15

3.5K 244 1
                                    

Namun penghianat tetaplah penghianat, tidak ada kata maaf bagi penghianat dalam kamus Alea. Walaupun belum melakukan kesalahan apapun, bukan berarti Gavin tidak akan melakukannya.

Menurut informasi yang dia ketahui di kehidupan pertamanya, Gavin dan Vania sudah merencanakan segalanya sejak pertemuan mereka, jadi tidak ada kata tidak adil untuk perubahan sikapnya.

Malah seharusnya Gavin merasa bersyukur karena dalam 2 bulan terakhir Alea sering memanjakannya dengan barang-barang mewah, jadi tidak salah bukan kalau sekarang sudah waktunya Alea memberikan semua kebahagiaan itu kepada orang yang tepat.

"Kamu gak salah, aku cuma mau mengakhiri ini semua dan memulai awal yang baru dengan Ezra, jadi aku harap kamu jangan muncul lagi dalam hubungan kita " Setelah mengatakan itu, Alea langsung kembali ke dalam dan tidak menghiraukan Gavin yang semakin terisak di buatnya.

Setelah Alea sudah tidak terlihat sepenuhnya, barulah Gavin menghentikan air matanya dan sorot matanya berubah tajam.

'Sial! Kenapa jadi begini?! ' Umpat Gavin dalam hati.

Di sisi lain, Alea sudah kembali ke tempat duduknya dan mendapati suaminya tengah melamun hingga tidak menyadari kedatangannya.

"Kenapa gak di habisin? " Suara Alea sepenuhnya  menyadarkan Ezra dari lamunannya. Dia sedikit terkejut karena Alea sudah kembali ke tempat duduknya tanpa dia sadari.

"Udah kenyang " Jawabnya kemudian.

"Mau jalan-jalan kemana lagi? " Tanya Alea yang tidak menyadari perubahan ekspresi Ezra setelah kepergiannya.

"Mau pulang aja "

Sepanjang perjalanan pulang, hanya ada keheningan yang menguasai mobil. Alea maupun Ezra tidak ada yang mencoba memulai percakapan. Yang satunya fokus menyetir, sedangkan yang lainnya fokus menatap bangunan kota dari jendela di sampingnya.

Setelah sampai di mansion, Alea baru menyadari ada sesuatu yang aneh dengan suaminya. Tadinya dia mengira kalau Ezra meminta pulang karena memang sudah tidak mau jalan-jalan lagi, tapi setelah melihat keterdiamannya sedari tadi Alea merasa ada sesuatu yang dia lewatkan.

Bahkan setelah turun dari mobil pun Ezra tetap mendiaminya dan langsung menuju ke kamar.

Apakah Ezra marah karena dia menemui Gavin tadi? Tapi kan dia hanya meminta agar Gavin tidak mengganggunya lagi, dan tidak ada hal lain yang terjadi.

Bodoh! Ezra tidak tau apa yang dia lakukan, pastinya pria itu akan berpikir yang tidak-tidak saat melihatnya keluar berdua tadi. Apalagi selama ini dia tidak pernah mempedulikan perasaan Ezra saat bermesraan dengan Gavin, wajar jika suaminya mencurigainya.

Yakin dengan pikirannya, Alea segara menyusul Ezra berniat membujuknya.

Sesampainya di kamar, Alea bisa melihat seorang pria manis tengah duduk di sisi ranjang dengan kaki menjuntai ke bawah. Dia menghampirinya lalu duduk di lantai tepat di samping kaki suaminya.

Alea melingkarkan tangannya di pinggang Ezra, sedangkan wajahnya ia duselkan di perut pria itu. Saat kepalanya mendongak, dia bisa melihat raut terkejut Ezra di atas sana.

"Lea ngapain? " Tanya Ezra setelah menyadarkan dirinya dari keterkejutan akibat tindakan tiba-tiba istrinya.

"Kamu marah ya? " Bukannya menjawab, Alea malah bertanya balik dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Lea bangun dulu, lantainya dingin " Ezra berusaha menarik Alea agar duduk di sebelahnya saja, tapi wanita itu semakin mengeratkan tangannya tak ingin beranjak.

"Gak mau, bilang dulu kalo kamu udah gak marah " Pinta Alea dengan bibir melengkung ke bawah, matanya juga menatap Ezra penuh harap.

"Aku gak marah kok, Lea cepetan bangun, jangan kayak gini " Alea sangat jarang bersikap seperti ini, jadi Ezra tidak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum. Kapan lagi bisa melihat sisi Alea yang tidak mendominasi.

Memanjakanmu di kehidupan kedua (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang