11. I Need You (1)

103 67 17
                                    

Anna berdiri puas setelah melihat hasil kerjanya yang luar biasa, menurutnya. Bagaimana tidak, bukan hanya memangkas rerumputan atau membersihkan ranting yang jatuh, beserta dedaunan kering yang gugur. Ia bahkan mencabut habis gulma yang tumbuh di beberapa tempat yang sulit, sampai kelopak-kelopak bunga yang mengering pun ia bersihkan semua dengan begitu teliti nya. Bisa di pastikan, dari sisi manapun taman ini akan terlihat elok dan indah.

"Hah? Ada kutu daun!" mata Anna tiba-tiba terfokus pada sesuatu berwarna putih yang beserak pada dedaunan- pohon bunga mawar yang ada di dekatnya.

Bukankah mereka mengisap nutrisi yang dibutuhkan bunga, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang terhambat. Daun serta bunga menjadi cacat. Mereka juga bisa menularkan virus di semua tanaman dan mendorong pertumbuhan jamur.

"Aku harus melakukan sesuatu!" serunya, begitu hebohnya.

Anna berlari menuju gerbang, hendak keluar mencari sesuatu yang di butuhkan untuk membasmi kutu tersebut. Namun betapa terkejutnya ia, ketika mendapati tubuh asisten pribadi Devan sudah berdiri tepat di depan gerbang.

"Pak Ali?!" Anna berhenti mendadak.

"Kau di perintahkan datang ke ruangan Boss, sekarang juga." Ujar pak Ali langsung, tanpa bas basi.

"Baik, saya akan segera kesana." Sahut Anna begitu patuh. Ini adalah perintah yang tidak bisa di tunda. Meskipun Anna sedang dalam keperluan yang mendesak sekalipun. Semuanya harus di kesampingkan terlebih dahulu.

"Kau- bersihkan dirimu terlebih dahulu, jangan memasuki ruangan Boss dalam kondisi kotor seperti ini." Pak Ali mengayunkan jari telunjuknya ke atas dan kebawah, memperlihatkan kondisi tubuh Anna yang berantakan.

"Siap di mengerti. Saya permisi dulu." Jawab Anna, kemudian mengambil sisi kiri untuk meninggalkan tempatnya.

Suara telepon berdering, pak Ali segera mengangkatnya.

"Pak Ali. Apakah tugas yang aku berikan padamu terlalu sulit, sehingga kau membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya. Dalam tiga menit kalau Anna tidak muncul disini, aku akan meragukan kinerjamu." Suara Devan terdengar begitu gusar, sehingga membuat pak Ali tidak bisa bereaksi cepat untuk menanggapinya.

Tut! Panggilan telepon langsung terputus.

"Hei! Anna! Langsung naik ke atas, tidak perlu membersihkan diri. Boss membutuhkanmu, segera!" serunya pada Anna yang sudah menjauh beberapa langkah di depannya.

"Baik, akan di laksanakan sesuai perintah." Sahut Anna sambil menoleh sejenak ke belakang, iapun kemudian melesat pergi.

Sebelum memasuki ruangan CEO, Anna mengibas-ngibas pakaiannya terlebih dahulu, kemudian melepaskan sepatu kerjanya- hanya menyisakan kaos kaki yang masih bersih tentunya. Pelan, ia menarik engsel pintu lalu memasuki ruangan dengan langkah pelan. Entah mengapa ia melakukannya seperti pencuri yang sedang menyelinap masuk.

"Ketuklah pintu sebelum masuk. Apa kau tidak tau etika dasar seperti itu?!" tegur sang CEO ketika pegawai barunya tiba-tiba muncul tanpa suara.

"Maaf Boss, saya telah melakukan kesalahan." Anna membungkuk meminta maaf kepada pria yang sedang terbaring disana, pada ruangan paling dekat dengan dinding kaca yang memperlihatkan seluruh pemandangan tak asing di luar sana.

Anna menyalahkan dirinya sendiri yang tiba-tiba saja melakukan sesuatu di luar kesadaran nya. Akibat dari rasa lelah yang bertumpu di kepalanya, yang memikirkan begitu banyak pekerjaan yang akan ia lakukan di waktu-waktu berikutnya. Niat awalnya, Anna melakukan cara ini agar tidak mengganggu ketenangan Boss nya dengan suara-suara yang tidak perlu, tapi justru keheningan yang ia ciptakan ini lebih tidak masuk akal.

DEVANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang