17. Di Antara Dua Wanita

74 29 13
                                    

"Kak Daniel!" Seru Devan asal, namun dengan penuh keyakinan bahwa pemilik nama yang dia panggil itu ada disana, di tempat tunangannya itu berada.

"Apa? Kak Daniel?! Mana mungkin! Kau jangan mengada-ada ya sayang, mengapa kau kembali mencurigai aku seperti dulu?" Wanita manipulatif itu justru balik menyerang Devan.

"Siapa tahu saja kak Daniel ada dinas malam ke kediamanmu," Devan tak mau kalah dan balik menyindir Revy. Dinas malam yang di maksud Devan tentu bukan soal urusan kerja.

"Iya itu memang suara tamunya Ayah, tapi bukan kak Daniel. Kebetulan aku sedang duduk di ruang depan, sibuk membuat sketsa desain yang harus aku berikan padamu besok." Revy mengelak dengan santainya. Maklum saja, karena membohongi Devan adalah salah satu kebiasaannya.

"Tamu dari mana yang datang berkunjung pada tengah malam?"

"Mana aku tahu, itu kan bukan urusanku. Lagipula kau sendiri yang menebak dengan benar, kalau memang di rumahku sedang ada tamu penting." Revy tidak kehabisan alasan.

"Kalau begitu tunggu aku! Aku juga akan datang kesana untuk bertamu."

"Eh...? Apa...?!" Suara Revy langsung terdengar panik. Karna jika Devan benar-benar datang berkunjung ke rumahnya, Devan tidak akan menemukan nya disana. Sudah pasti ia akan ketahuan berbohong. Karna saat ini, ia sedang berada di kediaman pribadi milik Daniel, dan akan pulang menjelang fajar nanti.

"Jangan panik, aku hanya bercanda." Devan merasa puas karena sudah mengerjai Revy, dan mendapatkan reaksi yang dia inginkan.

Tidak terdengar jawaban di seberang sana. Hanya suara nafas kekesalan yang berhembus.

"Ya sudah. Kalau begitu selamat bersenang-senang." Ucap Devan sungguh tidak peduli.

Bersenang-senang bersama dengan Daniel- si pria bajingan itu, tentu adalah ucapan selamat untuk malam yang buruk. Menghabiskan malam dalam nafsu yang tak terkendali, menjadi pelayan hasrat setan yang tidak akan pernah terpuaskan. Karna Devan tahu betul, bagaimana gilanya Daniel dengan wanita, sedangkan Revy sebenarnya adalah salah satunya.

"Oh, i- iya." Revy menjadi kikuk. Karna kalimat yang di lontarkan Devan memang benar adanya, malam ini Daniel sedang bersamanya untuk bersenang-senang seperti biasa.

"Selamat malam sayang. Semoga selamat sampai di rumah. Dan beristirahat lah dengan tenang ya." Ucap Revy sebelum panggilan telepon di tutup.

Mendengar itu, Devan sampai berludah karena merasa jijik dengan manipulasi rendahan
yang membuatnya mual. Wanita dengan kelas rendah memang tidak kehabisan akal untuk menghinakan dirinya sendiri.

"Haha. Bicth!!!" Devan membuang handphone nya ke dashboard mobil dan bersiap untuk memutar arah mobilnya meninggalkan tempat ini.

Seperti yang pernah Anna katakan sebelumnya, "biasanya rasa sakit yang paling besar adalah pintu terakhir menuju kebebasan."

Siapa tahu, hal itu benar-benar berlaku untuknya saat ini. Karena itu, Devan tidak akan menghentikan perbuatan mereka, meskipun ia sudah mengetahuinya. Melainkan, ia akan membukakan jalan selebar-lebarnya untuk para pengkhianat itu menghancurkan diri mereka sendiri.

• • •

Pagi sekali, seperti janjinya semalam, Anna masuk bekerja tepat waktu, dengan posisi yang seharusnya, sebagai cleaning service. Sebab Office boy pribadi Boss besar, katanya sudah masuk hari ini.

Full dalam satu hari kemarin, dunia Anna di liputi oleh Devan seorang. Di mulai sejak matahari terbit hingga terbenam sempurna. Bahkan semalam Anna tidak bisa tidur sama sekali karna di interogasi oleh Ibu yang menanyakan rahasia di balik sikap kepedulian Boss padanya.

DEVANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang