part 16

104 8 2
                                    

Clairine's POV

Pikiranku masih terus melayang mengenai kejadian beberapa jam lalu. Apa maksud Luke mengatakan itu? Ia menyukaiku? Tapi bagaimana bisa? Apakah gadis yang dimaksud nya waktu itu adalah aku? Kalau dia menyukai ku dari dulu mengapa dia bersikap dingin kepadaku? Begitu banyak pertanyaan yang takbisa kujawab disini.

"Apa yang kau pikirkan Clair?" Tanya Ashton. Oh ya, sudahkah kubilang bahwa Ashton sudah pulang tadi sore? kurasa belum. Well, sekarang Ashton sudah pulang dan dia berada di kamarku.

"Nothing." Ucapku singkat lalu kembali bergelut dengan pikiranku tentang perkataan Luke.

What would you say if i said i love you?

Benar. Apa yang kukatakan kalau Luke mengatakan dia mencintaiku? Apakah aku masih menyukainya? tapi Calum? Ini terlalu membelit. Aku bingung.

"Ash?"

Ia menoleh.

"Apakah kau pernah menyukai dua orang sekaligus?"

Ashton tersenyum. "Luke dan Calum?"

Aku melotot mendengar ucapannya. Luke dan Calum? Serius? dia menyukai Luke dan Calum?! "What? kau seorang-"

"Astaga kau ini bodoh! tentu saja tidak! aku masih normal. Maksudku itu kau. Kau menyukai Luke dan Calum. Right?"

Aku mengangguk.

Ashton tersenyum lalu duduk disampingku. "Apa saja yang terjadi saat aku pergi?"

Pandanganku mengingat kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini. Banyak. Aku harus mulai darimana?
"Kemarin Calum dan Ashley berciuman di photo box dan aku melihat fotonya. Lalu entah mengapa aku merasa sakit melihatnya padahal aku sendiri yang memaksa Calum untuk mengajak Ashley berkencan." Aku menghela nafas mengingat kejadian itu. "Lalu saat aku dipinggir kolam Luke datang. Akhirnya aku bercerita pada Luke tentang semuanya lalu dia bilang aku menyukai Calum dan kurasa itu benar."

"WHAT?! mereka berciuman? kupikir Calum menyukaimu." Ujar Ashton tak percaya.

Aku mengidikkan bahu.

"Dan kau tau? beberapa jam yang lalu Luke bilang dia mencintaiku."

Ashton menggelengkan kepalanya. "Kau bercanda kan?"
Kini giliranku yang menggeleng. "Lalu bagaimana perasaanmu terhadap mereka? maksudku, siapa yang membuatmu nyaman?" lanjutnya.

Aku menerawang kejadian dimana aku berdua dengan mereka. "Entahlah. Saat bersama Calum aku merasa nyaman. Senyumannya selalu membuatku ikut tersenyum. Terkadang jantungku berpacu cepat saat aku bersamanya namun aku mengabaikannya. Belum lagi rasa nyaman itu bertambah semenjak ia mengetahui rahasia besarku. Tapi aku tidak bisa menyakiti hati Ashley. Aku juga bingung dengan Calum. Kalaupun ia menyukaiku mengapa ia mencium Ashley?" Aku tertunduk.

"Wow dia mengetahuinya?" Aku mengangguk. "Lalu bagaimana perasaanmu saat bersama Luke?" lanjut Ashton.

"Luke selalu ada saat aku sedih. Dia selalu memelukku saat aku kesepian dan dia selalu menghapus air mataku saat aku mulai menangis. Tapi aku masih bingung dengan sikapnya yang berubah tiba-tiba. Kau tau kan dia sangat dingin padaku dulu?" Ashton mengangguk.

"Lalu sekarang mengapa dia bilang dia mencintaiku? ya walaupun tidak secara langsung dan hanya mengucapkan 'What would you say if i said i love you?' tapi tetap saja dia berniat bilang begitu. Aku tidak tahu dia bersungguh-sungguh atau tidak." lanjutku.

Ashton lagi-lagi tersenyum. "Aku tau. Kau menyukai Calum dan kau masih sedikit mencintai Luke."

Ya, kurasa Ashton benar. "Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanyanya.

"Aku akan memastikan apakah Luke benar-benar mencintaiku atau tidak. Jika ya, aku akan melupakan Calum dan membiarkannya bersama Ashley."

Ashton mengangguk. "Sekarang kau tidurlah, besok sehabis jogging aku akan menemanimu kerumah Luke." Ucapnya mengacak pelan rambutku.

****

"Ash? Kita jadi tidak sih?" Teriakku dari ambang pintu menunggu Ashton yang sedang bersiap.

Tak lama kakak bodohku memunculkan batang hidungnya lalu berlari ke arahku sambil memegang kunci mobil. "Kau ini lama sekali seperti kura-kura berumur 169 tahun." gerutuku.

Aku dan Ashton menutup pintu mobil lalu langsung menancap gas menuju rumah Luke. Tidak, kamu tidak jadi jogging karna kesiangan. Like brother like sister, kami memang tidak bisa bangun pagi. Mungkin kebiasaan itu sudah menjadi warisan turun temurun keluarga Irwin.

"Ash?" Ia menoleh sekilas lalu kembali fokus kedepan. "Bagaimana kalau ternyata Luke tidak benar-benar mencintaiku?"

"Aku akan mematahkan lehernya karna memainkan hati adikku 2 kali." Jawabnya datar. Aku terkejut dengan jawabannya. Segitunya ya?

"Wow, kukira kau tidak menyayangiku." Aku terkekeh.

Ashton menjitak kepalaku. "Tentu saja aku menyayangimu, bodoh. Ya walaupun hidungmu seperti babi, tapi aku tetap menyayangimu dan tidak akan membiarkan siapapun melukaimu."

Tak lama kemudian Ashton meminggirkan mobilnya tanda kami sudah sampai. "Here we gooo."

Aku melangkahkan kakiku menuju kedepan pintu lalu mengetuknya namun hasilnya nihil. Tidak ada yang membuka. Tanganku bergerak membuka ganggang pintu.

CEKLEK!

Ini tidak dikunci. Mungkin Luke lupa menguncinya mengingat dia sangat ceroboh dan keluarganya sedang diluar kota. "Luke?" panggilku. Tak ada jawaban.

"Apakah kau yakin dia ada dirumah, Ash?"

"Tentu saja. Mobilnya kan terparkir didepan."

Aku dan Ashton melangkahkan kakiku menaiki tangga.

"Aw!" Aneh-aneh saja. Sejak kapan tangga menjadi tempat menaruh sepatu? "Kau kenapa?" tanya Ashton.

"Tak apa hanya tersandung heels merah sialan ini. Aku tidak bisa membayangkan jika aku memakai heels tinggi ini. Ew. Menjijikan. Seperti pelacur." Ucapku membayangkan penampilanku sambil terkekeh.

Aku pun terdiam saat melihat raut wajah Ashton yang berubah. Dia bahkan tidak tertawa saat aku bergurau tadi. Wajahnya terlihat serius dan menegang. Kenapa dia?

"Kau tunggulah di bawah. Aku akan memanggil Luke."

****

NAHLOOH LUKE KIRA KIRA KETAHUAN GAK YAAAA..

Broken Trust  • chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang