Cinta Tak Harus Memiliki

14 1 2
                                        

Pagi itu, udara segar menyapa Amara saat dia berjalan menyusuri taman tempat dia dan Lucian sering menghabiskan waktu bersama. Langit cerah, namun hatinya masih dipenuhi dengan kepedihan yang mendalam. Setiap sudut taman ini mengingatkan Amara pada kenangan indah bersama Lucian, kenangan yang kini hanya bisa dia simpan dalam hatinya.

Amara duduk di bangku taman favorit mereka, tempat di mana Lucian sering membaca buku dan berbagi cerita. Di tangannya, dia memegang sebuah buku yang sangat berarti bagi mereka berdua—sebuah jurnal berisi catatan dan perasaan mereka selama bertahun-tahun. Jurnal ini kini menjadi harta berharga yang menghubungkan Amara dengan Lucian, meskipun dia telah tiada.

Dengan tangan gemetar, Amara membuka halaman pertama jurnal itu. Matahnya menelusuri tulisan tangan Lucian, yang begitu rapi dan penuh perasaan. Setiap kata-kata di dalamnya menggambarkan cinta yang tulus dan pengorbanan yang mereka alami bersama.

"Untukmu, Amara," tulis Lucian di halaman pertama, "Cinta adalah sesuatu yang indah, meski kadang kita tak bisa memilikinya sepenuhnya. Aku mencintaimu dengan seluruh hatiku, dan meskipun kita tak bisa bersama selamanya, aku selalu berharap kebahagiaan untukmu."

Air mata mengalir di pipi Amara saat dia membaca kata-kata itu. Dia merasakan kehangatan cinta Lucian yang masih tetap hidup di dalam dirinya. Setiap halaman yang dia buka menceritakan kisah mereka, penuh dengan tawa, tangis, dan perjuangan.

Halaman demi halaman, Amara tenggelam dalam kenangan indah mereka. Dia ingat saat pertama kali mereka bertemu, percakapan pertama mereka, hingga saat-saat sulit yang mereka hadapi bersama. Semua momen itu kini terasa begitu berharga, meskipun hanya bisa diingat dalam kenangan.

Pada satu halaman, Lucian menulis, "Cinta tak harus memiliki. Aku selalu percaya bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang tulus, yang memberikan kebahagiaan bagi orang yang kita cintai, meskipun kita harus merelakan mereka."

Kata-kata itu menghujam hati Amara dengan perasaan yang campur aduk. Dia tahu bahwa Lucian benar. Cinta yang sejati adalah cinta yang ikhlas, yang mampu merelakan demi kebahagiaan orang yang kita cintai. Meskipun perpisahan mereka menyakitkan, Amara sadar bahwa cinta Lucian selalu akan menjadi bagian dari dirinya.

Sore itu, Amara menutup jurnal dengan hati yang lebih tenang. Dia tahu bahwa meskipun Lucian sudah tiada, cintanya akan selalu hidup di dalam dirinya. Dia memutuskan untuk menulis bab terakhir dalam jurnal itu, sebagai tanda perpisahan dan penghormatan untuk Lucian.

"Dalam kenanganmu, Lucian," tulis Amara, "aku belajar bahwa cinta adalah tentang memberikan tanpa mengharapkan balasan. Aku akan selalu mencintaimu, dan meskipun kita tak bisa bersama, aku akan menjalani hidup dengan mengenangmu dalam setiap langkahku. Cinta tak harus memiliki, tapi cinta yang sejati akan selalu ada di hati."

Dengan penuh haru, Amara menutup jurnal itu dan menyimpan di dalam tasnya. Dia memandang langit yang cerah, merasakan kehadiran Lucian di sekitarnya. Meskipun hatinya masih terluka, dia tahu bahwa dia harus melanjutkan hidup, membawa cinta dan kenangan Lucian sebagai kekuatan.

Amara berdiri dari bangku taman dan mulai berjalan, meninggalkan taman yang penuh dengan kenangan indah. Dengan langkah yang lebih tegar, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk hidup dengan penuh cinta dan keikhlasan, seperti yang diinginkan Lucian.

Dalam hatinya, Amara tahu bahwa cinta sejati memang tak harus memiliki. Cinta adalah tentang memberi, tentang kebahagiaan orang yang kita cintai, dan tentang kenangan yang akan selalu hidup dalam hati kita. Meskipun perpisahan mereka menyakitkan, cinta Lucian akan selalu menjadi bagian dari dirinya, membawa cahaya dalam setiap langkah yang dia ambil di masa depan.

---

**Epilog: Kenangan Abadi**

Bertahun-tahun kemudian, Amara berdiri di depan nisan Lucian, membawa seikat bunga lili putih—bunga kesukaan Lucian. Dia tersenyum lembut, mengenang semua kenangan indah yang mereka lalui bersama.

"Dalam setiap langkahku, kamu selalu bersamaku, Lucian," bisik Amara. "Cinta kita akan selalu hidup, meskipun hanya dalam kenangan. Cinta tak harus memiliki, tapi cintamu akan selalu ada di hatiku, selamanya."

Dengan penuh haru, Amara meletakkan bunga itu di atas nisan, mengucapkan selamat tinggal dengan hati yang penuh cinta. Dia tahu bahwa meskipun Lucian telah tiada, cintanya akan selalu menjadi cahaya yang menerangi hidupnya, membawa kekuatan dan kebahagiaan di setiap langkah yang dia ambil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta tak harus memilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang