Semalam aku memikirkan bagaimana cara menyatukan mereka. Kupikir Calum menyukaiku jadi kurasa dia menyukai ku dari style ku yang tomboy. Akhirnya kuputuskan untuk merubah Ashley menjadi tomboy.

"Hey, Ash! Kau pakai bajuku saja. Calum menyukai perempuan tomboy." Seruku kepada Ashley yang duduk di pinggir kasur. Ia kebingungan mencari baju untuk kencan bersama Calum.

"Kau tau darimana?" Tanyanya. Sial. Aku harus jawab apa? Tidak mungkin kan kujawab yang sejujurnya.

"Um- Luke yang memberi tahuku! Ya, Luke! saat itu aku sedang menjadi informasi tentang Calum untukmu." Jawabku berusaha meyakinkannya.

"Tapi kau tau kan aku tidak suka pakai ripped jeans dan jaket kulit sepertimu. Itu bukan style ku, Clair." Aku mendecak kesal. Dia ini cerewet sekali.

"Kau ini mau tidak sih kencanmu berjalan lancar? Sudah ikuti saja!" Ucapku geram. Ashley memutar mata lalu mengangguk. "Baiklah."

Sekitar 15 menit akhirnya Ashley selesai berdandan. Wow! dia mirip seperti artis punk rock. Dan gayanya sangat mirip dengan gayaku. Bahkan ia lebih cantik. Aku yakin Calum pasti akan menyukainya.

Aku dan Ashley turun ke bawah. Ashley sendaritadi hanya bertanya seperti layaknya perempuan yang tidak pernah ngedate. Wait, apakah aku menyindir diriku sendiri? Ah masa bodo lah. Intinya Ashley sendaritadi pasti bertanya 'Clair, Apakah rambutku rapi?' 'Clair apakah kau yakin ini cocok?' 'Clair apakah aku tidak terlihat aneh?' Sungguh aku sangat geram mendengarnya. Tapi ya begitulah. Dia memang pertama kali menjadi punk rock.

"Wow! Apa yang terjadi dengannya?" Ucap Michael saat melihat Ashley. Luke dan Calum pun menoleh ke arah kami. Tampang mereka sama dengan Michael. Kaget.

"Apa yang kau lakukan dengannya, Clair? hahahaha dia sama sekali tidak co-" Aku menginjak kaki Luke sebelum dia melanjutkan kalimatnya. "Dia lumayan juga kalau menjadi tomboy." Lanjut Luke.

"Bagaimana menurut kalian?" Tanyaku kepada Calum dan Michael. Sementara Ashley sendaritadi hanya menundukkan kepalanya.

"Apakah dia memakai bajumu?" Tanya Michael. Sungguh apakah ia tidak punya pertanyaan konyol lain?

"Pertanyaanmu bodoh, Mike. Aku tidak akan menjawabnya." Ucapku sambil memutar mata.

Michael mencubit hidungku cepat. "Kau menggemaskan." Dengan cepat aku mengangkat jari tengah ku untuk Michael disambut dengan tawa Luke.

"Hei Cal sekarang giliranmu. Bagaimana pendapatmu?" Tanyaku kepada Calum yang daritadi hanya diam. Bahkan saat yang lain tertawa dia hanya diam. Wajahnya datar... dan dingin.

"Not bad." Jawab Calum singkat. Aku hampir saja meninju lengannya tapi kuurungkan niatku saat melihat Ashley mendongakan kepalanya lalu tersenyum. Astaga dia ini mudah sekali sih di buat tersipu.

"Sudah sana kalian pergi. Jangan lupa membawa makanan dan kabar gembira bahwa kalian sudah jadian untuk kami ya." Ucapku saat didepan pintu untuk mengantar Ashley dan Calum. Ashley pun berjalan menuju mobil sedangkan Calum masih di sampingku.

"Kalau maksudmu membuat Ashley berdandan sepertimu agar aku menyukainya, kau salah. Bukan style yang membuatku suka padamu." Bisik Calum lalu pergi meninggalkan ku. Aku terpaku dengan ucapannya. Tiba-tiba jantungku berdegup cepat. Apa yang terjadi padaku?

***

Calum's POV

Aku dan Ashley berada di mobil sekarang. Daritadi ia menyetel lagu yang sama dari iphone nya. Entah apa maksudnya.

"Mengapa kau memutar lagu ini terus?" Tanyaku penasaran.

"Tak apa. Lagu ini hanya mengingatkan ku dengan teman kecilku."

Aku mengangguk. Namun entah kenapa ada dorongan untuk bertanya lagi. "Kau merindukannya?"

"Ya, selalu." Ucap Ashley sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sesuai irama lagu.

"Memangnya dia kemana? hubungi saja dia dan katakan kau rindu padanya." Kulihat Ashley tertunduk. Seperti menahan nangis. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah temannya sudah mati? oh tidak aku merasa bersalah. "Maafkan aku, Ash. Aku tidak bermaksud. Aku turut berduka cita."

Ashley menatapku. Apa aku salah bicara? "Tidak, dia tidak mati. Maksudku, dia tidak mati secara fisik. Hanya saja..... ia.. amnesia." Ucap Ashley dengan air mata membasahi pipinya.

Aku meminggirkan mobilku, lalu menghapus air mata di wajah Ashley. Make up yang dipakainya tadi sudah luntur. Kurasa kami tidak jadi kencan. Yes! Katakanlah aku jahat tapi aku memang tak ingin kencan dengannya. Aku hanya ingin kencan dengan sahabatnya.

"Kurasa kita tidak perlu pergi ke bioskop." Ucapku sambil menatap Ashley. Ia terlihat kecewa.

"Kita tidak mungkin ke bioskop dengan make up luntur. Kita bisa ke tempat lain." Lanjutku sambil mengelus tangannya pelan. Ia mengangguk.

Aku kembali menjalankan mobilku entah kemana tujuannya. Mungkin lebih baik aku bertanya kepada Ashley.
"Kau ingin kemana?" Tanyaku.

"Taman kecil di pinggir kota?" Ucapnya. Aku pun mengangguk.

Sesampainya di taman, aku membukakan pintu untuk Ashley. Bagaimana pun aku harus bersikap layaknya seorang pria. Taman ini cukup sepi, hanya ada beberapa anak kecil yang bermain.

"Ayo Cal! ikuti aku." Ucap Ashley menarik tanganku. Aku pun pasrah lalu mengikuti langkahnya.

Kami berhenti dibawah rumah pohon. Tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Mungkin ini efek minuman yang kuminum semalam. Tidak kah kalian tahu bahwa aku mabuk semalam? Ya, aku mabuk untuk menghilangkan rasa penatku karna Clairine.

"Kau kenapa?" Tanya Ashley khawatir. "Apakah kepalamu pusing?" Lanjutnya. Bagaimana ia tau?

"Ya sedikit. Mungkin ini efek minuman semalam."

"Kau mabuk?" Tanyanya sambil menatapku kaget. Aku hanya mengangguk sambil menekan pelipis ku agar pusing ku berkurang. "Kenapa kau mabuk?"

Sial. Aku harus menjawab apa? Tidak mungkin kan aku menjawab jujur. "Um- hanya ingin saja." Jawabku berusaha seyakin mungkin. Kuharap ia percaya.

Kami sampai di rumah pohon lalu duduk sambil mengamati sekitar. Cukup bagus juga pemandangan disini. Aku merasa pernah kesini. Oh, mungkin aku pernah kesini bersama Mali kakak perempuanku mengingat dulu rumah kami berada didekat sini.

Aku mengamati rumah pohon ini lalu melihat ukiran bertuliskan T+G dengan tanda love diluarnya. Cukup manis juga. Siapa yang membuatnya?
"Apa kau sering kesini, Ash?" Tanyaku.

"Ya, dulu aku dan temanku sering kesini. Tapi semenjak dia amnesia, aku sendiri kesini." Ucapnya berusaha tegar. Aku mengangguk. Tapi entah kenapa dorongan untuk bertanya datang lagi.

"Jadi kau tau siapa yang membuat tulisan ini?" Ucapku sambil menujuk tulisan T+G yang kutemukan. Kulihat Ashley menatap tulisan itu. Lalu mengangguk.

"Ya, itu ukiran yang kubuat bersama temanku."

****

Broken Trust  • chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang