Berkah ataukah Celaka?

1.2K 86 13
                                    

Beberapa bulan berlalu, tidak ada komunikasi antara titiek dan prabowo hampir 4 bulan lamanya. Prabowo juga menjalani hari-harinya dengan penuh perjuangan mencari nafkah dan memperluas bisnisnya. Tidak ada yang berani bertanya kepadanya perihal titiek yang tidak pernah mengunjunginya lagi diamman. Tiba-tiba ia mendapat telepon dari hashim yang mengabarinya bahwa sang ayah sedang sakit. Mendapat kabar itu prabowo begitu gelisah. Ia berusaha mencari cara kesana kemari agar bisa pulang keindonesia.

Sementara itu, titiek sendiri mendapatkan kabar dari sang putra bahwa sang mertua sedang sakit.
"Ma, eyang cum sedang sakit, didiet mengkhawatirkan eyang" begitu tutur didiet ditelepon hari itu. Mendengar hal itu titiek ikut prihatin dan tau pasti bahwa sang suami pasti sangat khawatir juga akan hal itu. Ditengah kesibukannya mengurus sang ayah, ia menyempatkan diri memesan sebuah bunga cantik berwarna putih dengan kartu ucapan yang bertuliskan "semoga lekas sembuh papi, we all hope for your recovery. Titiek." . .
Tadinya ia ingin menulis nama 'titiek prabowo' , namun ia takut apabila hal itu akan membuat tidak nyaman mereka disana. Maka ia mengurungkan niatnya.
Ibu dora adalah orang yang menerima bunga itu.
Lama ia memandang bunga ditangannya itu sebelum meletakkannya dimeja dengan bunga-bunga lainnya.Ibu dora tidak menyampaikan bunga tersebut kepada suaminya, namun ia memberitahu anak-anaknya perihal kiriman titiek itu. Dengan nada marah hashim berkata " Sudah sangat terlambat hanya untuk setangkai bunga!"
Tidak ada yang menyanggah pernyataan hashim itu.
Berjalannya waktu hashim harus bolak baliik keluar negeri untuk mengurus bisnisnya sementara istrinya anie tinggal diindonesia bersama ibu dan kakak-kakanya mengurus sang ayah yang memang masih sakit dan berobat jalan beberapa bulan ini. Kesehatan pak mitro memang menurun sejak masalah yang ditimpa putra sulungnya itu, namun keadaannya lebih memburuk sejak akhir tahun 2000an.

Prabowo menelepon sang ayah dan memintanya untuk tidak banyak pikiran
"Jangan terlalu banyak pikiran pi, maaf saya belum bisa pulang."

"Tidak apa. Jaga saja kesehatanmu disana, papi baik-baik saja"

"Istirahatlah pi, yang penting papi selalu dalam keadaan sehat. Sudah waktunya papi untuk istirahat dan meninggalkan urusan yang berat-berat"

"Kita tidak dilahirkan untuk dapat hidup selamanya. Saya juga tidak tahu, kapan saya akan dipanggil untuk kembali menghadap Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, saya akan manfaatkan sebaik-baiknya, kesempatan untuk hidup yang telah diberikan kepada saya. Saya akan selalu bergerak, mengabdi dan memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara" tegas pak mitro dengan suaranya yang terdengar tertatih-tatih.
Prabowo hanya bisa menghela nafas panjang, ia tau sangat sulit menasehati sang ayah yang sejak dulu memang keras kepala.
"Papi peduli pada saya kan pi? Tolonglah dengarkan saya kali ini saja, istirahatlah barang sejenak. Saya akan segera pulang" jawab prabowo.

"Apakah mungkin kita dapat berjumpa sebelum saya meninggalkan dunia ini?" Tanya pak mitro.
Terdengar suara ibu dora yang menangis diujung telepon.

"Mengapa papi berkata demikian? Papi harus segera sehat disana, saya akan segera pulang menemui papi" ucap prabowo sebelum telepon dialihkan pada sang kakak bianti.
"Bagaimana keadaan papi mba?"

"Tidak bisa dibilang baik-baik saja dek, kita tau papi memang sudah tua" jawab bianti sambil menangis.

"Saya akan cari cara agar segera bisa pulang mba" jelas prabowo.

**
Prabowo berusaha menemui beberapa orang kenalannya, bahkan ia sempat kesingapur dan negara tetangga indonesia lainnya, ia berharap dapat mendapat bantuan dari sana agar bisa pulang keindonesia. Beberapa orang yang melihatnya nampak terkejut sebab prabowo sama sekali tidak terlihat seperti seorang mantan pangkostrad, ia lebih tampak seperti seorang pengangguran yang penuh putus asa diwajahnya. Mereka  berusaha membantunya namun tetap saja gagal. Hingga akhirnya pada awal tahun 2001 prabowo menemui presiden gusdur yang sedang ada kunjungan keluar negeri saat itu. Ia menceritakan bahwa ayahnya, pak cum sedang sakit,
"Pak, saya mendapat kabar bahwa pak cum sakit. Bisakah kiranya bapak membantu saya pulang kejakarta?" Pinta prabowo.

KESETIAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang