9. Wanita Dari Masa Lalu

120 84 17
                                    

Insting Devan berpusat pada suara yang terasa tidak asing baginya, dan juga sorot mata penuh keberanian yang lekat dalam ingatannya. Wanita ini sangat mirip dengan seseorang yang pernah di temuinya di masa lalu. Tapi apakah mungkin? Secara kasat mata, look mereka sangat jauh berbeda.

"Kenapa lama sekali menjawabnya!" Seru sang Boss besar sambil mencermati setiap detail dari objek wanita yang berpenampilan begitu aneh di depan matanya.

"Maaf," sahut Anna singkat.

"Coba ulangi sekali lagi, sebutkan nama mu dengan lantang!" Perintah sang Boss. Rupanya nama panjang Anna cukup menarik perhatiannya.

"Anna Isadora B!" Anna menyebut dengan begitu lugasnya.

"Ehem... Oke." Devan berdehem kecil. Anna Isadora B? Nama yang cukup unik dengan sebuah inisial di ujungnya. Adakah itu adalah sebuah kode rahasia ataukah keisengan si pembuat nama. Tapi itu tidak penting sekarang. Ada yang harus Devan pastikan terkait pekerjaan wanita ini. Devan penasaran alasan di balik kejutan yang luar biasa ini.

"Apa benar kau yang melakukan ini pada ruangan ku?" Tunjuk Devan mengarah kepada  sisi kanannya.

Anna langsung mengakuinya. "Iya benar, Boss."

"Atas dasar apa kau sampai berani mengubahnya sesuka hatimu? Kau pikir ini rumahmu?" Devan mengintrogasi Anna seperti seorang detektif.

Matanya masih menancap dalam pada wajah oval wanita yang nampaknya begitu percaya diri ini. Rambut blondenya yang di kepang acak-acakan terlihat berbeda dengan poninya yang tebal, lurus. Bahkan warna hitam yang di hasilkan oleh cat rambut itu nampak telah pudar, memantulkan cahaya keemasan yang ada di balik warna asli rambutnya. Entah ini hanyalah ketelitian penglihatan Devan ataukah memang kenyataannya.

"Orang-orang selalu menggembosi saya dengan betapa tingginya penilaian anda terhadap segala sesuatu. Dan mereka mengatakan kemungkinan besar saya akan di pecat jika melakukan kesalahan kecil. Lalu ketika saya masuk ke ruangan ini dan melihatnya sendiri, iya memang benar anda memiliki selera yang sempurna, begitu banyaknya koleksi benda-benda mewah di padukan dengan teknologi tinggi menghias kamar ini dari ujung ke ujung. Tapi menurut  saya penataannya sangat buruk, tidak ada kesan apapun selain nilai kemewahan nya saja. Lalu saya merubahnya menurut standar penilaian saya sendiri, dan itulah alasannya." Jawab Anna secara lugas tanpa merasa takut atau menyesal sedikitpun.

"Jadi begitu, apa ini adalah standar kesempurnaan yang kau miliki?" Devan berdiri tegap sambil terus menelisik penampakan Anna dari ujung kepala ke ujung kaki. Seolah tidak percaya seorang wanita yang nampak bodoh dan cupu ini bisa melakukan pekerjaan— dengan menggunakan standar kesempurnaan, persis seperti dirinya.

"Iya benar, saya berharap anda menyukainya," Anna sedikit menekan kepalanya ke bawah untuk memberi hormat.

"Bukankah kau terlampau percaya diri? Di tempat ini semua orang bertindak atas perintah ku. Perbuatan mu yang seperti ini, tidak kah kau merasa bahwa kau sudah lancang?!" Devan semakin menegaskan suaranya.

"Saya memang selalu percaya diri, karena saya pun merasa memiliki kemampuan. Sebab setiap kali saya melihat kekurangan dalam suatu hal yang menurut orang itu sempurna, sedangkan menurut saya tidak, maka saya bisa gila jika tidak me-replace ulang sesuai dengan standart saya sendiri. Walau itu nampak lancang, tapi saya bisa mempertanggung-jawabkan nya jika di minta." Jawab Anna dengan sorot mata yang lolos ke depan begitu saja, seolah sanggup menembus apapun yang ada di hadapannya.

Ah, sial! Mata hijaunya yang menatap Devan, membuat nafas pria itu tertahan sejenak. "Baiklah, aku akui keberanianmu." Tukasnya seraya mengalihkan pandangan, menghindari manik hijau Anna yang akan bertabrakan dengan manik birunya yang menyala.

DEVANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang