Malam itu Salma menangis sampai ia tidak bisa tidur. Ia tidak keluar kamar semenjak kejadian itu.
"gue gak tau harus gimana kalo ketemu rony..." gumam Salma sambil melamun. Wajahnya tidak karuan. Matanya sembab dan terlihat ngantuk, hidungnya memerah, rambutnya yang entah bagaimana bentukannya.
tok tok tok
"sayang.. dek udah bangun belum" panggil seseorang di depan pintu kamar Salma.
Itu Shania, Amah Salma. Dan Salma tau betul pemilik suara itu. Ia mencari hpnya yang entah ia lempar kemana.
Ketemu! Pukul 05.19!
"ya ampun, gue beneran ga tidur ternyata" ucap Salma kala melihat jam di hpnya.
Gadis itu membukakan pintu, "ya Allah dek.. kamu ga tidur ya semaleman???" tanya Shania panik melihat kondisi Salma.
Wajah gadis itu tidak senyum, ia hanya menampilkan apa adanya saja.
"dek, jangan begini.. Amah takut adek sakit" Shania memeluk tubuh Salma, gadis itu mengeluarkan air matanya lagi yang sempat ia kira habis.
"A-amah.. Ss- Salma gak s- sekolah ya A- mah" ucap Salma sambil terbata-bata.
Shania yang biasanya melihat keceriaan di wajah anak perempuannya itu menjadi sakit ketika Salma sesedih ini.
"iya sayang, kamu libur dulu aja ya.. nanti Amah izinin ke wali kelas kamu. udah ya sayang ya jangan dipikirin" ucap Shania lembut.
"i-iya Amah maka- makasih" jawab Salma.
Meskipun malam itu Salma sempat kesal dengan ucapan Shania, tapi percayalah. Shania adalah orang yang paling mengerti Salma.
.
Dilain tempat tentu Rony memikirkan banyak hal sama seperti Salma.
Tapi ia tak sampai menangis, ia hanya tidak tidur nyenyak karena pikirannya terganggu.
Pagi ini ia tetap masuk sekolah, tapi rasanya tidak mungkin jika menjemput Salma untuk berangkat bersamanya.
Di ruang makan ada Renata Lian dan Reny.
"nak, sarapan dulu ini" panggil Renata ketika melihat anak bujangnya keluar kamar dan terus bergegas ke depan rumahnya.
"ga bun, Rony udah telat" jawab Rony singkat.
Rony memang sengaja datang sekolah telat agar ia bisa buru-buru ke sekolah dengan alasan sudah siang.
"hmm Yah, bunda jadi ngerasa bersalah. dan bunda ngerasa kayanya perjodohannya ini ga akan bisa terjadi" ucap Renata kepada Lian.
"bunda ko gitu? pesimis banget?? dari dulu katanya bunda yang paling semangat kalo ngejodohin anak kita sama anak shania" jawab Lian.
"emang bener yah, tapi bunda ga enak sama Rony dan Salma. Merasa terpojokkan yah"
Lian mengerti, memang rencana ini sebelumnya agak tidak masuk akal di fikiran Lian. Walaupun Lian yang memergoki langsung, tapi dia juga tau bahwa itu becandaan dua remaja saja.
Walau bagaimana pun, sebenarnya Renata dan Shania akan tetap menjodohkan Rony dan Salma bukan?
"udah ga udah dipikirin Bun, pokonya ayah pastiin mereka menikah Bun" ucap Lian menenangkan istrinya. Renata tersenyum menanggapinya.
Sedangkan Reny? ia hanya diam. Ia pun mungkin bingung jika menjadi Rony atau Salma, sangat berat. Mereka dekat dari kecil, tidak terbayangkan jika harus terus satu atap dan menata rumah tangga.
.
"Ron, Salma kemana? ko gak masuk?" Rony dan teman-temannya baru saja sampai kantin. Ia di todong pertanyaan dari Shila teman kelasnya Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin?
RomanceBagaimana jika harus menikah dengan sahabat sendiri? Perasaan berat mengguncang hati dan pikiran kedua insan yang sudah berteman sejak kecil. Terjebak dengan perjanjian orang tua, Salma Aliyyah dan Rony Parulian terpaksa menikah. Walau tidak begitu...