Harmonisnya Keluarga Kecil Prabowo

1.1K 73 2
                                    

Prabowo sendiri memiliki banyak sekali teman dari berbagai kalangan. Salah seorang sahabat prabowo yang bergerak dibidang bisnis adalah hasim wahid. Mereka sudah saling mengenal saat masih duduk dibangku taman kanak-kanak.
Hari itu prabowo berkunjung kekantor hasim didaerah bandung, kebetulan ia sedang melakukan pelatihan disana. Keduanya mengobrol dengan hangat, membahas perkembangan bisnis dan negara saat ini. Prabowo sangat suka jika membahas soal keuangan, pesat mundurnya kemajuan dollar amerika dan rupiah indonesia, tidak heran juga karna didalam dirinya mengalir darah seorang banker dari kakeknya margono Djojohadikusumo sang pendiri BNI. Kemudian hasim beralih pada cerita tentang Khianat-mengkhianati,
"mengingatkan kita pada cerita dua legenda Jawa tentang apa yang terjadi bila mana seseorang menikahi putri raja. Ia bisa menjadi seperti Jaka Tingkir, yang membunuh mertuanya dan mendirikan kerajaan baru. Atau ia bisa mengikuti jejak Ageng Mangir, yang mencoba merebut kekuasaan raja lain dan akhirnya tewas. " cerita hasim panjang lebar sambil beberapa kali tertawa.
Hashim Wahid, pengusaha yang mengenal Prabowo sejak taman kanak-kanak itu kemudian melanjutkan, dengan bertanya pada prabowo :
"Kamu punya segalanya, uang, kekuasaan, dukungan orang-orang hebat dan kesempatan. Kamu mau jadi siapa? Jaka Tingkir atau Ageng Mangir?" Lanjutnya sambil tersenyum menatap prabowo.
Niat hati hasim hanya bercanda dengan sahabatnya itu, namun rupanya prabowo yang mendengar pertanyaan itu tersinggung. Jawaban yang diperoleh Hashim dari Prabowo di luar dugaannya.
Prabowo langsung berdiri dari tempat duduknya, kemudian membanting pintu dan tak mau berbicara lagi dengannya. Hasim sangat terkejut, memaku ditempat duduknya cukup lama. Beberapa kali ia mencoba menghubungi prabowo namun prabowo tidak mau lagi berbicara dengannya. Bahkan setelah beberapa bulanpun saat bertemu disalah satu kesempatan prabowo tidak mau bertegur sapa dengannya.

Sementara itu pak mitro yang sudah pensiun mulai kembali dihubungi oleh sahabat-sahabatnya. Sebenarnya kata Pensiun dipakai karna pak mitro tidak bekerja dipemerintahan lagi, bukan berarti ia tidak memperhatikan pemerintahan lagi. Ia dan teman-temannya masih sering bertemu dan berbincang soal pemerintahan dan menyatukan pendapat demi perkembangam bangsa. Saat itu pak mitro dan rekan-rekannya sangat menentang bisnis markup alutsista, yang hanya menguntungkan untuk beberapa pihak saja.
Tiba-tiba pak mitro mendapatkan berita bahwa anak-anak pak harto malah ikut-ikut (ambil bagian) dalam bisnis tersebut. Ketika dilihat, ada nama titiek prabowo dengan tanda tangannya disitu juga.
Pak mitro sedikit terkejut, harusnya titiek tau betul bahwa suaminya juga sangat menentang bisnis kotor itu. Maka pak mitro memanggil prabowo kerumahnya dan menunjukkan berkas-berkas itu.
"bilangin baik-baik" tutur pak mitro pada putranya itu, prabowo mengiyakan ucapan ayahnya dan pulang kerumah.

Prabowo mempertanyakan soal hal itu pada titiek, titiek menjelaskan bahwa ia taunya hanya diajak oleh saudara-saudaranya untuk ikut berbisnis dengan mereka, ia tidak tau bahwa bisnis itu adalah bisnis yang ditentang oleh prabowo sendiri. Mendengar hal itu, prabowo menegur titiek agar lebih pintar dan tidak asal percaya tampa mencari tahu lebih dulu. Selesai berbicara prabowo beranjak untuk mandi. Ia merasa sudah selesai permasalahan dan tidak ada masalah lagi.
Namun rupanya tidak bagi titiek. Mendengar nada prabowo yang bagi titiek bernada tinggi itu membuat titiek menangis. Titiek menelpon pak mitro, ia meminta maaf pada pak mitro sambil menangis. Pak mitro yang mendengar titiek berbicara sambil menangis bertanya persoalannya.
"Mas bowo marah-marah pi" ungkap titiek menjelaskan.

Pak mitro tanya prabowo "kamu bilang apa keistrimu?"

"Aku tegur baik-baik pi" tegas prabowo.

"Kamu tegur bagaimana? Kenapa istri mu sampai nangis?" Tanya pak mitro.

"Ya aku bilangin biasa aja, cuma mungkin karna aku belum pernah bilangin dia sebelumnya" jawab prabowo santai.
Menurut pak mitro prabowo itu kalo mau marah atau kasar tidak mungkin, cuma memang nada bicaranya seperti orang tempramen, padahal tidak. Makanya titiek ngerasa suaminya marahin dia, karna nada bicaranya, padahal cuma negur yang baik-baik. Prabowo sendiri juga menyakinkan ayahnya bahwa ia tidak marah-marah, ia hanya berbicara biasanya saja, berbicara sewajarnya.

KESETIAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang