Pak Ali— Asisten pribadi Devan Artyom— CEO Devaradis. Melirik jam yang ada di tangan kanannya. Sudah menunjukkan pukul 07.40 pagi. Sementara mereka terjebak macet selama lebih dari lima belas menit, dan belum ada tanda-tanda akan normal. Sedangkan majikannya yang sedang duduk di kursi penumpang terlihat sudah mulai resah, karna perjalanan menuju kantor masih cukup jauh.
Pak Ali membunyikan dengan keras klakson mobil sedan mewah- Audi A8 berwarna hitam yang di kemudinya, memberi kode pada mobil di depannya untuk segera beranjak dari tempatnya, tapi mobil itu terlihat tak menghiraukan nya. Riuh seketika, suara klakson dari mobil-mobil lainnya ikut saling bersahut-sahutan.
"Pak Ali! Bacakan laporan kantornya disini, hemat waktu, biar ketika sampai di kantor nanti langsung di eksekusi!" Perintah Devan dari kursi belakang.
"Baik tuan." Jawab pak Ali sembari mengambil sebuah berkas di dalam tas hitam di sampingnya.
"Maaf sebelumnya tuan, ada kabar yang kurang baik hari ini." Ungkap pak Ali ragu. Karna kabar yang akan dia sampaikan hari ini adalah kabar yang benar-benar akan membuat mood tuannya menjadi buruk.
"Katakan saja." Suara berat pria tampan nan berwibawa itu terdengar begitu datar dan dingin.
"Baik. Pertama, office boy pribadi tuan izin lagi hari ini karna sakit, setelah di konfirmasi dia kemungkinan akan masuk kerja esok hari. Tapi, siapa penggantinya sementara masih belum ada laporan."
"....."
"Kedua, Stylish pribadi tuan, nona Tari juga izin cuti selama tiga hari karna menemani anaknya liburan sekolah, jadi anda harus ikhlas jika fashion anda sementara menjadi tanggungjawab saya selama di kantor."
"....."
"Selanjutnya, posisi sekertaris anda yang kosong sejak seminggu yang lalu, juga masih belum di temukan kandidat yang tepat untuk mengisi posisi ini. Ada beberapa karyawan terbaik Devaradis yang sudah di seleksi, tapi setelah di lakukan wawancara, sepertinya belum ada di antara mereka yang sesuai dengan type yang tuan inginkan."
"....."
"Lalu yang terakhir— ini mengenai nyonya Revy tunangan anda, hari ini izin cuti lagi tanpa alasan." Terang pak Ali sambil mewanti-wanti jika Devan melemparnya dengan sesuatu, walaupun tidak pernah sampai terjadi.
"Revy! Absen lagi? Apa yang membuat ular betina itu selalu absen pada saat-saat yang di butuhkan. Kalau tidak di bantu oleh team, dia sama sekali tidak becus bekerja sebagai kepala desainer!" Suara Devan menghempas gendang telinga pria berjanggut tipis itu. Devan menghembuskan nafas kasar, membuang rasa kesal di dadanya pada sosok wanita yang paling enggan ia sebut namanya.
"Saya sudah mencoba menghubungi nyonya Revy terkait izinnya hari ini. Tapi nyonya Revy meminta saya menyampaikan agar tuan sendiri lah yang harus menghubunginya."
"Wanita licik! Lalu bagaimana dengan pengganti Jay? Jangan memberikan aku manusia-manusia yang merepotkan yang tidak bisa bekerja dengan benar." Lanjut Devan, menatap lurus pada wajah pak Ali yang nampak mulai memucat.
"Sampai saat ini belum ada masuk laporannya dari kepala departemen kebersihan. Tapi aku menjamin, pengganti Jay pasti sudah ada, mungkin lumayan sulit mencari yang benar-benar kompeten." Jawab pak Ali begitu yakin.
"Aku paling tidak suka dengan kata mungkin. Laporkan padaku sesuatu yang sifatnya sudah pasti. Kepala departemen kebersihan itu, seharusnya dia sudah sedia orang-orang nya yang berkompeten untuk menghadapi situasi seperti ini, bukan malah baru mencarinya sekarang. Jika tiba di kantor, dan aku menemukan kesalahan seperti yang di lakukan pegawai seperti sebelumnya, maka kepala departemen kebersihan itu harus menyiapkan surat pengunduran dirinya." Tegas Devan sambil melipat tangan di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANNA
RomanceLaki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan. Dan wanita ber...