Ketika matahari sudah mulai terbenam sepenuhnya, Alea tiba di mansionnya. Dia memasuki mansion dengan langkah tergesa-gesa, menuju langsung ke arah kamarnya di lantai atas.
"Alea! Ezra tidak mau keluar sejak tadi siang? " Saat melewati ruang tengah, Alea di cegat oleh Mike yang ternyata masih di sana dengan keadaan panik.
"Gunakan otakmu! Apa kau pikir dia akan keluar dan menemui setelah kau menimbulkan masalah seperti ini untuknya! " Sentak Alea marah, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memarahi temannya yang sudah keterlaluan.
"Maafkan aku, aku tidak berniat seperti itu, aku juga sudah berusaha menghapusnya, apa lagi yang bisa aku lakukan? " Tanya Mike melas, agar Alea memaafkan nya.
"Pulanglah, aku sudah menemukan solusinya, aku akan memberitahu mu nanti " Ucap Alea kembali ke nada dinginnya.
"Baiklah " Pasrah Mike, lalu pergi dari sana.
Sedangkan Alea langsung pergi ke atas, ke arah kamarnya.
Tok tok tok
Karena pintu kamarnya dikunci dari dalam, Alea hanya bisa mengetuknya dan menunggu pintu di bukakan.
Namun pintu kamarnya tak kunjung terbuka, mau tak mau Alea terus mengetukkan jarinya di sana.
"Ezra, sayang? Ini Lea, bukain dong? " Pintanya dengan suara yang lembut, namun membujuk.
Merasa tak ada sahutan dari dalam, Alea berniat membuka paksa pintu kamarnya, namun sebelum itu terjadi, pintu di depannya terbuka.
Dia bisa melihat wajah pucat Ezra yang basah oleh air mata. Jika bukan karena matanya yang sembap, Alea tidak akan mengira jika Ezra habis menangis, saking pucatnya wajahnya.
"Leaaa... " Ezra menghamburkan dirinya kedalam pelukan Alea, dia lagi-lagi menumpahkan tangisnya yang baru berhenti beberapa saat yang lalu.
"Sssttt udah-udah gapapa " Alea berusaha menenangkan Ezra dengan mengusap punggungnya yang bergetar.
"I-tu gak hiks ka-yak yang Lea li-hat, Lea ja-ngan hiks marah " Ucap Ezra tersendat-sendat karena di sertai isak tangisnya.
"Iyaa Lea tau, Lea gak marah. Kamu jangan nangis lagi, oke? "
Mendengar itu, pertahanan Ezra seketika runtuh. Tubuhnya langsung lemas dalam dekapan Alea. Jika Alea tidak menahan pinggangnya, dia pasti sudah terjatuh ke lantai sekarang.
Alea membawa Ezra ke ranjang dan membaringkannya. Setelah itu menghubungi dokter Alex dan menyuruhnya datang.
"Lea kalau mau marah, marahin paman mesum aja, jangan marah ke Ezra, ya? " Pinta Ezra memohon dengan mata yang masih berkaca-kaca. Tangisannya sudah mulai berhenti, namun masih ada beberapa isakan kecik yang tersisa.
Mendengar panggilan Ezra untuk Mike membuat Alea tersenyum, dia merasa Mike pantas mendapat sebutan itu.
"Iya, Lea gak akan marah sama Ezra " Balas Alea menyetujui. Dia mengusap sisa-sisa air mata di wajah suaminya.
"Beneran gak marah kan? " Alea mengangguk.
"Kok Lea tiba-tiba pulang? Kan harusnya masih lusa? " Tanya Ezra yang tiba-tiba mengingat jika seharusnya Alea masih di luar negeri sekarang.
"Kalau aku gak pulang sekarang, kamu mau ngurung diri di kamar terus? Kenapa sekarang jadi bandel, hm? "
Ezra menunduk merasa bersalah, "Maaf, tadi Ezra gak mau ketemu sama paman mesum, jadi gak keluar kamar "
"Lain kali jangan sampai telat makan lagi. Kalau kamu gak mau keluar kamar, kan bisa minta Mira bawain makanan ke kamar? "
"Kan Ezra lagi sedih, takut Lea marah, jadi gak kepikiran " Ucapnya membela diri, sengaja memelas agar Alea berhenti menyalahkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memanjakanmu di kehidupan kedua (End)
FanficPenyesalan tidak akan memperbaiki apapun, semua telah hilang, yang berharga telah di renggut darinya, yang menyayanginya pun telah pergi dari sisinya. Namun Tuhan berkata lain, di kehidupan keduanya ini dia berjanji untuk memperbaiki segalanya. **...