Apa yang pak tua Rindu kan?

5.9K 149 231
                                    

Kepulangan didiet ke Indonesia menambah kebahagian pak harto, hari ini semua berkumpul di villa keluarga cendana dipinggir pantai. semua keluarga tampak hadir disana kecuali bambang, halimah dan anak-anaknya.
Mereka memasak banyak sekali makanan, tommy tampak mengobrol dengan didiet mempertanyaakan sekolahnya di luar negeri, dimata tomy walaupun didiet tersenyum ramah dan menyapa seperti biasa namun ada yang berbeda dalam dirinya, yaitu ia tidak bnayak bicara dan menjadi lebih pendiam serta berhati-hati dalam bersikap..
“bagaimana sekolahnya?”

“alhamdulillah, baik om”

“pendek sekali jawabannya. . “ senyum tomy disamping didiet.

Didiet hanya tersenyum.

“kamu kurusan ya sekarang” ucap tomy lagi berusaha mencairkan suasana.

“masak sih om? Mungkin karna saya sudah lebih tinggi sekarang”

“begitu. . rencana berapa lama di indonesia? Lamalah, mama mu masih rindu. Kita semua juga masih rindu.”

“sepertinya tidak bisa om, saya hanya libur beberapa hari. . “ ucapan didiet terpotong seolah ingin mengatakan sesuatu namiun ia mengurungkannya.

“ngebahas apa sih?” tanya titiek yang mendekati putranya itu.

“ngak ada mba, ngobrol biasa aja” jawab tomy.
Dan disambung dengan senyuman sang putra.

“didiet jadi kalem ya mba? Apa karna sudah punya pacar?” tanya tomy.

“ah tidak om. Fokus belajar saja” jawab didiet ramah.

“namanya juga sudah gedek ya sudah berubah , malu kalo bersikap seperti anak-anak terus” canda titiek mengelus-elus kepala putranya itu.

“kapan rancana mau ketemu papmu?” tanya tomy yang membuat titiek tegang sebab melihat lirikan sigit dan keluarga yang lain kearah mereka.
Titiek buru-buru mencolek betis adiknya itu yang duduk diatas kursi, senyum tomy menghilang saat melihat sekeliling terutama tatapan kakak tertuanya itu.

Tomy langsung mengalihkan perhatian dengan mengambil satu udang yang sudah dibakar oleh didiet. Tomy merasa ngeri kali ini, untung saja ada didiet dan keponakan-keponakannya yang lain ditengah-tengah mereka. Bila mana tak ada anak-anak ini pasti ia sudah mendapatkan hardikan dari kakaknya itu.
Didiet berpura-pura tidak mengerti akan suasana saat ini, ia beranjak bangun dan membawa beberapa ikan hasil bakarannya menghampiri eyangnya yang duduk dikursi rodanya menghadap pantai.
“eyang, coba hasil bakaran didiet” tutur didiet penuh lembut.

“loh! Jauh-jauh pulang kok bakar ikan? Siapa yang suruh?” tanya pak harto pelan.

“gak ada yang suruh eyang. . didiet mau saja bakarkan beberapa untuk eyang” senyum didiet menghiasi wajahnya.

Mendengar hal itu pak harto tersenyum dan mengelus kepala cucunya itu dengan penuh kasih sayang beberapa kali.
“kamu hanya sebentar liburnya? Padahal eyang masih rindu” ungkap pak harto selesai menghabiskan sebagian daging ikan.

“ya bagaimana eyang? Didiet ingin bisa jadi orang hebat agar bisa membuat bangga eyang dan keluarga” ucap didiet sambil berjalan sebentar mengambilkan air minu  untuk eyangnya itu.

Pak harto minum dan meletakkan minum itu kembali kemeja.
“apa tidak disini saja agar lebih dekat?” tanya pak harto lagi.

“kan ada pepatahnya pak, kejarlah ilmu walaupun sampai kenegri cina” saut tutut dari sudut lain.

“benar eyang. . “ sambung didiet dengan senyumnya.

“kan disini ada titiek pak, kalo rindu didiet lihat titiek saja” canda titiek sambil memeluk leher ayah nya itu.

KESETIAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang