Anna yang turun ke lantai dasar dengan menggunakan tangga darurat memang membutuhkan waktu lebih lama jika di bandingkan dengan menggunakan lift, dari lantai paling tinggi— lantai tujuh. Itu karena Anna ingin menikmati perasaan hatinya yang tak karuan usai bertemu dengan Devan—yang ternyata adalah sang Boss besar pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Sepanjang perjalanan nya turun, tatapan beberapa orang berseragam biru yang sama dengannya— ketika tak sengaja berjumpa, terlihat terfokus pada Anna. Orang-orang yang sedang sibuk itu nampaknya harus menyempatkan diri mereka melirik kearah nya.
Bahkan, setelah Anna sampai di lantai paling bawah pun, sepanjang ia melangkah memasuki aula kerja, tempat dimana sejumlah komputer dan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja, yang di letakkan dalam ruangan yang di sekat-sekat itu, orang-orang disana juga menoleh memperhatikan nya. Seolah ada sesuatu yang begitu menyedihkan dalam dirinya.
Tapi Anna sungguh tidak peduli, saat ini dalam pikirannya hanyalah bagaimana tanggungjawab ini segera terselesaikan. Ia sangat menyesal mengapa dengan bodohnya ia justru semakin menawarkan diri menjadi stylish pribadi Devan untuk sementara waktu.
Apakah itu karena Devan yang berusaha memojokkan nya dengan pelanggaran etika, membuat Anna menjadi sedikit ngelunjak dengan penampakkan semua keahliannya tanpa berfikir panjang? Ataukah Anna telah benar-benar terjebak sampai akhir oleh permainan Devan. Ah, pria itu penuh dengan intrik untuk mengelabui lawannya. Anna sudah terperangkap.
"Dulu, Devan pernah mengatakan, semoga kita bertemu di masa depan yang indah. Lalu masa depan yang sedang kita temui saat ini, bukannya indah, justru bagiku sangat menyesakkan. Apakah takdir kita salah?" Anna melangkah dengan kepala yang tertunduk lemah.
Beberapa orang diantara mereka yang ada di sekitar wanita cupu itu menjadi salah faham, setelah melihat raut wajah Anna yang nampak murung tak bersemangat, seperti kehilangan separuh ruhnya, tidak seperti dirinya yang penuh kepercayaan diri, seperti tadi pagi.
"Murung sekali, habis di pecat ya. Katanya tadi pagi kau berlagak sangat angkuh, bahkan berani berbicara lantang pada seniormu, tapi baru satu jam bekerja sudah lemah." Seorang wanita yang mengalungkan id card di lehernya— sebagai tanda bahwa dia adalah karyawan resmi di perusahaan ini, mencegat Anna yang hendak berlalu.
"Maaf, tapi aku tidak punya waktu untuk melayani omong kosong mu." Sahut Anna datar seraya mencari celah untuk pergi, menghindari wanita dengan kemeja putih yang kancing bagian atasnya sengaja di buka tiga butir. Sehingga dadanya yang putih menganga menampakkan belahan tipis di tengah-tengahnya.
Wanita yang dari id card nya di ketahui adalah seorang supervisor itu menahan Anna dengan menarik bahunya paksa, serta mendorongnya agar berhenti di tempat yang dia inginkan. "Jadi begini caramu bersikap, seolah-olah kau adalah orang penting di kantor ini. Padahal kau hanyalah seorang budak baru yang akan membersihkan bekas kotoran kami."
"Aku tidak tau apa tujuanmu menahan ku disini, tapi aku rasa aku bukanlah bagian dari team mu yang perlu mendengarkan ucapanmu." Tentu saja si cupu Anna tidak mau mengalah.
Wanita berkemeja putih itu mendengus kesal. "Sepertinya kau perlu mendapatkan sedikit peringatan dari seniormu agar kau sadar diri. Berhubung ini adalah hari terakhir mu bekerja, sepertinya aku tidak perlu menunggu waktu esok. Bersiap-siaplah!" Ancamnya.
"Terserah!" Anna malas meladeni wanita yang entah mengapa seolah memiliki dendam kesumat yang sudah tertahan ribuan tahun lamanya.
"Oh ya? Meskipun kau di tugaskan melayani Boss besar, tapi tugas utama mu sebagai cleaning servis pun tidak bisa kau abaikan. Apa kau tau, tugas utama sebagai pegawai baru adalah membersihkan seluruh toilet di kantor ini, kalau kau tidak mau melaksanakan nya, bisa di pastikan kau mendapatkan citra buruk yang mana kau tidak akan betah disini sedetik pun!" Ancam wanita yang memiliki temperamen buruk itu. Tangannya yang jahil pun mulai terangkat untuk melakukan sesuatu pada tubuh Anna. Setelah menoyor bahu Anna, ia pun pergi dengan sombongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANNA
RomansaLaki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan. Dan wanita ber...